Jaga Stabilitas Harga, Sandiaga Minta Pasokan Beras Ditambah

Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta pemerintah pusat dan Bulog meningkatkan pasokan beras ke Jakarta supaya harga beras stabil.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Des 2017, 10:44 WIB
Seorang kuli angkut menurunkan beras dari atas truk di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Perum Bulog untuk meningkatkan pasokan beras ke Ibu Kota. Hal ini ia lakukan agar harga beras tetap stabil.

Menurutnya, DKI Jakarta sebagai barometer harga beras nasional berperan penting dalam memengaruhi harga beras nasional. Tingkat harga beras di DKI Jakarta, utamanya di Pasar Induk Beras Cipinang, akan memengaruhi kondisi harga beras di beberapa wilayah Indonesia.

"Jakarta ini kan barometer. Kalau Jakarta tidak bisa diamankan, akan sulit. Ini kata Pak Menteri (Pertanian) melimpah, tapi sekarang harus koordinasi. Saya dapat alarm dari Dirut (Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya)," ujar Sandiaga di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (27/12/2017).

‎Selain itu, kata Sandiaga, dalam beberapa waktu ke depan akan panen raya. Dengan begitu, suplai beras cukup, stok aman, dan distribusi lancar terbuka sehingga harga stabil untuk memenuhi kebutuhan di Ibu Kota dan wilayah sekitarnya.

"Saya minta Kementan tolong dijaga betul Januari-Februari, jangan sampai suplai terhambat dan mudah-mudahan stok tetap aman‎. Untuk Bulog, beras medium digelontorkan saja supaya memberikan keyakinan ke pedagang dan masyarakat," ia menjelaskan.

Sandiaga menilai, kepastian ketersediaan beras medium ini sangat penting. Sebab‎ beras jenis ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke bawah.

"(Beras) medium itu untuk menengah ke bawah. Kalau ada kenaikan sangat sensitif.‎ Stabilitas harga bagi saya harga mati. Pak Gubernur menaruh perhatian sangat besar akan hal ini," tandas dia.

Tonton Video Pilihan Ini


Kementan Klaim Ekspor Beras RI Melesat hingga 4.000 Persen

Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, ekspor beras Indonesia melonjak signifikan pada 2017.

Pejabat Fungsional Statistisi Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan Sri Wahyuni, mengatakan,‎ berdasarkan data neraca perdagangan sektor pertanian Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan volume ekspor beras konsumsi kurun waktu Januari hingga Oktober 2017 mencapai 4.227 persen dibanding periode yang sama di 2016.‎

“Pertumbuhan yang sangat tajam ini diperoleh dari perbandingan volume ekspor Januari hingga Oktober 2016 dengan volume ekspor periode yang sama pada 2016,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (5/12/2017).

Dia menjelaskan, pada kurun waktu Januari hingga Oktober 2016, volume ekspor beras konsumsi hanya 79 ton. Volume ini jauh lebih kecil dibanding volume ekspor yang didapat pada Januari hingga Oktober 2017 yang mencapai 3.434 ton.

“Pencapaian ini baru dalam sejarah Indonesia. Program Upaya Khusus peningkatan produksi dan percepatan swasembada salah satunya beras yang dicanangkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman adalah salah satu kunci mencapai ini,” kata dia.

Menurut Sri, program Upaya Khusus tidak sebatas pada peningkatan produksi, tetapi diikuti dengan kerja nyata peningkatan ekspor beras. Terbukti, pada Februari 2017, Indonesia mencetak sejarah baru, yaitu ekspor beras dari Merauke, Papua ke Papua Nugini,.

Kemudian, pada momentum Hari Pangan Sedunia Oktober 2017, Indonesia kembali mengekspor beras ke Malaysia. Indonesia juga telah mengekspor beras organik Belgia.

"Beberapa daftar ekspor inilah menjadi bukti nyata bahwa terjadi pertumbuhan ekspor beras konsumsi Indonesia yang dahsyat,” ungkap dia.

Berdasarkan data BPS, adapun negara-negara yang telah mengimpor beras dari Indonesia dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2017 yaitu Amerika, Jerman, Belgia, Australia, Italia, Papua Nugini, Malaysia, dan Singapura.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya