Liputan6.com, Jakarta Sekarang, semakin banyak orang berusaha menyingkirkan rambut kemaluan mereka. Bukan sekadar merapikan, melainkan juga mencukur atau mencabutnya sampai gundul.
Namun, dokter memperingatkan, tren untuk mengangkat rambut kemaluan dengan menggunakan lilin/waxing ternyata bisa jadi penyebab di balik lonjakan angka infeksi menular seksual, yang menyebabkan kutil kemaluan.
Advertisement
Mencukur rambut kemaluan bisa menyebabkan "trauma mikro" di kulit, meningkatkan risiko penularan virus cacar bernama Molluscum contagiosum, ujar seorang ahli dari Prancis.
Virus tadi akan menyebabkan kutil air, benjolan berwarna pink yang bisa menyebar ke seluruh permukaan tubuh. Kutil jenis ini biasanya cukup umum pada anak-anak, karena virus ini bisa disebarkan melalui kontak kulit ke kulit.
Namun, kutil ini juga bisa ditularkan saat aktivitas seksual. Pada dekade terakhir, insiden sehubungan infeksi jenis ini meningkat tajam, mengutip The Telegraph, Selasa (26/12/2017).
Dokter-dokter dari Prancis ingin tahu apakah peningkatan ini berhubungan dengan tren Brazilian wax (menyingkirkan seluruh rambut kemaluan dengan waxing), atau bentuk lain dari pengangkatan rambut kemaluan.
Pengaruh pornografi
Mereka meneliti rekam medis dari kunjungan ke klinik kulit di Nice dari Januari 2011 sampai Maret 2012, dan mengindetifikasi 30 kasus infeksi kutil air. Semua, kecuali dua dari 30 pasien telah melakukan pengangkatan rambut kemaluan. Sebanyak 20 dari 28 orang dicukur, lima dipotong, dan tiga orang di-wax.
Dalam empat kasus, kutil tadi telah menyebar sampai ke perut bawah, dan pada satu kasus lainnya telah menyebar sampai ke paha.
Menuliskan penemuan ini dalam jurnal Sexually Transmitten Infections, mereka memperingatkan: "Pengangkatan rambut kemaluan (terutama mencukur), bisa membantu penularan dengan cara mikrotraumatisme."
Mereka mengatakan alasan untuk melakukan pengangkatan rambut pubis masihlah belum jelas, "Tapi bisa jadi berhubungan dengan pornografi berbasis internet."
"Alasan lain yang dikutip adalah meningkatnya sensasi seksual. Bisa juga ada alasan psikologis, seperti keinginan alam bawah sadar untuk menstimulasi penampilan infantil atau keinginan untuk menjauhkan diri kita dari perilaku binatang."
Tren ini, para peneliti mencatat, juga mencuat di kalangan pria. Bahkan, 24 dari 30 kasus di atas terjadi pada pria.
Advertisement