Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang 2017. Sebagian besar saham tersebut meraih kenaikan di atas 500 persen dan didominasi saham-saham pendatang baru yang tercatat di pasar saham pada 2017.
Berdasarkan data RTI seperti ditulis Selasa (19/12/2017), saham PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU), perusahaan yang bergerak di jasa penyewaan kapal penunjang kegiatan lepas pantai ini, mencatatkan kenaikan 2.627,27 persen. Perseroan menawarkan harga saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp 110 per saham.
Harga saham TAMU pada penutupan perdagangan 18 Desember 2017 berada di posisi Rp 3.000 per saham. Harga saham TAMU naik 2.627 persen.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian disusul saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA). Perseroan bergerak di pengembangan properti dan perhotelan ini mencatatkan kenaikan harga saham 1.900 persen. Harga saham IPO MINA ditawarkan Rp 178 per saham. Pada penutupan perdagangan saham kemarin, harga saham MINA mencapai Rp 2.100 per saham.
Disusul saham PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO). Harga saham WICO naik 1.200 persen dari harga Rp 50 menjadi Rp 650 per saham pada penutupan perdagangan saham kemarin.
Saham pendatang baru yang catatkan kenaikan saham pada 2017, yaitu PT Totalindo Eka Perkasa Tbk (TOPS) juga cetak kenaikan tertinggi. Pada IPO, perseroan bergerak di jasa konstruksi ini menawarkan harga saham Rp 310. Harga saham TOPS naik 945,15 persen menjadi Rp 3.240 per saham pada penutupan perdagangan saham 18 Desember 2017.
Selanjutnya, PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA), perseroan bergerak di jasa pembangunan dan akomodasi ini termasuk saham pendatang baru pada 2017 yang cetak kenaikan tertinggi. Harga saham IPO MABA ditawarkan Rp 112 per saham. Kini harga sahamnya naik 886,61 persen mencapai Rp 1.105 pada penutupan perdagangan saham kemarin.
Pendatang saham baru lainnya yang cetak imbal hasil besar, yaitu saham PT Kioson Komersil Indonesia Tbk (KIOS). Harga saham IPO KIOS sebesar Rp 300 per saham. Harga saham bergerak di usaha perdagangan online dan teknologi ini cetak kenaikan 883,33 persen menjadi Rp 2.950 per saham.
Kemudian saham yang cetak keuntungan besar lainnya, yaitu saham PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC). Harga saham IPO ZINC Rp 140 per saham. Harga saham ZINC naik 864,29 persen menjadi Rp 1.350 per saham pada penutupan perdagangan saham kemarin.
Selanjutnya saham PT Ancora Indonesia Tbk (OKAS) yang catatkan kenaikan harga saham 648 persen dari Rp 50 menjadi Rp 374 per saham.
Disusul saham pendatang baru pada 2017, yaitu saham PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) juga catatkan keuntungan terbesar sepanjang 2017. Perseroan bergerak usaha air minum ini catatkan kenaikan harga saham 595,65 persen menjadi Rp 800 per saham. Harga saham IPO CLEO ditawarkan Rp 115 per saham.
Selanjutnya, saham pendatang baru yang cetak keuntungan signifikan saham PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK). Perseroan bergerak di sektor usaha industri pengolahan porselin dan industri bahan bangunan tawarkan harga saham Rp 250 per saham. Kini harga saham MARK melonjak 552 persen menjadi Rp 1.630 per saham.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pelaku Pasar Mesti Cermati Pergerakan Harga Saham
Analis PT OSO Securities Riska Afriani menuturkan, harga saham IPO cetak keuntungan besar tidak selalu diikuti kinerja fundamental baik. Kenaikan harga saham signifikan juga didorong dari mekanisme pasar yang tergantung permintaan dan penawaran.
"Saham IPO tidak serta merta diikuti kinerja keuangan. Mekanisme pasar dengan saham itu aktif diperdagangkan membuat orang jadi tertarik, sehingga saham tersebut naik signifikan," ujar Riska saat dihubungi Liputan6.com.
Riska menambahkan, faktor lainnya mendorong kenaikan harga saham adalah jumlah saham beredar di publik. Kadang emiten tidak keluarkan jumlah saham signifikan di publik, sehingga menjadi incaran para pelaku pasar."Jadi beberapa pihak yang dorong harga sahamnya," kata Riska.
Selain itu, emiten-emiten berkapitalisasi kecil biasanya alami kenaikan harga saham sangat tinggi. Hal itu mengingat harga saham tidak terlalu tinggi seperti saham kapitalisasi besar.
"Kalau saham-saham big cap sulit untuk naik signifikan. Sedangkan saham masuk third liner yang kapitalisasi kecil harga sahamnya murah jadi harga sahamnya yang awal Rp 300, Rp 100 bisa naik jadi Rp 3.000 karena kelihatan murah," kata Riska.
Meski demikian, Riska mengingatkan agar pelaku pasar waspada terhadap pergerakan saham-saham tesebut. Pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum untuk mendapatkan keuntungan.
"Tentukan dan perhatikan capital gainnya. Batasi cut loss. Karena saham-saham itu kadang tidak diikuti kinerja keuangan baik. Perhatikan kapan untuk aksi ambil untung," jelas dia.
Advertisement