5 Fakta Keren Kongres Perempuan Indonesia yang Jadi Awal Hari Ibu

Pemikiran para perempuan yang mengikuti kongres ini sangat maju untuk zamannya. Ingat, mereka melakukan kongres pada tahun 1928, masih dalam

oleh Famega Syavira Putri diperbarui 22 Des 2017, 11:01 WIB
Kongres Perempuan Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Tahun ini puncak peringatan Hari Ibu dirayakan di Raja Ampat, Papua. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memilih tema "Perempuan Berdaya Untuk Indonesia". Tema ini sejalan dengan semangat Kongres Perempuan Indonesia, peristiwa bersejarah yang menjadi gerakan nasional perempuan pertama di Indonesia. 

Tanggal 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu oleh Presiden Sukarno demi memperingati Kongres Perempuan Indonesia yang dibuka pada 22 Desember 1928. Kongres diadakan di Yogyakarta, di sebuah pendopo milik bangsawan bernama RT Joyodipoero.

Pemikiran para perempuan yang mengikuti kongres ini sangat maju untuk zamannya. Ingat, mereka melakukan kongres pada tahun 1928, masih dalam masa penjajahan Belanda, 17 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Dikutip dari buku Kongres Perempuan Pertama oleh Susan Blackburn, berikut ini beberapa fakta keren tentang Kongres Perempuan Indonesia yang harus diketahui:

1. Diremehkan 

Meski banyak diremehkan, para perempuan tak menyerah. "Orang perempuan saja kok mengadakan kongres, yang hendak dirembug di situ itu apa!", demikian ucapan yang didengar oleh salah satu pencetus pada saat dia mau berangkat ke Kongres.

2. Dihadiri 1000 orang

Sekitar 1000 orang hadir dalam malam resepsi pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang diadakan malam 22 Desember. Mereka yang hadir berasal dari organisasi penting yang berasaskan nasionalisme maupun agama. Ada wakil-wakil dari Boedi Oetomo, Partai Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, Jong Java, Jong Madoera, Mohammadiyah dan Jong Islamieten Bond.

 


Ingin reformasi hukum yang tidak mendiskriminasi perempuan.

3. Dari berbagai kalangan

Para perempuan hadir dari berbagai kalangan, baik tua dan muda, berpendidikan dan tidak berpendidikan. Organisasi perempuan yang hadir berasal dari aneka afiliasi, yakni nasionalis, Islam dan Katolik. 

4. Menggunakan bahasa persatuan

Walaupun sebagian peserta adalah orang Jawa, mereka berbicara bahasa Melayu. Kongres ini diadakan pada tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda, sehingga mereka sadar bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.

5. Ingin memajukan perempuan

Tujuan kongres adalah untuk menyatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia. Mereka memperjuangkan reformasi hukum yang tidak mendiskriminasi perempuan. Hasil kongres antara lain:

  • Membentuk wadah dana beasiswa untuk pendidikan gadis-gadis miskin.
  • Melakukan propaganda melawan perkawinan anak-anak.
  • Meminta pemerintah menyediakan dana untuk mendukung janda dan anak yatim.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya