Liputan6.com, Jakarta Sekelompok geng motor yang diduga ikut dalam aksi penjarahan di toko pakaian ditangkap polisi, Senin (25/12). Ironisnya, tiga di antara 24 ABG lainnya tersebut merupakan perempuan.
Mencermati hal tersebut, psikolog Reza Indragiri mempertanyakan keberadaan polisi saat kejadian berlangsung. "Polisi katanya sudah membentuk tim buser khusus untuk menyergap geng motor. Tapi kejadian mutakhir malah memperlihatkan kaderisasi geng yang sangat masif," katanya.
Advertisement
Selain itu aneh, lanjut dia, ada 30 remaja bermotor keliling berombongan tapi tak terendus. "Buser kapan patrolinya? CCTV Depok off? Masyarakat enggan melapor? Hotline number tidak berfungsi?"
"Kalau kita sepakat bahwa kelakuan anak-anak muda tersebut kian membahayakan, maka sudah sepatutnya revisi terhadap UU Sistem Peradilan Pidana Anak. Inti revisi adalah penanganan hukum yang diperberat," tegasnya, melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/12/2017).
Reza menyontohkan, sanksi bisa berupa kehadiran orang tua mereka selama proses hukum, atau kerja paksa/sosial sebagai pelengkap sanksi pidana.
"Bukan hanya aspek penjarahan barang, kepada anggota geng motor tersebut patut dicek tanda-tanda narkoba, hubungan seks tak aman di luar pernikahan, dan eskalasi tingkah laku kekerasan."
Simak video berikut:
Video viral di media sosial
Sebuah video aksi penjarahan toko pakaian di Depok, Jawa Barat, terekam kamera CCTV dan viral di sosial media.
Dalam rekaman, sekelompok pria yang mengendarai sepeda motor berboncengan tiga mendadak menyerbu masuk ke toko tersebut. Pakaian yang dipajang di depan pun digondol beramai-ramai.
Kasubbag Humas Polresta Depok AKP Sutrisno menyampaikan, kejadian itu terjadi Minggu (24/12/2017) sekitar pukul 04.30 WIB. Lokasinya sendiri berada di Jalan Cakalele, Depok II, Jawa Barat.
Advertisement