Nekat Seberangi Sungai, Pedagang Pasar Terseret Banjir Bandang

Pedagang pasar itu memilih menyeberangi Sungai Gintung berarus deras daripada harus memutari jalan sejauh 15 km.

oleh Galoeh Widura diperbarui 21 Des 2017, 00:05 WIB
Ilustrasi Foto Tenggelam (iStockphoto)

Liputan6.com, Purbalingga – Daripada berjalan memutar sekitar 15 kilometer melalui Kecamatan Rembang, Sumirah (65), pedagang pasar yang bertempat tinggal di Dusun Bantarbenda, Desa Grantung RT 6/RW 2, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, nekat menyeberangi sungai dari rumahnya ke Kecamatan Pengadegan atau sebaliknya.

Nahas, hujan turun teramat deras sejak siang sampai sore hari pada Selasa, 19 Desember 2017. Mirah yang kembali menyeberangi Sungai Gintung yang berbatasan dengan Dusun Bantarbenda, diduga terpeleset dan hanyut terbawa arus.

Ia baru ditemukan Rabu pagi, 20 Desember 2017, sekitar dua kilometer dari tempatnya menyeberang. Warga Tetel, Kecamatan Pengadegan, menemukan jasadnya mengambang di sungai. 

"Saat dievakuasi, korban sudah dalam keadaan meninggal," kata Kapolsek Pengadegan, AKP Riyatnadi. 

Dari hasil pemeriksaan tim medis Puskesmas Pengadegan dan Tim Inafis Polres Purbalingga, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan atau luka yang mencurigakan. Setelah diperiksa, jenazah Sumirah diserahkankan kepada keluarga untuk disemayamkan. 

"Dugaan kami, korban terpeleset saat menyeberang dan hanyut terbawa arus Sungai Gintung," ujar Kapolsek. 

Derasnya hujan di wilayah utara Purbalingga seringkali tak tertampung baik oleh tanaman di wilayah perbukitan Serayu utara sebagai hulu Sungai Tambra, Sungai Gintung, dan Bodas. Akibatnya, Sungai Gintung yang biasanya hanya setinggi 30 cm tiba-tiba saja bisa naik sampai 1 meter dengan arus amat deras.

Di sisi lain, akses warga dari Kecamatan Karangmoncol ke Kecamatan Pengadegan yang terdekat memang dengan menyeberangi Sungai Gintung. Apalagi, proyek pembuatan jembatan penghubung dua kecamatan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga itu belum juga selesai.

 


Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Toko mebel di Kelurahan Purbalingga Lor yang sempat rusak karena gempa 6,9 SR, ambruk setelah diterjang banjir bandang. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Hujan intensitas tinggi Selasa lalu juga mengakibatkan empat kecamatan terendam luapan air sungai. Ratusan rumah terendam banjir dan sedikitnya lima rumah mengalami kerusakan. 

Kerusakan bangunan terjadi seperti di toko mebel yang terletak di Kelurahan Purbalingga Lor milik Sahid. Sebelumnya, gempa bumi 6,9 SR yang mengguncang tanah Jawa mengakibatkan bangunan toko mengalami keretakan. 

Belum sempat diperbaiki, dinding yang berbatasan dengan Sungai Gemuruh dihantam arus sungai. Akibatnya, dinding dan lantai bangunan bagian belakang toko ambrol. 

"Terkena banjir kemarin tapi bangunan roboh tadi sekitar pukul 8 pagi," kata Sahid. 

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Sahid menaksir kerugian mencapai puluhan juta. "Bengkel produksi dan sebagian belakang toko yang hancur, ada dinding, atap, lantai, dan tebing penahan yang rusak parah," Sahid menambahkan. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Satya Giri Podo melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik, Muhsoni merinci, sedikitnya 49 rumah di Desa Kutasari, Munjul, dan Karangklesem, Kecamatan Kutasari tergenang air setinggi 10–70 sentimeter. 

"Air surut sekitar pukul 18.30 WIB dan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut," kata Soni. 

Selain toko mebel, bangunan berukuran 2,5 x 3 meter tempat pembuatan knalpot milik Pujiono di Kelurahan Purbalingga Lor RT 5/RW 1 roboh. Tak jauh dari sana, tebing sungai longsor sepanjang 7 x 5 meter, tepatnya di belakang rumah warga di RT 2/RW 3.


Longsor Timbun Rumah

Banjir di lereng Gunung Slamet berdampak pada warga di dua kabupaten, sedangkan banjir di Jombang dianggap merupakan yang terparah tahun ini. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Di tempat lain, rumah rusak juga terjadi di Desa Karangbanjar, Patemon, dan Pekalongan, Kecamatan Bojongsari. Di Desa Patemon, rumah milik Teguh (42) mengalami rusak sedang dengan kerugian mencapai Rp 4 juta. 

Soni menyatakan, penanganan darurat perlu dilakukan yakni dengan pemasangan bronjong sepanjang 16 meter tinggi 5 meter di Sungai gemuruh, tepatnya di Keluarahan Purbalingga Lor RT 2/RW 3. Diperkirakan, membutuhkan sekitar 80 lembar bronjong untuk pengaman di sana. 

"Sementara untuk mitigasi struktural atau penanganan permanen, menjadi wewenang BBWS Serayu Opak dan perwakilannya yaitu Balai PSDA Serayu Citandui," tutur Sono. 

Hujan deras pada Selasa kemarin juga mengakibatkan tanah bergerak sekitar pukul 18.00 WIB di Desa Kaliori RT 12/RW 3, Kecamatan Karanganyar.

Material yang berguguran menimpa rumah milik Sulemi dan mengakibatkan rumahnya mengalami kerusakan berat. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut, penghuni rumah tanggap dan bergegas keluar saat kejadian.

Untuk sementara, Sulemi dan keluarganya mengungsi ke rumah kerabatnya. "Kerugian akibat longsor ditaksir mencapai Rp 50 juta," tutur Soni. 

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, pada Selasa kemarin, empat kecamatan tergenang banjir. Jalan raya dan jalan desa sebagian jadi sungai dadakan. 

Lokasi yang terendam banjir terdiri dari Desa Klapasawit, Kecamatan Kalimanah; Desa Munjul, Karangaren, Kutasari, dan Candiwulan di Kecamatan Kutasari; Desa Kajongan, Patemon, Karangbanjar, dan Pekalongan di Kecamatan Bojongsari; serta Desa Mipiran dan Karanggambas di Kecamatan Padamara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya