Manjakan Asia, El Clasico Digelar Saat Jam Makan Siang

El Clasico antara Real Madrid kontra Barcelona di Santiago Bernabeu, Sabtu (23/12/2017).

oleh Windi Wicaksono diperbarui 19 Des 2017, 18:30 WIB
Striker Barcelona, Lionel Messi, melihat bola yang ditendangnya saat bertanding melawan Real Madrid pada laga ICC 2017 di Stadion Hard Rock, Miami, AS (29/7/2017). Barcelona menang 3-2 atas Real Madrid. ((AP/Lynne Sladky)

Liputan6.com, Madrid - Pertandingan El Clasico yang mempertemukan Real Madrid kontra Barcelona berlangsung di Santiago Bernabeu pada pukul 19.00 WIB dalam lanjutan kompetisi La Liga. Itu bukan jam biasa untuk laga sebesar El Clasico.

Terdapat perbedaan enam jam antara Indonesia dan Spanyol. Waktu di Indonesia lebih dulu, yang artinya ketika El Clasico berlangsung pukul 19.00, di Madrid baru pukul 13.00.

Untuk pertama kalinya, kick-off El Clasico berlangsung saat jam makan siang. Kebijakan itu diambil tidak lain untuk memanjakan para penonton di Benua Asia.

Pertemuan Real Madrid dengan Barcelona selalu jadi magnet bagi pencinta sepak bola dunia. Pada El Clasico yang berlangsung Desember 2016, Nielsen Sports mencatat penghasilan sponsor untuk laga itu mencapai USD 42,5 juta.


Penghasilan El Clasico

Foto dok. Liputan6.com

Penghasilan itu diperoleh dari jersey sponsor, iklan di stadion. Televisi juga jadi target empuk meraih keuntungan, sehingga La Liga mencoba memberikan siaran yang memanjakan.

La Liga sadar fakta bahwa mereka masih di belakang Premier League untuk penghasilan dari siaran televisi asing, khususnya Asia. Pasar Asia diketahui sebagai sangat besar untuk meraup untung.

Penting untuk memanjakan benua Asia agar termotivasi menjadi sponsor klub-klub La Liga. Tahun lalu, Barcelona menandatangani kontrak senilai 220 juta euro dengan perusahaan Jepang, Rakuten sebagai sponsor mereka.


400 Juta Pasang Mata

Foto dok. Liputan6.com

Targetnya, pertandingan El Clasico antara Real Madrid melawan Barcelona akan disaksikan 400 juta pasang mata. Hanya dari siaran televisi, pemasukan bisa mencapai sekitar USD 28,8 juta.

Namun, beberapa analis menganggap bahwa La Liga kehilangan trik untuk merebut pasar asing. Padahal, seharusnya La Liga mengeksploitasi kedekatan budaya dan bahasa mereka dengan penonton Amerika Latin, bukan Asia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya