Liputan6.com, Jakarta - Saat ini baju dengan pola garis-garis sering kita temui dan kerap digunakan dalam berbagai aktivitas. Ternyata di balik baju sederhana yang memberikan kesan kasual itu, ada sejarah kelam di masa lalunya.
Pada abad pertengahan, orang-orang di Eropa yang memakai baju dengan pola garis-garis bisa berisiko dibunuh. Melansir Racked, berikut ini merupakan fakta sejarah singkat dari baju garis-garis.
Baca Juga
Advertisement
Selama bertahun-tahun, garis-garis sering kali diasosiasikan dengan perwujudan iblis. Mulai dari abad ke-12, pola garis-garis dianggap sebagai perbedaan dan sebuah penyakit. Apalagi pada era pertengahan, sesuatu yang berbeda dari pola masyarakat, bisa berakibat buruk.
Oleh karena itu, sudah menjadi hal yang biasa jika pola garis-garis kerap kali ditemukan pada pakaian prostitusi, algojo, non-kristen, orang penderita lepra, badut, kstaria yang tak setia, sampai dengan orang buangan. Beragam pekerjaan dan tindakan yang dianggap buruk oleh mereka diasosiasikan dengan pakaian garis-garis.
Bahkan, pernah tercatat pada tahun 1310 seorang pembuat sepatu asal Prancis, pernah dihukum mati hanya karena menggunakan baju bergaris-garis.
Digunakan untuk Bendera Kebangsaan
Pastinya kita bertanya-tanya mengapa pemikiran semacam ini terjadi pada masyarakat Eropa pada zaman dahulu?
Menurut buku The Devil's Cloth, History of Stripes, pemikiran semacam itu muncul dalam menginterpretasikan makna dari sebuah surat dalam alkitab. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa orang-orang zaman dahulu merasa tak nyaman jika tak bisa membedakan penampilan depan dan belakang ketika mengenakan baju bergaris-garis.
Anggapan seperti itu semakin lama kian berubah dan mulai luntur setelah revolusi Amerika terjadi. Pada saat revolusi di Amerika memuncak, menggunakan pakaian bergaris dianggap sebagai tindakan politik. Pakaian bergaris-garis dinilai sebagai bentuk kesetiaan terhadap pikiran-pikiran dan pandangan pencerahan yang tak lagi kaku.
Setelah itupun, baju ataupun pakaian bergaris-garis menjadi tren fashion yang mulai populer hingga menyebar ke Prancis, sebagai salah satu negara pendukung Amerika dan ke wilayah Eropa lainnya. Walaupun pernah dikecam sebagai hal yang buruk, pola bergaris kian digunakan pada bendera kebangsaan.
Sayangnya, ternyata pemikiran dari zaman pertengah masih sempat kembali digunakan. Meski Amerika menjadi negara yang mengembangkan tren pakaian bergaris, mereka juga harus bertanggung jawab terhadap garis-garis pakaian yang digunakan para tahanan penjara.
Hal ini mulai digunakan oleh para tahanan di Maryland dan Pennsylvania, sebelum tersebar kembali ke Eropa. Tentunya garis-garis yang digunakan pada para narapidana, mengingatkan kita kembali tentang simbol yang berlaku dalam abad pertengahan, di mana pola garis-garis dianggap tanda orang buangan.
Advertisement
Digunakan Orang-orang Terkenal
Meskipun demikian, pada tahun 1858 angkatan laut Perancis memutuskan dengan resmi bahwa seragam mereka menggunakan pola garis-garis yang lebih kecil dengan paduan warna biru dan putih. Mereka menggunakan 21 garis dalam seragam sebagai simbol atas kemenangan Napoleon Bonaparte.
Seragam dari para angkatan laut Perancis juga menginspirasi desainer Coco Chanel untuk membuat koleksi nautical pada tahun 1917. Selain itu, orang-orang terkenal dan intelek di abad ke-20 turut menyumbangkan pengaruh tentang pakaian bergaris.
Sekarang ini pola pakian bergaris seperti atasan breton bisa digunakan untuk seluruh lapisan usia dan gender apapun. Selain itu, baju dan pakian bergaris dianggap menyenangkan dan dinamis untuk digunakan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: