Liputan6.com, Hong Kong - Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings mendongkrak peringkat Long Term Foreign dan Local Currency Issuer Default Rating Indonesia menjadi BBB dari sebelumnya BBB- dengan outlook stabil.
Mengutip laman Fitch Ratings, Kamis (21/12/2017), kenaikan peringkat utang Indonesia itu didukung ketahanan Indonesia terhadap guncangan eksternal atau faktor global dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, kebijakan makro ekonomi secara konsisten untuk menjaga stabilitas. Kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak pertengahan 2013 juga membantu menopang cadangan devisa Indonesia menjadi US$ 126 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Fitch juga menilai, Indonesia mampu disiplin menjaga kebijakan moneternya sehingga membatasi dampak dari aliran dana investor asing yang keluar dari Indonesia . Ditambah langkah makro untuk berhati-hati menekan utang luar negeri terutama perusahaan serta pendalaman pasar keuangan juga membantu stabilitas pasar lebih baik.
Selain itu fokus menstabilkan makro ekonomi juga terlihat dalam anggaran yang kredibel dalam beberapa tahun sebelumnya. Meski ketahanan Indonesia membaik, Fitch melihat Indonesia juga hadapi tantangan eksternal yang tetap ada termasuk potensi tekanan pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
Ditambah, ketergantungan Indonesia terhadap komoditas juga masih relatif tinggi. Sedangkan tantangan dari dalam negeri, Indonesia akan hadapi tahun politik. Kemungkinan kondisi politik dapat jadi gangguan dalam membuat kebijakan ekonomi terutama jelang pemilihan kepala daerah 2018 dan pemilihan presiden pada 2019. Ini merupakan sentimen domestik yang dapat ganggu pasar.
Pemerintah Indonesia juga masih hadapi tantangan untuk memperbaiki lingkungan bisnis. Meski demikian langkah-langkah untuk mempermudah keizinan berusaha membuahkan hasil dengan peringkat Indonesia naik tajam ke posisi 72 dari 192 negara terkait kemudahan berusaha.
Reformasi yang dilakukan Indonesia tampaknya berkontribusi terhadap aliran dana investor asing masuk ke Indonesia. Fitch memperkirakan aliran dana investasi asing secara langsung dapat menutupi defisit transaksi berjalan dalam beberapa tahun ke depan.
Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih kuat di antara negara lainnya. Fitch prediksi PDB Indonesia akan naik menjadi 5,4 persen pada 2018 dan 5,5 persen pada 2019 dari 5,1 persen pada 2017. Indonesia dapat keuntungan dari kenaikan perdagangan global dan stabilnya harga komoditas.
Ditambah belanja infrastruktur publik lebih tinggi, biaya pinjaman lebih rendah dan pelaksanaan reformasi struktural membuat Indonesia lebih kuat.
Beban utang pemerintah termasuk rendah sebesar 28,5 persen dari PDB pada 2017 seperti diharapkan Fitch juga jadi katalis positif. Pemerintah mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3 persen dari PDB. Ini membantu kepercayaan investor di Indonesia.
Target defisit pemerintah diperkirakan 2,2 persen dari PDB menunjukkan pendekatan konservatif. Fitch yakin kenaikan defisit cenderung stabil di 2,7 persen dan bertahan di batas maksimum 3 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fitch Pertahankan Peringkat Indonesia pada Juli 2017
Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, kembali mempertahankan peringkat Long Term Foreign dan Local Currency Issuer Default Rating di level BBB- atau layak investasi dengan outlook positif.
Dikutip dari keterangan resminya di Jakarta, Kamis (20/7/2017), peringkat penerbitan obligasi dan sukuk dengan mata uang domestik dan asing yang dikeluarkan melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia juga ditegaskan berada pada level BBB-.
Faktor kunci yang mendukung outlook ini, antara lain rekam jejak stabilitas makro ekonomi yang dapat dijaga dengan baik, outlook pertumbuhan ekonomi yang positif, serta kebijakan pengelolaan utang dengan mempertahankan beban utang pada level yang rendah.
Direktur dan Primary Analyst Fitch Ratings, Thomas Rookmaaker, mengatakan, peringkat ini diperoleh Indonesia lantaran beban utang pemerintah yang rendah dan seimbang. Adapun Fitch menyatakan bahwa Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan eksposur terhadap risiko sektor perbankan pun terbatas.
“Indonesia terus memperkuat kebijakan makro ekonomi dengan fokus pada stabilitas makro dan pertumbuhan yang berkelanjutan sejak kami merevisi outlook Indonesia menjadi positif dari stabil di Desember 2016,” ucap Rookmaaker.
Ia pun mengatakan, dorongan reformasi struktural yang kuat sejak September 2015 secara bertahap memperbaiki lingkungan bisnis yang sulit, termasuk pengurangan jumlah dan lamanya prosedur birokrasi dan pendekatan standar terhadap penetapan upah minimum.
“Agenda reformasi bisa kehilangan momentum jika friksi politik dan agama menjadi gangguan dari pembuatan kebijakan ekonomi saat Pemilihan Presiden 2019,” paparnya.
Selain itu, Fitch juga menyatakan asumsi pertumbuhan PDB yang lebih kredibel dalam anggaran yang direvisi untuk 2017. Sebab, hal ini menggambarkan adanya pergeseran dari target pertumbuhan ekonomi yang terlalu ambisius dalam anggaran dalam beberapa tahun terakhir.
"Fitch memperkirakan pertumbuhan PDB riil akan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2017 dan sebesar 5,6 persen di 2018," kata Rookmaaker.
Fitch menyatakan, kebijakan moneter yang efektif meredam gejolak pasar keuangan dan dorongan reformasi struktural yang kuat sejak Desember 2016 mampu memperbaiki iklim investasi secara bertahap dan diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.
Beban utang pemerintah terhadap PDB pun dinilai cukup baik apabila dibandingkan dengan negara lain yang berada pada peringkat yang sama. Kedisiplinan pemerintah untuk menjaga defisit dalam tingkat yang diatur oleh Undang-Undang sebesar 3 persen dari PDB telah membantu meningkatkan keyakinan investor terhadap Indonesia pada saat pasar bergejolak.
Fitch juga menyatakan bahwa perbaikan rating dimungkinkan apabila Indonesia mampu meningkatkan ketahanan sektor eksternal, melanjutkan perbaikan iklim investasi dan standar tata kelola, serta menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara peers.
Selain itu, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) juga menopang dampak dari gejolak volatilitas nilai tukar yang dilihat dari posisi cadangan devisa (cadev) per Mei 2017 sebesar US$ 125 miliar, naik 35 persen dibandingkan 2013 atau saat terjadi tanrum.
Advertisement