Harga Minyak Naik Imbas Pasokan AS Turun

Stok minyak Amerika Serikat susut melebih dari yang diharapkan menjadi katalis untuk harga minyak dunia.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Des 2017, 06:13 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai data menunjukkan pasokan Amerika Serikat (AS) menyusut melebihi yang diharapkan.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange naik 53 sen atau 0,9 persen ke posisi US$ 58,09 per barel usai rilis data the Energy Information Administration menyatakan pasokan minyak AS turun 6,5 juta barel secara mingguan yang berakhir 15 Desember. Analis perkirakan turun 3,2 juta barel.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Februari naik 76 sen atau 1,2 persen ke posisi US$ 64,56 per barel.

"Data tersebut menunjukkan potensi aksi ambil untung. Harga minyak WTI sudah naik 1,2 persen. Stok minyak mentah di Cushing Oklahoma juga memberikan dorongan harga menjadi tertekan," ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (21/12/2017).

Sebelumnya EIA menyatakan, pasokan Cushing naik 800 ribu barel pada pekan lalu menjadi 53 juta. Flynn menambahkan, permintaan bahan bakar bensin juga menguat. Harga bensin untuk pengiriman Januari di Nymex naik 3,87 sen atau 2,3 persen ke posisi US$ 1,73.

"Pasokan bensin naik lebih tinggi 9 persen dibandingkan minggu pertama pada November. Meningkatnya permintaan untuk bensin artinya stok tidak sebesar perkiraan sementara permintaan rendah untuk penyulingan berarti stok kecil terlihat," ujar Matt Smitch, Direktur Clipper Data.

Flynn mengatakan, kuatnya permintaan juga dapat membuat pelaku pasar enggan untuk memegang posisi jangka pendek. Selain itu bertaruh untuk menekan harga menjelang liburan. Apalagi kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah juga cukup pengaruhi.

Sedangkan harga minyak Brent menguat juga didukung dari jaringan pipa di Forties yang rusak ganggu pengiriman. Operator jaringan pipa, Ineos perkirakan perbaikan akan memakan waktu 2-4 minggua.

"Harga minyak Brent akan tetap baik hingga akhir tahun. Diperkirakan turun pada awal Januari karena jaringan pipa kembali beroperasi," tulis Analis Commerzbank.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Harga Minyak Naik pada Perdagangan Kemarin

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak disebabkan karena beberapa sentimen.

Mengutip Reuters, Rabu 20 Desember 2017, harga minyak Brent yang merupakan patokan global, naik 13 sen atau 0,2 persen menjadi US$ 63,54 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS menguat 25 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 57,41 per barel.

Ada tiga sentimen yang mendorong penguatan harga minyak. Pertama adalah penghentian sementara operasional pipa di Laut Utara karena adanya kebocoran. Kedua adalah pemotongan pasokan oleh negara-negara anggota organisasi eksportir minyak (OPEC). Ketiga adalah angka persediaan minyak mentah AS yang terus turun.

Penutupan jaringan pipa Forties di laut utara sejak minggu lalu telah mendorong kenaikan harga minyak mentah Brent. Forties merupakan salah satu dari lima produsen terbesar di AS sehingga akan sangat berpengaruh kepada pasokan.

Pada perdagangan 12 Desember lalu, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$ 65,85 per barel yang merupakan harga tertinggi sejak pertengahan 2015.

"Masih ada gangguan pada jaringan pipa Forties sehingga berpengaruh ke harga minyak," jelas analis U.S. Bank Wealth Management Rob Haworth.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya