Mau Bebas, Pangeran Alwaleed Harus Bayar Rp 81 Triliun

Orang terkaya Arab Saudi Pangeran Alwaleed Bin Talal ditahan pihak berwenang Arab Saudi karena diduga terlibat dalam kasus korupsi.

oleh Vina A Muliana diperbarui 24 Des 2017, 07:00 WIB
Pangeran Saudi Alwaleed bin Talal saat konferensi pers di Jeddah pada 11 Mei 2017. Alwaleed dilaporkan ditangkap oleh Komisi Anti Korupsi Arab Saudi terkait dugaan korupsi. (AFP Photo/Amer Hilabi)

Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya Arab Saudi yang juga merupakan petinggi kerajaan Pangeran Alwaleed Bin Talal ditahan pihak berwenang Arab Saudi karena diduga terlibat dalam kasus korupsi. Demi bisa bebas, Pangeran super kaya ini dilaporkan harus membayar US$ 6 miliar atau Rp 81 triliun.

Dilaporkan Wall Street Journal, Minggu (24/12/2017) pria 62 tahun ini masuk dalam deretan tahanan yang diminta uang tebusan dengan nominal paling tinggi. Pangeran Alwaleed sudah ditahan pihak kerajaan sejak November lalu.

Lebih lanjut, Alwaleed juga dilaporkan sedang melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan pihak berwenang tentang uang tebusan yang harus ia bayar. Rencananya, ia akan memberikan sebagian saham dari perusahaan raksasanya, Kingdom Holding Co, sebagai jaminan.

Kingdom Holding Co masuk dalam bursa saham Arab Saudi. Perusahaan ini ditaksir memiliki valuasi mencapai US$ 9 miliar.

Alwaleed merupakan pangeran Arab Saudi yang masuk deretan orang terkaya di dunia. Sebelum ditangkap, pangeran yang suka memamerkan gaya hidup flamboyan ini dilaporkan memiliki harta US$ 18 miliar.

Sayang, menyusul penangkapan ini, kekayaan Pangeran Alwaleed Bin Talal pun merosot tajam. Forbes melaporkan harta Alwaleed dilaporkan merosot US$ 732 juta atau Rp 9,9 triliun. Alwaleed kini menduduki peringkat 68 orang terkaya dunia.

Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz mengambil keputusan untuk memecat dan menangkap sejumlah petinggi kerajaan pada Sabtu, 4 November 2017. Sebanyak 11 pangeran dan puluhan menteri ditahan, salah satunya miliarder Alwaleed bin Tawal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Gurita Bisnis Pangeran Alwaleed

Pangeran Arab Saudi, Alwaleed bin Talal (kedua kanan) saat mengunjungi proyek Menara Jeddah, Laut Merah, Jeddah (11/5). Jeddah Tower yang juga dikenal Kingdom Tower ini disebut-sebut akan menjadi menara tertinggi di dunia. (AFP PHOTO/Amer Hilabi)

Pemerintah Arab Saudi menangkap beberapa pangeran dan menterinya terkait tudingan korupsi. Salah satunya, miliarder dunia yang juga orang terkaya di Timur Tengah Pangeran Alwaleed bin Talal.

Sepak terjang Pangeran Alwaleed di dunia bisnis sudah tak diragukan. Pada November 2016, majalah Forbes memasukkan Alwaleed dalam peringkat ke-45 sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 18,7 miliar atau setara Rp 252,41 triliun.

Meski data terakhir Forbes, pada Minggu 5 November 2017, kekayaan Pangeran Alwaleed turun menjadi US$ 17 miliar atau setara Rp 229,4 triliun. Posisinya juga turun ke-71.

Tak hanya di Timur Tengah, dia terus mengembangkan bisnisnya ke wilayah lain, salah satunya Indonesia.

Seperti Liputan6.com merangkum dari beberapa sumber antara lain, Saudi Gazette dan situs Kingdom Holding Company, Senin 6 November 2017, uang Pangeran Alwaleed di Indonesia banyak tertanam di sektor perhotelan dan keuangan.

Sebutlah, Hotel Raffles di Jakarta yang sempat ditempati rombongan Raja Salman saat mengunjungi Indonesia pada tahun lalu.

Hotel ini dikelola operator internasional Raffles Hotels & Resort Singapura yang sebagian sahamnya dimiliki Kingdom Hotel Investments (KHI), anak usaha dari Kingdom Holding Company (KHC) yang didirikan Pangeran Alwaleed.

Investasi lainnya, Four Seasons Resort Bali di Sayan, Four Seasons Resort Bali di Jimbaran Bay dan Raffles Hotel Bali di Jimbaran.

Sementara di sektor keuangan, investasi KHC di Indonesia melalui Kingdom Holding di sektor keuangan adalah melalui Citigroup.

Saat kunjungannya ke Indonesia pada Mei 2016, kepada Presiden Joko Widodo, Pangeran Alwaleed yang mewakili pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan komitmen investasi ke Indonesia, antara lain pembangunan kilang minyak dan infrastruktur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya