Liputan6.com, Purbalingga – Sabtu pagi, 16 Desember 2017 jadi hari yang mendebarkan bagi Mega Putri Yustiantika, putri dari Bupati Purbalingga, Tasdi. Sedari subuh ia telah bersiap-siap dengan kostum karnaval yang bertemakan Gunung Slamet.
Rangkaian tetumbuhan, ornamen batuan gunung, dan merahnya magma slamet diarak keliling jalanan kota dalam sebuah kostum yang menyolok mata.
Ia melenggok bersama 23 muda-mudi lain yang juga memamerkan kostum dalam berbagai rupa. Putri Yustiantika, biasa disapa Yusi, mengenakan kostum hasil kreasi Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Purbalingga dalam gelaran Purbalingga Vaganza.
Baca Juga
Advertisement
Karnaval kostum yang pertama kali digelar pada peringatan Hari Jadi ke-187 Purbalingga. "Terima kasih kepada seluruh peserta dan panitia, uji coba Purbalingga Vaganza cukup ramai dan meriah. Tahun depan kita besarkan lagi," ujar Tasdi usai acara.
Tak hanya lokal Purbalingga, kostum meriah dari bintang tamu Banyuwangi Ethno Carnival juga memukau ribuan warga yang menonton. Seorang raja yang berdiri di atas singgasana dengan rangkaian bunga melingkar terang saja jadi rebutan warga untuk berswafoto.
Dengan pengalaman dua tahun, kualitas Banyuwangi Etho Carnival sudah tidak diragukan. Meski demikian, peserta lainnya dari sejumlah SMK dan SMA di Purbalingga tak kalah ciamik menuangkan ide sesuai dengan tema yang diangkat.
"Ketika even ini rutin diadakan, kita berharap semakin banyak kreasi yang diciptakan untuk penyelenggaraan berikutnya," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga, Sri Kuncoro sebagai ketua penyelenggara.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pahargyan Agung dan Kirab Pusaka
Kebudayaan Jawa digarap habis-habisan pada peringatan HUT Purbalingga tahun ini. Pada hari jadi Purbalingga, yaitu Senin, 18 Desember 2017, prosesi Pahargyan Agung dengan gagrag keraton Surakarta Hadiningrat digelar untuk ngurip-uripi budaya Jawa agar tidak punah.
Prosesi dimulai dengan peneriman songsong agung dan tombak pusaka Kabupaten dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Purbalingga, Tongat kepada Bupati. Pahargyan dilanjutkan dengan pementasan tari Bambangan Cakil dan Gambyong dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Di tengah acara, Bupati menyampaikan pesan dengan berbahasa Jawa krama inggil yang beberapa kosakatanya mulai asing terdengar. Ia meminta jajaran pemkab memegang teguh sesanti masyarakat Purbalingga yang tercetak di pita lambang Kabupaten.
Sesanti itu ialah Prasetyaning Nayaka Amangun Praja. Mempunyai arti, kebulatan tekad masyarakat dan pemerintah untuk saling bahu membahu membangun Purbalingga.
"Marilah kita meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan etos kerja dalam memajukan purbalingga, sehingga visi dan misi Purbalingga dapat terwujud," kata Tasdi dalam Bahasa Jawa.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Tri Gunawan Setyadi menjelaskan, setelah pahargyan agung di Pendopo Dipokusumo, Bupati, Wakil Bupati, Forkompimda, pimpinan OPD, dan para kepala desa melakukan kirab mengitari alun-alun menuju gedung DPRD untuk mengikuti rapat paripurna istimewa.
Kirab diikuti dengan tiga gunungan hasil bumi, pasukan tombak dan umbul-umbul, kemudian dibelakangnya pasukan pembawa foto Bupati dan wakil bupati sejak Raden Tumenggung Dipoyudo III (1759) sampai dengan bupati sekarang.
"Sesampainya di depan Gedung DPRD, tiga gunungan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa langsung menjadi rebutan warga," tuturnya.
Advertisement
Semarak Kesenian Rakyat
Setelah melakukan pahargyan agung dan kirab pusaka, Pemkab Purbalingga menggelar pesta rakyat bertajuk kesenian rakyat di alun-alun Purbalingga. Ada beberapa hiburan kesenian yang ditampilkan di antaranya barongsai, kuda lumping, dan thek-thek atau kentongan.
Barongsai Putra Mandiri, Thek-thek Laskar Ajisaka dari Desa Penaruban, dan kuda lumping dari Desa Toyareja telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari demi menyambut HUT Purbalingga. Antusiasme tinggi ditunjukan para pengunjung, terutama saat pemain kuda lumping wuru atau kesurupan.
"Kami sampaikan terima kasih kepada pemerintah Purbalingga yang mau melestarikan kebudayaan lokal. Semoga seniman lokal akan tetap eksis di Purbalingga," tutur pemimpin Kuda Lumping Desa Toyareja, Suwalso.
Untuk barongsai, Pemkab benar-benar ingin menampilkan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Kesenian yang bukan berasal asli dari Indonesia sengaja ditampilkan untuk menunjukan Kabupaten Purbalingga merupakan daerah yang majemuk dan terbuka.
"Kesenian Rakyat ini merupakan pendidikan kepada generasi penerus untuk menghargai keragaman budaya. Pemkab berkomitmen untuk terus menjaga budaya yang ada di Purbalingga," tutur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga, Heriyanto.
Ia melanjutkan, selain pesta rakyat, beberapa hari sebelumnya juga telah diselengarakan festival kenthongan, pementasan wayang kulit di Desa Losari dan Karangreja, Purbalingga Expo, dan Festival Tumpeng. Perayaan akan dilanjutkan hingga 30 Desember 2017 nanti dengan pagelaran Pawai Budaya dan besoknya ditutup dengan gebyar tahun baru di Gor Goentoer Darjono.