Liputan6.com, Sumenep - Dicolek angin sepoi-sepoi jelang matahari terbit, energi anak-anak pesisir wilayah pantai utara Madura, Jawa Timur, malah semakin tinggi. Mereka berlarian menuju pinggir pantai, baik untuk sekadar main pasir atau mandi di laut.
Kebiasaan anak-anak pesisir menikmati pagi di pinggir pantai sudah jamak dilakukan sejak dulu.
"Setiap pagi anak-anak disini memang sering bermain di pantai," kata Indra Maulana, warga pesisir Desa Semaan, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, saat ditemui Liputan6.com, Rabu, 20 Desember 2017.
Baca Juga
Advertisement
Indra menjelaskan, kebiasaan main di pinggir pantai tidak hanya dilakoni anak-anak. Orang dewasa pun berbondong-bondong jalan-jalan pagi ke pantai. Tak jarang mereka sempatkan mandi di pantai.
Kebiasaan mandi di laut pagi-pagi, sambung Indra, bukan tanpa tujuan. Dengan hangatnya air laut, dingin yang menusuk bisa langsung hilang. Selain menyegarkan tubuh, mandi air laut juga dipercaya dapat menyegarkan tubuh.
Semakin mendekati waktu libur, tradisi mandi di laut juga dilakukan oleh mereka yang berasal dari kota. Mereka bahkan menyempatkan berendam di pasir sebelum mandi ke laut.
"Memang sangat menyenangkan kalau mandi sambil berendam di pasir. Setelah itu, pasti tubuh terasa segar, sehingga badan terasa sehat," ucapnya.
Setelah matahari terbit dan mulai terasa panas, mereka mulai meninggalkan pantai dan pulang ke rumahnya untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Namun apabila hari libur, kebanyakan mereka memanfaatkan waktu lebih lama bermain dan menikmati indahnya pagi di pantai tersebut.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bertemu 'Sottal'
Menanti fajar menyingsing di pantai utara Madura juga bisa diisi dengan dengan mengamati aktivitas nelayan tradisional yang sibuk menangkap ikan di pesisir utara Madura.
Kebiasaan itu bisa dilakukan warga di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, sembari berolahraga menanti terbitnya matahari. Jelang fajar menyingsing, para nelayan sudah sibuk mencari rezeki.
Sebagian nelayan menggunakan perahu, tetapi yang lain hanya menggunakan alat tangkap tradisional yang terbuat dari bambu atau yang dikenal dengan 'Sottal'. Di kala musim ikan dan udang, para nelayan tradisional tersebut lalu-lalang di lautan tak jauh dari bibir pantai.
"Kebanyakan warga yang menunggu pagi menyempatkan menikmati suasana aktivitas nelayan, karena akan semakin terasa indah pemandangan pantai ketika terlihat lalu-lalang kegiatan nelayan," kata Aut Dani (30), seorang warga pesisir Desa Sema'an, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Rabu, 18 Januari 2017.
Menurut Aut, yang datang menanti pagi di pantai wilayah pesisir bukan hanya masyarakat desa setempat saja, tetapi juga warga luar desa. Aktivitas nelayan tradisional yang hanya menggunakan alat seadanya mengingatkan mereka pada masa lalu.
Advertisement
Kenangan Nelayan yang Menyentuh
Pemandangan yang sangat menarik, aktivitas nelayan yang menangkap udang dengan menggunakan alat tradisional Sottal. Sebab, alat tangkap udang tersebut belum ada perubahan dari yang digunakan nelayan pada zaman dulu.
"Makanya, membuat orang senang menikmati aktivitas nelayan tersebut," tutur Aut Dani.
Dia menjelaskan, aktivitas nelayan menangkap yang dapat terlihat jelas secara kasat mata itu hanya musiman. Ketika tidak ada musim udang rebon, biasanya nelayan tersebut menangkap ikan di tengah laut yang cukup jauh dari pinggir pantai.
Dengan momen terbatas, tak jarang warga yang datang merekam kenangan lewat kamera mereka.
"Di era modern seperti sekarang ini sudah jarang alat tradisional yang digunakan nelayan. Tetapi di sini, masih ada alat tangkap udang peninggalan nenek moyang yang masih terus digunakan oleh nelayan. Jadi, itu sebenarnya yang membuat orang senang melihat aktivitas nelayan tradisional," kata Aut.