Selamat Tinggal Papan Reklame Pengganggu Pejalan Kaki

Satpol PP Kota Medan sudah mengirim surat peringatan kepada pemilik papan reklame, tapi tak digubris hingga sanksi berlaku.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Des 2017, 16:02 WIB
Sejumlah papan reklame menghiasi tepi Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (20/9). Pemprov DKI akan melakukan penertiban konstruksi reklame yang sudah mulai rusak untuk mengantisipasi cuaca ekstrem pada musim penghujan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Medan - Pemerintah Kota Medan membongkar papan reklame yang berdiri di atas jalur pedestrian karena dinilai mengganggu jalan pejalan kaki dan peraturan wali kota. Kepala Satpol PP Kota Medan, M. Sofyan mengatakan, pihaknya telah membongkar sejumlah papan reklame yang berdiri di jalur pedestrian.

Pembongkaran tersebut dilakukan karena melanggar Peraturan Wali Kota (Perwal) Medan No 16/2017 tentang Penataan Reklame.

"Dalam Perwal itu dilarang mendirikan papan reklame yang berukuran di bawah sepuluh meter. Di samping itu lokasi berdirinya papan reklame merupakan jalus pedestrian," katanya di Medan, Kamis (21/12/2017), dilansir Antara.

Ia mengatakan, pihaknya tidak asal main bongkar. Meski terbukti melanggar Perwal No 16/2017, Satpol PP lebih dahulu menyurati pemilik papan reklame untuk membongkar sendiri. Nyatanya, surat peringatan ternyata tidak ditindaklanjuti sehingga akhirnya papan reklame dibongkar paksa.

"Pembongkaran akan terus kami lakukan. Selain melanggar Perwal, sesuai dengan instruksi wali kota, kami akan membersihkan seluruh jalur pedestrian yang ada di Kota Medan dari papan reklame," katanya.

Ia mengatakan, Wali Kota Medan ingin memberikan kenyamanan bagi para masyarakat, terutama para pejalan kaki. Untuk itu, Sofyan mengimbau agar papan reklame yang sampai saat ini masih berdiri di jalur pedestrian segera dibongkar sendiri oleh pemiliknya.

"Seluruh jalur pedestrian harus bersih dari papan reklame. Jika papan reklamenya tidak ingin dibongkar paksa, saya minta untuk dibongkar sendiri," katanya.

Guna mendukung kelancaran masyarakat menikmati jalur pedestrian dengan berjalan kaki, termasuk para wisatawan, ia juga menegaskan siap untuk membersihkan para pedagang kaki lima yang menggelar lapak di jalur pedestrian.

"Saat ini kami telah menurunkan anggota untuk mendata di jalur pedestrian mana yang digunakan PKL menggelar lapak. Setelah itu, barulah kita melakukan penertiban, sebab jalur pedestrian ini diperuntukkan bagi para pejalan kaki," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 


Belajar dari Malioboro

Wisatawan berjalan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Selasa (31/10). Pemerintah Provinsi DIY meliburkan aktivitas pedagang kaki lima, seniman jalanan, andong dan becak di sepanjang Jalan Malioboro setiap 35 hari sekali. (Liputan6.com/Gholib)

Menata jalur pejalan kaki yang nyaman bisa belajar dari kawasan Malioboro. Kawasan itu menerapkan program Selasa Wage yang berarti harus terbebas dari  dari Pedagang Kaki Lima (PKL), andong, dan becak mulai pukul 00.00 WIB.

Emmawati wisatawan asal Palembang mengaku baru mengetahui program Selasa Wage Malioboro ini. Namun demikian, dirinya mengaku senang dengan kondisi Malioboro saat ini.

"Saya baru tahu dikiranya karena masih pagi ya. Jadi ya sepi. Ternyata memang sepi ya bagus deh lebih nyaman," ujarnya di Malioboro, Selasa, 31 Oktober 2017.

Emma mengaku, dengan adanya program ini, pengunjung Malioboro dapat menikmati suasana jalan tersebut dengan lelauasa. Ia melihat wisatawan dan warga bisa beraktivitas dengan lebih nyaman.

"Itu ada anak-anak TK bisa aktivitas dengan enak. Asyik ini bisa jadi contoh," ujarnya.

Sementara itu, Agus salah satu warga yang ikut "reresik Malioboro" mengaku sudah membersihkan kawasan Malioboro sejak pagi tadi. Semua sisi di jalan Malioboro dibersihkan dari sampah dan limbah PKL. Saat wisatawan datang di pagi hari, semuanya sisi di Malioboro sudah bersih.

"Dari jam 06.00 pagi tadi. Kita sapu dari Abu Bakar Ali sampai titik nol," katanya.

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, Malioboro menjadi milik semua orang yang datang ke Yogyakarta. Wisatawan juga berhak menikmati Malioboro yang lengang dapat dilakukan setiap Selasa Wage.

"Selasa Wage 26 September lalu sudah berjalan baik sekarang lebih baik. Pemerintah dan warga berkompromi selama 35 hari sekali kita sembari melakukan improvisasi," ujarnya.


Apresiasi PKL

Pengendara becak motor melintas di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Selasa (31/10). Karena hari bebas pedagang kaki lima (PKL) trotoar dan jalur lambat di sepanjang jalan ini terlihat lapang dan bersih. (Liputan6.com/Gholib)

Haryadi mengapresiasi pedagang Malioboro yang mengistirahatkan Malioboro selama satu hari. Menurutnya, ini bukan program pemerintah semata, tapi program dari semua elemen masyarakat. Baginya, ada tiga hal yang harus selalu terjaga di Malioboro, yaitu bersih, tertib, dan aman.

"Ini bukan pengosongan semata, tapi kegiatan masyarakat dan pariwisata. Terus improving. Yang baik-baik kita catat dan tingkatkan. Ini komitmen Pemkot dan warga. Wujudkan Malioboro tertib, bersih, dan aman," ujarnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata, Yunianto Dwisutono mengatakan, setiap Selasa Wage Malioboro akan memiliki tema sendiri. Seperti pembersihan cat di beberapa tembok dan outlet di Malioboro.

Yunianto mengatakan, ke depan acara seperti ini dapat dilakukan secara mandiri. Termasuk akan ada beberapa acara untuk mengisi di pedestrian Malioboro. Langkah ini sebagai improvisasi untuk meningkatkan layanan wisatawan di Malioboro.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya