Liputan6.com, Jakarta Penggunaan vape tidak menimbulkan risiko kesehatan serius dibandingkan dengan rokok biasa, yang dikonsumsi dengan cara dibakar. Hal ini berdasarkan penelitian terbaru dari Universitas Catania di Italia yang menyebutkan, penggunaan vape tidak menyebabkan masalah pada paru-paru.
Baca Juga
Advertisement
Artinya, vape dinilai aman digunakan. Bahkan konsumen yang menggunakan vape secara harian juga tidak terganggu kesehatan paru-parunya. Temuan ini diperoleh dari analisis fisiologis, klinis, ataupun efek inflamasi (peradangan).
Tidak ada perubahan mencolok terhadap tekanan darah atau denyut jantung para penggunanya.
"Kami tidak menemukan bukti adanya masalah kesehatan, terkait penggunaan rokok elektrik atau vape dalam jangka panjang berdasarkan riset kami," kata Riccardo Polosa, Direktur Universitas Catania di Italia.
Simak video menarik berikut ini:
Tak Ada Laporan Gangguan Pernapasan
Laporan studi ini dianalisis kepada pengguna vape pada usia 23-35 tahun. Ini juga menyasar pada sekelompok orang non-perokok lainnya dengan rentang usia yang sama.
Studi juga dipengaruhi beberapa faktor kesehatan, seperti tekanan darah, denyut jantung, berat badan, fungsi paru-paru, gejala pernafasan, nafas oksida nitrat, dan pengembusan karbon monoksida pada paru-paru.
"Tidak ada gejala pernapasan yang dilaporkan secara konsisten pada pengguna vape," kata Polosa.
Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Scientific Reports.
Advertisement
Manfaat penggunaan vape
Studi serupa juga sudah dilaksanakan di Indonesia oleh Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP). Temuan membuktikan, vape sebagai produk tembakau alternatif membawa manfaat menekan risiko kesehatan permasalahan paru-paru. YPKP masih terus mensosialisasikan hasil riset ini ke masyarakat, yang masih menggunakan rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar.
Pendiri YPKP Prof Dr Achmad Syawqie Yazid mengatakan, hasil produk tembakau alternatif ini (vape) memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibanding rokok yang dikonsumsi dengan dibakar.
Hal ini terjadi karena produk yang tidak dibakar dapat menghilangkan senyawa TAR, racun berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau, yang bersifat karsinogenik (senyawa menyebabkan kanker), menurut Syawqie, dalam keterangan rilis, yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (20/12/2017).
Syawqie juga menyebutkan, inovasi dari produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien mengatasi masalah adiksi (kencanduan) rokok.
"Saat ini, masih banyak penafsiran yang salah terkait produk tembakau alternatif, seperti nikotin, snus, vape, dan produk tembakau yang dipanaskan, bukan dibakar. Padahal, produk-produk tersebut telah terbukti secara klinis dapat menjadi alternatif untuk menekan dampak buruk (gangguan pernapasan dan kanker) dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar,” jelasnya.