Liputan6.com, Cilacap - Desember selalu menjadi hari yang membahagiakan bagi umat Kristiani. Sebentar lagi, mereka merayakan Natal, tepatnya pada 25 Desember.
Begitu pun dengan Suster Anastasia. Wanita asal Indonesia timur itu mulai mempersiapkan segala sesuatu keperluan Natal, baik di sekolah maupun di gereja.
Mulai pertengahan Desember, kesibukan dan riang Natal semakin terasa. Keluarga Kristiani memasang Pohon Natal beserta pernak-pernik, atau sekadar memajang patung Yesus dan boneka sinterklas.
Riang Natal pun terasa betul di Panti Kasih Sepanjang Masa, Sidareja, Cilacap. Mereka mulai bersiap menyambut hari raya itu.
Namun, ada yang berbeda dari kesibukan mempersiapkan Natal kali ini. Mereka juga mengurus puluhan pengungsi akibat banjir yang melanda 11 desa di Cilacap, yakni sekitar 67 warga Sidareja.
Baca Juga
Advertisement
Ada kisah toleransi di sini. Pasalnya, seluruh pengungsi banjir adalah umat Muslim. Seperti yang diajarkan seluruh agama, menolong memang tak pernah dibatasi ras, agama, maupun derajat sosial. Di mata Tuhan, semuanya sama.
Tak hanya kali ini Panti Kasih Sepanjang Masa menjadi Posko Pengungsian. Sejak September 2017 lalu, panti ini menjadi andalan warga sekitar, yang mayoritas Muslim, untuk mengungsi. Kebetulan, lokasi panti ini bebas dari rendaman banjir.
"Kalau sejak musim hujan ini sudah empat kali panti menjadi pengungsian," ucap suster Anastasia. Matanya berbinar, memperlihatkan rasa antusiasme, toleransi, dan keikhlasan membantu sesama.
Di satu waktu, Suster Anastasia membantu emak-emak muda yang belum becus mengurus bayinya. Sejurus kemudian, ia sibuk membantu di dapur umum. Tak kehabisan tenaga dan keriangan, ia mengajak anak-anak balita bermain dan bergembira.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Semangat Toleransi Beragama di Panti Kasih Sepanjang Masa
Tak berbeda jauh, Suster Kepala Panti Kasih Sepanjang Masa, Suster Agatha Fransiskanes Misionaris Maria Imaculata (FMMI). Meski senior, Suster Agatha tak segan membantu ibu-ibu mengurus anak-anaknya.
Ia pun, dengan antusias turut merawat seorang ibu, warga Sidareja, Maryah, yang terserang disentri. Dengan sigap, ia mengantar si ibu bolak-balik ke toilet. Tak sedikit pun ia khawatir tertular, meski mengetahui bahwa penyakit khas daerah banjir ini gampang memapar orang-orang yang berinteraksi dengan penderita.
“Kita sudah biasa. Kalau banjir kita selalu terbuka menampung pengungsi. Siapa saja boleh mengungsi di sini, kami terbuka," tutur Suster Agatha.
Panti Kasih Sepanjang Masa adalah lembaga yang menangani orang-orang kesusahan. Saat ini, di tempat tersebut, ada 10 orang yang dirawat. Panti ini berada di bawah Yayasan Sosial Bina Sejahtera yang didirikan oleh Charles Patrick Burrows alias Romo Carolus.
Romo Carolus tak hanya dikenal lantaran selalu menjadi pendamping rohani umat Kristiani yang hendak dihukum mati. Ia juga dikenal sebagai pastor yang secara konstan menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM), toleransi beragama, dan membantu sesama.
Tak terhitung sekolah maupun lembaga pendidikan yang didirikannya di Cilacap dan sekitarnya. Siswanya pun kebanyakan Muslim dan ia tak pernah memaksa murid untuk berpindah agama. Bahkan, guru-guru perempuannya pun banyak yang Muslim dan berhijab.
Advertisement
Pengungsi Banjir Mulai Terserang Penyakit
Kembali ke banjir, memang, pada hari kedua mengungsi, puluhan pengungsi banjir Sidareja Kabupaten Cilacap mulai terserang penyakit. Angka pengungsi pun bertambah, dari 157 pada hari pertama menjadi 172 orang pada hari kedua.
Di Panti Kasih Sepanjang Masa, 25 orang menderita berbagai penyakit, mulai gatal-gatal hingga pusing. Maklum, meski terbilang tempat pengungsian nyaman, tetap saja, mereka kurang istirahat. Salah satunya akan dirujuk ke Puskesmas Rawat Inap Sidareja lantaran terserang disentri.
Dikhawatirkan, disentri menular ke pengungsi lainnya, terutama pada kelompok rentan, seperti bayi dan balita. Pasalnya, di tempat pengungsian Panti Asuhan Kasih Sayang Sepanjang Masa, Sidareja terdapat sekitar 20 bayi dan balita yang turut mengungsi. Jumlah keseluruhan pengungsi di tempat ini adalah 67 jiwa.
Bantuan pun mulai mengalir. Yang utama, tentu dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap. Mereka menyediakan bahan makanan, selimut, hingga pampers bayi. Khusus bayi dan balita, disediakan pula makanan tambahan dan susu formula.
Bagaimana dengan Keamanan Barang Para Pengungsi di Rumah?
Tak ketinggalan, kepolisian pun turun tangan dalam peristiwa banjir Cilacap. Pasalnya, banyak penduduk yang enggan mengungsi lantaran khawatir kehilangan barang di rumah yang ditinggalkan.
"Kami menjamin barang-barang aman ada personel yang bertugas. Kalau situsasinya banjir, hujan terus sebaiknya mengungsi," Kapolres Cilacap, AKBP Djoko Julianto menegaskan.
Di sela persiapan pengamanan Natal dan tahun baru, Kapolres menyempatkan waktu melihat secara langsung situasi banjir dan menjenguk para pengungsi. Ia pun menyerahkan bantuan di empat lokasi pengungsian.
Diketahui, Banjir Cilacap disebabkan hujan deras yang terjadi dalam sepekan terakhir. Diperoleh laporan, ribuan rumah di 11 desa di empat kecamatan terendam. Empat kecamatan itu yakni Sidareja, Kedungreja, Gandrungmangu, dan Wanareja.
Advertisement