Menyoal Buruh Perempuan dalam Karya Seni Rupa

Persoalan buruh perempuan yang tak pernah selesai jadi latar belakang Dewan Kesenian Jakarta menggelar pameran seni rupa.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Des 2017, 12:00 WIB
Foto: Dok. Dewan Kesenian Jakarta

Liputan6.com, Jakarta Data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2017 menunjukkan, jika dibandingkan laki-laki, tenaga kerja perempuan di sektor informal lebih mendominasi. Tercatat, perempuan yang bekerja di sektor informal mencapai 63,48 persen, sedangkan laki-laki sebanyak 54,94 persen. Sisanya bekerja di sektor ekonomi formal.

Meski demikian, persoalan buruh perempuan tidak lantas berkurang. Persoalan yang terpampang nyata, dan bahkan tanpa disadari, antara lain kesenjangan upah antara perempuan dan laki-laki, hak-hak normatif seperti cuti haid, dan hak maternitas yang belum terpenuhi, serta yang paling mencuat adalah permasalahan kekerasan seksual.

Melihat hal ini, melalui program Proyek Seni Perempuan Perupa, Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merasa perlu menyoroti persoalan buruh perempuan di Indonesia ke dalam pameran bertajuk “Tulang Punggung: Relasi Industri terhadap Buruh Perempuan”.

Terkait pameran ini, Mia Maria, Ketua Komite Seni Rupa DKJ menurut infomasi yang diterima Liputan6.com, Kamis (21/12/2017) mengatakan,  “Proyek Seni Perempuan Perupa ini diharapkan terus berlanjut untuk dapat mengangkat kekuatan-kekuatan perempuan dalam membangun komunitas dan menjadi tulang punggung dalam pengembangan budaya, dari gugus yang terkecil, keluarga, sampai ke pengembangan budaya bangsa.”

 


Antara Buka Warung dan Rajut Kejut

Tulang Punggung menampilkan presentasi dari dua kolektif perempuan seniman dari dua generasi berbeda, yang dianggap sebagai simbol representasi dari serikat buruh. Dua kolektif perempuan seniman tersebut, Buka Warung yang terdiri dari perempuan-perempuan muda dan Rajut Kejut yang terdiri dari perempuan yang rata-rata telah berumah tangga dan menjadi ibu. Kedua kolektif perempuan seniman tersebut telah melakukan kerja proyek seni ini sejak Juni 2017.

Proyek Seni Perempuan Perupa menggandeng Trade Union Right Center (TURC) untuk melakukan penelitian, penulisan buku, dan mendapatkan akses ke serikat-serikat buruh perempuan. Buka Warung tertarik melakukan penelitian mengenai buruh pabrik, sedangkan Rajut Kejut menelisik lebih jauh seluk-beluk buruh rumahan di Jakarta Utara dan Tangerang.

“Setelah melakukan penelitian mengenai buruh rumahan tersebut, Rajut Kejut kemudian membuka partisipasi publik luas untuk membuat rajutan dengan tema Perempuan dan Pekerjaan. Hasilnya menakjubkan.

Lebih dari 200 partisipan tertarik dan mengirim rajutannya ke kami. Jadi rajutan dalam pameran ini adalah hasil kolektif teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jabodetabek, Batam, Malang, Pangkal Pinang, Yogyakarta, dan Balikpapan,” ujar Harjuni Rochjati, Penggagas Rajut Kejut.

Berbeda dengan Rajut Kejut, Buka Warung melihat sisi lain dari buruh perempuan. “Kalau kami tertarik untuk melihat seluk beluk kehidupan buruh pabrik, kami mengunjungi sebuah pabrik yang memiliki sistem dan jaminan kerja yang baik.

Buka Warung merespons bagaimana kebahagiaan diperoleh perempuan buruh pabrik dalam kesehariannya,” ujar Astri Purnama Sari, koordinator Buka Warung. Malam pembukaan pameran hasil Proyek Seni Perempuan Perupa 2017: Tulang Punggung dirayakan pada Rabu, 20 November 2017 pukul 19:00 WIB di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki. Pameran masih akan berlangsung di tempat yang sama sampai 15 Januari 2018 pukul 10:00-20:00 WIB.

 


Antara Seni dan Buruh Perempuan

Foto: Dok. Dewan Kesenian Jakarta

Untuk memperkaya program Proyek Seni Perempuan Perupa 2017: Tulang Punggung ini dilengkapi dengan diskusi dalam dua sesi pada Kamis, 21 Desember 2017. Pada sesi pertama pukul 13:00-15:00 WIB, menggandeng SINDIKASI (Serikat Pekerja Media & Industri Kreatif untuk Demokrasi) dengan mengangkat tema “Di Belakang Meja: Mengurai Kerentanan Perempuan dalam Industri Kreatif dan Media”. Acara ini menghadirkan pembicara Cecil Mariani (Desainer Grafis), Ellena Ekarahendy (Ketua SINDIKASI), dan Syahar Banu (Jurnalis), serta moderator Anggraeni Widhiasih (Anggota Koperasi Riset dan Forum Lenteng).

Pada sesi kedua pukul 16:00-18:00 WIB, akan mengangkat tema “Relasi Industri terhadap Konteks Perempuan Pekerja Saat Ini” dengan menghadirkan pembicara Ruth Indah Rahayu (Peneliti Feminis), Syarif Arifin (Lembaga Informasi Perburuan Sadane), dan moderator Mohammad Setiawan (TURC). Tidak hanya dua diskusi itu saja, pameran ini dilengkapi juga dengan workshop bersama buruh rumahan pada Jumat, 22 Desember 2018 pukul 14:00 WIB. Seluruh rangkaian acara ini gratis dan terbuka untuk umum.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya