Kaleidoskop 2017: Setya Novanto, Foto Viral hingga Tiang Listrik

Setya Novanto menjadi salah satu sosok yang menarik perhatian publik di 2017.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 21 Des 2017, 22:30 WIB
Setya Novanto (Putra Pribumi/twitter.com)

Liputan6.com, Jakarta Setya Novanto menjadi salah satu sosok yang menarik perhatian publik di 2017. Selain kasus korupsi e-KTP yang menjeratnya, publik juga dibuat gemas dengan kabar kesehatan Setnov.

Pasalnya, kondisi kesehatan pria tersebut kerap mewarnai proses hukum yang harus dijalaninya. Mulai dari Setya Novanto tiba-tiba terjatuh saat berolahraga di pertengahan September dan berakhir rawat inap di rumah sakit, kecelakaan saat mobil yang ditumpangi menabrak tiang listrik, hingga mengaku batuk dan diare sebelum dan saat menjalani sidang perdana kasus e-KTP.

Berbagai gangguan kesehatan yang menimpa politikus dari Partai Golkar itu mendapat reaksi publik, terutama melalui dunia maya. Linimasa media sosial seperti Twitter ramai berisi cuitan warganet terkait kesehatan Setnov. Tak hanya sampai di situ, warganet yang memiliki energi dan kreativitas lebih pun mengekspresikan komentar mereka dalam bentuk meme.

Berikut jejak kondisi kesehatan Setya Novanto yang mendapat perhatian publik, dihimpun Health-Liputan6.com untuk Kaleidoskop 2017. 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

 

 


Diare di sidang perdana

Tersangka korupsi proyek E-KTP Setya Novanto (tengah) saat mengikuti sidang perdana di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (13/12). Sidang beragendakan pembacaan dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum KPK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam sidang perdana korupsi e-KTP, 13 Desember 2017 lalu, Setya Novanto tampak sakit dan mendadak bisu ketika ditanya Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Yanto. Dia hanya diam membisu sambil menundukkan kepala.

Setnov mengaku tengah diare. Dengan mulut gemetar, dia mengaku sudah lima hari mengalami gejala diare. Penasihat hukum Setnov pun sempat mengatakan kliennya 20 kali bolak-balik kamar mandi karena diare.

Setya Novanto bilang, dia sudah meminta obat, namun tak diberi. Keterangan Setnov ini dibantah oleh jaksa penuntut umum KPK, Irena Putri. Menurut Irene, Setnov berpura-pura mengaku sakit diare.

Pengadilan Tipikor Jakarta pun akhirnya menunda persidangan agar Setya Novanto bisa menjalani pemeriksaan kesehatan.

Dalam kacamata medis, seseorang yang mengalami diare lebih dari lima hari serta lebih dari 20 kali bolak-balik ke kamar kecil, semestinya bakal lemas dan tak sanggup beraktivitas. Demikian menurut dr Dyah Novita Anggraini, bukan termasuk dokter yang memeriksa kesehatan Setya Novanto.

"Diare lebih dari lima hari berarti dia kehilangan banyak cairan di dalam tubuh. Kehilangan cairan membuat pasien dehidrasi. Dehidrasi ini pun punya dampak lagi," kata Dyah saat dihubungi Health Liputan6.com.

Pasien diare pun tak boleh dibiarkan begitu saja tanpa pengobatan, sebab cairan tubuh yang hilang harus segera digantikan. Menurut dr Novita, bila pasien bolak-balik ke kamar mandi lebih dari tiga kali saja sudah berbahaya.

Sebelum mengaku diare, Setya Novanto juga dikabarkan mengeluh sakit batuk. Ketika akan menjalani persidangan tim dokter KPK juga telah melakukan pemeriksaan dan menyatakan Setnov sehat, layak untuk menjalani persidangan.


Menabrak tiang listrik

Polisi melakukan olah TKP di lokasi kecelakaan Ketua DPR, Setya Novanto di kawasan Permata Hijau, Jakarta, Jumat (17/11). Sebelumnya, mobil Fortuner yang ditumpangi Setya Novanto menabrak tiang listrik. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kamis malam, 16 November 2017, Setya Novanto dikabarkan mengalami kecelakaan dan dilarikan ke RS Permata Hijau. Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB. Mobil Fortuner yang ditumpanginya naik ke trotoar di Jalan Permata Berlian, Jakarta, dan menabrak sebuah tiang listrik. Kondisi kendaraan roda empat itu penyok-penyok.

Menurut keterangan sang pengacara, Fredrich Yunadi, Setya Novanto mengalami luka-luka dan langsung pingsan akibat kecelakaan itu. Pengacara itu juga mengatakan mobil yang ditumpangi "hancur... cur... cur..."

Masih menurut sang pengacara, Setya Novanto dilarikan ke RS Media Permata Hijau menggunakan ojek lantaran telah pingsan, ketakutan, dan bingung.

Dalam kecelakaan itu hanya Setya Novanto yang mengalami luka-luka. Kecelakan Setnov terjadi setelah dia sempat "menghilang" setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka kasus e-KTP pada 10 November 2017. Dia tak ada ketika penyidik KPK mendatangi kediamannya dengan surat perintah penangkapan.

Setelah dirawat di RS Medika Permata Hijau selama semalam, dr Bimanesh Sutarjo yang merawat mengatakan kondisi Setya Novanto sudah mulai pulih dan bisa rawat jalan. Namun sang dokter enggan mengungkap pasti kondisi kesehatan pria 62 tahun itu.

Meski sudah dinyatakan mulai pulih, di hari berikutnya Setya Novanto dirujuk ke RSCM, Jakarta Pusat karena perlu pemeriksaan MRI. Alat pemeriksaan MRI di RS Permata Hijau rusak.

Menurut keterangan sang pengacara, Fredrich YUnadi, Setnov mengalami cedera kepala, kaki keram, matanya tak bisa dibuka, dan dada sesak. Dia juga dikabarkan mengalami benjolan di kepala. Dokter di Permata Hijau sudah berkoordinasi dengan RSCM. Bahkan dr Bimanesh Sutarjo yang menangani Setnov juga ikut mendampingi menuju RSCM.


Terkapar usai olahraga

Sebelum menjalani perawatan di RS Permata Hijau, Setya Novanto juga pernah rawat inap di RS Premier, Jatinegara, Jakarta Timur. Setnov dikabarkan pingsan saat tengah berolahraga pada 17 September 2017.

Dokter mendiagnosisnya dengan penyakit vertigo. Kemudian dia juag disebut menderita sakit ginjal, jantung, hingga tumor di tenggorokan. Bahkan Setya Novanto sempat melakukan operasi katerisasi jantung di rumah sakit tersebut.

Rawat inap yang dijalani Setya Novanto dikabarkan berbarengan dengan surat pemanggilan pemeriksaan perdana sebagai tersangka korupsi pengadaan e-KTP oleh KPK.

Selain kabar Setnov dirawat, beredar pula foto yang memperlihatkan pria itu tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan alat bantu napas. Foto itu kemudian menjadi viral dan diduga ada berbagai kejanggalan di dalamnya. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya