Liputan6.com, Jakarta - Layak rasanya menyebut 2017 sebagai tahun dengan peristiwa internasional yang marak, dinamis dan juga penuh kejutan. Sebut satu kawasan di dunia dan hampir kemungkinan besar ada beberapa geger peristiwa yang mewarnainya.
Dilantiknyaa Donald Trump menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat, tepat pada 20 Januari, menjadi peristiwa paling signifikan yang mengawali 2017.
"Bersama, kita akan membuat Amerika Serikat kuat lagi. Kita akan membuat Amerika aman lagi. Dan tentu saja, bersama, kita akan membuat Amerika hebat kembali," kata Presiden Donald Trump mengakhiri pidato inagurasinya di Gedung Kongres Amerika Serikat di Washington DC.
Sebulan kemudian, masyarakat global dibuat sontak dengan kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Peristiwa yang berbau konspiratif itu menorehkan kesan tersendiri bagi Indonesia, mengingat salah satu terduga pelaku, Siti Aisyah, berstatus sebagai WNI.
Baca Juga
Advertisement
Memasuki bulan ke-5, kawasan Asia Tenggara menjadi sorotan. Di tengah maraknya isu ISIS di Timur Tengah, sebuah kelompok bersenjata yang terinspirasi Daesh menyulut pertempuran berdarah di Marawi, Filipina.
Pertempuran Marawi, seperti yang populer disebut, memicu atensi dari para negara tetangga dan luar kawasan, termasuk Indonesia -- mengingat peristiwa itu persis terjadi di ambang pintu Tanah Air.
Sebulan kemudian, Timur Tengah menghangat usai Arab Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, tepat pada 5 Juni 2017. Bak efek domino, langkah Saudi diikuti sejumlah negara lain di kawasan, seperti Mesir dan Bahrain.
Sementara itu pada bulan Agustus, Korea Utara melakukan tes rudal jarak jauh yang paling kontroversial dalam sejarah program pengembangan persenjataan misil mereka. Salah satu rudal yang tengah dikembangkan oleh Pyongyang itu dilaporkan melesat di atas wilayah udara kedaulatan Jepang.
Pada bulan yang sama, terjadi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok militan terhadap pasukan aparat pemerintah di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Peristiwa itu memicu gelombang baru krisis pengungsi dan kemanusiaan terhadap etnis muslim Rohingya di Rakhine.
Di bulan September, Korea Utara kembali berulah. Kali ini, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu mengklaim telah sukses melakukan tes bom termonuklir atau populer dikenal dengan nama 'bom hidrogen'.
Tak berhenti di situ ulah Korea Utara. Pada November, mereka kembali melakukan tes rudal yang diklaim oleh Pyongyang sebagai varian 'termutkahir'-nya. Analis senjata dan militer menyebut, rudal tersebut berpotensi mampu menjangkau daratan utama Amerika Serikat.
Pada Desember, 'sensasi politik' Donald Trump tak hanya mengawali, namun juga menutup tahun 2017.
Tepat pada tanggal 6 bulan ke-12, Trump dalam kapasitasnya sebagai Presiden Amerika Serikat, secara sepihak, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Langkah politik itu mendobrak status quo Al Quds Al Sharif, memicu babak baru tensi tinggi konflik Israel - Palestina, serta menuai kecaman dan kutukan dari berbagai komunitas internasional.
Terakhir, kabar tentang kekalahan ISIS di Irak dan Suriah menjadi salah satu peristiwa positif yang mengakhiri tahun ini.
Dalam artikel kaleidoskop berikut, Liputan6.com mengajak para pembaca untuk menengok kembali beberapa peristiwa signifikan bidang dinamika geo-politik internasional yang terjadi sepanjang tahun 2017. Simak selengkapnya:
Januari, Februari, dan Maret
Donald Trump Resmi Jadi Presiden ke-45 Amerika Serikat
Saat yang dinantikan Donald Trump akhirnya terjadi, Jumat 20 Januari 2017. Dengan tangan kanan terangkat, ia mengucap sumpah sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat.
Sang Istri, Melania Trump bertugas memegang Alkitab.
Tepuk tangan bergemuruh, teriakan 'Yeah', disusul dentuman meriam terdengar usai Donald Trump mengucap sumpah yang dipandu Ketua Mahkamah Agung AS, John Roberts.
"Selamat Bapak Presiden," kata Roberts usai Trump selesai mengucap sumpah.
Kakak Kim Jong-un Diduga Tewas Dibunuh, Ini Kata Polisi Malaysia
Kakak tiri Kim Jong-un, Kim Jong-nam dikabarkan tewas di Malaysia pada Senin 13 Februari. Demikian laporan yang dilansir kantor berita Yonhap mengutip sumber di Seoul.
Kim Jong-nam merupakan anak tertua dari mantan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-il
Seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 14 Februari 2017, jaringan televisi kabel, Chosun mengatakan, Kim Jong-nam diracun di bandara Kuala Lumpur oleh dua perempuan yang diyakini mata-mata Korut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa setelah menjalankan aksinya, kedua perempuan itu memanggil taksi dan melarikan diri.
Ini 5 Sorotan Dunia pada Kunjungan Raja Salman ke Indonesia
Raja Salman tengah dalam kunjungannya ke Indonesia. Ia dijadwalkan berada di Tanah Air selama sembilan hari, sejak 1 hingga 9 Maret 2017.
Dalam tur selama 31 hari di Asia ini, Indonesia menjadi negara kedua yang disinggahi oleh Raja Salman.
Tak hanya ramai dibicarakan masyarakat Tanah Air, kunjungan bersejarah Raja Arab Saudi ke Indonesia ini pun menjadi sorotan dunia. Mengapa demikian?
Kondisi Raja Salman yang sudah sepuh diyakini menjadi alasan mengapa persiapan dari negeri kaya minyak itu cukup banyak. Sambutan dari pemerintah Indonesia atas kedatangannya pun terbilang cukup heboh.
Media-media asing dari berbagai negara pun ramai-ramai membuat berita kunjungan tersebut.
Advertisement
April - Mei
Kunjungi Istiqlal, Wapres AS Mike Pence Tunjukan Sisi Religius
Dalam rangkaian kunjungan ke Jakarta, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menyempatkan diri bertandang ke Masjid Istiqlal. Di tempat tersebut wakil Donald Trump itu melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh lintas agama.
Sebelum pertemuan tersebut berlangsung, Pence bersama istri dan dua putrinya berkeliling area masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Keluarga Pence mencopot sepatu sebelum masuk ke masjid yang mampu menampung 200 ribu jemaah tersebut. Karen Pence, sang istri bersama dua buah hati mereka terlihat menggunakan kerudung.
Pence berkeliling melihat-lihat arsitektur masjid didampingi Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPM) Dr. DB. KH. Muzammil Basyuni dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan.
Serangan Senjata Kimia di Suriah Tewaskan 35 Orang
Setidaknya 35 orang, termasuk di antaranya sembilan anak, tewas dalam serangan udara yang menggunakan gas beracun. Peristiwa ini terjadi di kota Khan Sheikhun yang dikuasai pemberontak.
Serangan menggunakan gas beracun itu memicu banyak orang tersedak atau pingsan bahkan beberapa mengeluarkan busa dari mulut. Menurut kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk HAM yang mengutip sumber-sumber medis, gejala di atas menggambarkan serangan bermuatan gas. Demikian seperti dilansir Al Jazeera, Selasa 14 April 2017.
19 Orang Tewas saat Ledakan di Konser Ariana Grande di Manchester
Polisi mengonfirmasi 19 orang tewas dan sekitar 50 lainnya terluka akibat ledakan yang terjadi saat berlangsungnya konser penyanyi Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris.
Seperti dilansir BBC, Selasa 23 Mei 2017, panggilan darurat dilayangkan terhadap polisi pasca-ledakan yang terjadi sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Penyebab ledakan belum diketahui, namun unit kontra-terorisme North West menanggapi peristiwa tersebut sebagai aksi terorisme.
Saat ini pihak kepolisian Greater Manchester tengah berusaha menghubungi pihak keluarga koran. Kepada BBC, otoritas terkait mengatakan terdapat perangkat ledak kedua di dekat lokasi ledakan pertama.
Konflik Tentara Filipina Vs Militan, 2.000 Warga Marawi Terjebak
Setelah pertempuran di Marawi, Filipina, meletus, banyak warga telah melarikan diri. Namun, seorang pejabat setempat mengatakan terdapat sekitar 2.000 orang yang tak dapat meninggalkan daerah yang dikuasai oleh militan itu.
Sementara itu, militer Filipina mengatakan, pihaknya telah merebut kembali sebagian besar Kota Marawi dari militan dalam konflik yang menewaskan sekitar 100 orang.
Dikutip dari BBC, Selasa 30 Mei 2017, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, tentara telah mengambil kontrol penuh atas Marawi kecuali di beberapa daerah tertentu yang dikuasai oleh militan dari kelompok Maute.
Juni - Juli
Mahasiswa AS yang Sempat Ditahan Korea Utara Meninggal Dunia
Mahasiswa Amerika yang menghabiskan 17 bulan di tahanan Korea Utara, Otto Warmbier, meninggal pada 19 Juni 2017 sore di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat.
"Ini adalah tugas menyedihkan, kami melaporkan bahwa anak kami, Otto Warmbier, telah menyelesaikan perjalanannya 'pulang'. Dikelilingi oleh keluarga tercinta, Otto meninggal hari ini pukul 14.20," ujar keluarga Warmbier dalam sebuah pernyataan.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson yang membantu mendorong pembebasan Warmbier, mengatakan bahwa Amerika Serikat meminta Korea Utara "bertanggung jawab" atas pemenjaraan pemuda 22 tahun itu yang dinilai tidak adil.
Arab Saudi, Bahrain, dan Mesir Putus Hubungan dengan Qatar
Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain dilaporkan memutuskan hubungan diplomatik serta semua hal yang berkaitan dengan urusan darat dan laut dengan Qatar. Peristiwa ini memicu krisis Teluk yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Saudi menegaskan, langkah itu dilakukan sebagai upaya melindungi negaranya dari tindak terorisme dan ekstremisme.
Dikutip dari situs The Guardian, Senin 5 Juni 2017, Arab Saudi secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dan konsuler dengan Qatar. Ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan hak kedaulatan negaranya yang telah dijamin oleh hukum internasional dan perlindungan keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme.
7 Pesan Obama untuk Indonesia
Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama memberikan petuahnya untuk Indonesia. Pesan itu ia sampaikan dalam pembukaan Kongres Diaspora Indonesia ke-4 di Jakarta, pada 1 Juli 2017.
Ada 7 petuah yang disampaikan oleh Si Anak Menteng tersebut, demikian hasil rangkuman reportase Liputan6.com:
Pesan pertama, Obama menyerukan agar masyarakat Indonesia, dan dunia, untuk menghindari diskriminasi serta segregasi keagamaan.
"Kita harus menghindari diskriminasi dan segregasi sektarian serta agama," kata Barack Obama.
Soal toleransi, Obama juga menyerukan semua warga Indonesia, terutama generasi muda, untuk bertindak demi menjaga dan merawat Bhinneka Tunggal Ika.
Petuah kedua, mantan presiden AS itu menyampaikan agar Indonesia menguatkan pilar-pilar demokrasi sebagai kunci persatuan bangsa.
Advertisement
Agustus - September
Pertempuran Milisi Rohingya dan Militer Myanmar Tewaskan 71 Jiwa
Pertikaian kembali terjadi antara militan Rohingya dan aparat keamanan Myanmar. Setidaknya, 71 orang menjadi korban jiwa.
Kantor Pemimpin De Facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, kejadian itu berlangsung di Negara Bagian Rakhine. Daerah itu, sejak akhir tahun lalu, menjadi pusat pertikaian antara militer dan etnis muslim Rohingya.
"Sebanyak 12 orang aparat keamanan terbunuh dan 59 jasad dari kelompok teroris ekstremis Bengali telah ditemukan," ucap keterangan resmi tersebut seperti dikutip dari SBS, Jumat 25 Agustus 2017.
Korea Utara Klaim Sukses Uji Coba Bom Hidrogen
Korea Utara mengumumkan kesuksesannya dalam melakukan uji coba bom hidrogen pada Minggu 3 September waktu setempat. Hal tersebut disampaikan oleh media pemerintah negara Korut.
"Korea Utara sukses melakukan uji coba sebuah bom hidrogen pada rudal balistik antarbenua (ICBM)," demikian pengumuman yang disampaikan pembaca berita veteran Ri Chun-hee seperti dilansir CNN pada Minggu 3 September 2017.
Sebelumnya, pejabat Jepang dan Korea Selatan telah lebih dulu mengungkapkan hal tesebut setelah otoritas terkait mendeteksi gempa buatan yang terjadi di dekat situs uji coba nuklir Korut.
Ini merupakan uji coba nuklir keenam Korut dan yang pertama sejak Donald Trump dilantik. Peristiwa ini dinilai akan meningkatkan ketegangan yang saat ini sudah tinggi antara pemerintah AS dan rezim Korut.
Rudal Korut Melintasi Jepang dan Jatuh di Samudra Pasifik
Korea Utara kembali meluncurkan rudal yang melintasi daratan Jepang untuk kali kedua hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.
Rudal balistik yang belum teridentifikasi itu diluncurkan dari distrik Sunan, Pyongyang. Dikutip dari CNN, Jumat 15 September 2017, wilayah tersebut adalah tempat di mana bandar udara internasional Korea Utara berada.
Rudal diperkirakan terbang hingga mencapai ketinggian 770 kilometer dan menempuh jarak sekitar 3.700 km. Menurut Korea Selatan, misil itu jatuh di Samudra Pasifik.
Komando Pasifik AS mengatakan, penilaian awal mengindikasikan bahwa Korea Utara telah menembakkan rudal balistik jarak menengah. Meski demikian, Pemerintah Jepang menekankan bahwa analisis sedang dilangsungkan.
PBB: 60 Persen dari 400 Ribu Pengungsi Rohingya Adalah Anak-Anak
Diperkirakan 60 persen dari 400 ribu warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh adalah anak-anak.
Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (16/9/2017), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memastikan hal tersebut setelah melihat banyaknya anak kecil Rohingya.
PBB juga mengatakan, akibat krisis kemanusiaan tersebut, pihaknya membutuhkan banyak bantuan selama mendirikan kamp penampungan pengungsi di Bangladesh.
Oktober - November
Catalonia Klaim Menang Referendum Merdeka dari Spanyol
Presiden Regional Catalonia atau Pemimpin Catalonia, Carles Puigdemont mengatakan bahwa wilayahya yang berada di Spanyol itu telah memenangkan hak merdeka untuk menjadi negara, setelah referendum yang dinodai sejumlah aksi kekerasan.
Seperti dikutip dari BBC, Senin (2/10/2017), Puigdemont mengatakan bahwa referendum Catalonia itu membuka pintu sebuah unilateral declaration of independence.
Pejabat Catalan kemudian mengatakan 90% dari mereka memilih kemerdekaan dalam referendum pada Minggu 1 Oktober waktu setempat. Jumlah pemilihnya mencapai 42,3%.
"Dengan referendum penuh harapan dan penderitaan ini, warga Catalonia telah memenangkan hak untuk sebuah negara merdeka membentuk republik," kata Puigdemont dalam sebuah pidato di televisi yang diapit oleh pemimpin senior Catalan lainnya.
Korea Utara Klaim Sukses Uji Coba Rudal Antarbenua
Korea Utara pada Rabu mengonfirmasi bahwa pihaknya berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang "seluruh daratan Amerika Serikat". Pyongyang mengklaim telah mencapai tujuannya untuk menjadi negara berkekuatan nuklir.
Seperti dikutip dari USA Today pada Rabu (29/11/2017), ICBM jenis Hwasong-15 ini merupakan rudal yang meluncur paling jauh yang pernah diuji coba Korea Utara. Menurut perhitungan David Wright, seorang ahli di the Union of Concerned Scientists, misil terbang sekitar 600 mil pada lintasan tinggi, tapi memiliki jarak 8.100 mil pada lintasan datar. Jarak tersebut dilaporkan membuat misil mampu mencapai Washington.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, dalam laporannya merilis laporan yang menyebutkan bahwa Hwasong-15 mengangkut sebuah "hulu ledak super besar". KCNA menyebutkan bahwa pemimpin Korea Utara menyaksikan langsung peluncuran rudal tersebut.
Rudal Korea Utara Terbaru Kali Ini Mampu Menjangkau Washington DC
Rudal balistik antarbenua (ICBM) teranyar yang diluncurkan Korea Utara pada 29 November, diperkirakan oleh para pakar memiliki kapabilitas untuk menjangkau ibu kota Amerika Serikat, Washington DC.
Pakar menambahkan, misil itu juga diprediksi dapat menjangkau hampir sebagian besar wilayah AS.
Seperti dikutip dari CNBC (29/11/2017), Korea Utara menembakkan rudal melambung ke atas langit hingga setinggi 4.500 km dan kemudian mendarat di Laut Jepang, atau sekitar 1.000 km dari titik peluncuran awal.
"Selama 50 menit, rudal terbang semakin tinggi. Bahkan, lebih tinggi dari rudal-rudal yang sebelumnya sudah mereka lakukan," kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis.
Pencari Fakta PBB: Rohingya Mengalami Diskriminasi yang Melembaga
Ketua Tim Pencari Fakta Komite HAM PBB untuk Myanmar (TPF Myanmar), Marzuki Darusman menyampaikan bahwa krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya merupakan hasil dari diskriminasi yang melembaga di dalam pemerintah Myanmar.
Hal itu disampaikan oleh Marzuki di Jakarta (21/11/2017), saat hadir sebagai penanggap presentasi hasil investigasi independen Amnesty International seputar krisis kemanusiaan Rohingya.
"Kondisi diskriminatif yang dialami oleh kelompok etnis Rohingya tidak bersifat insidental, namun melembaga di pemerintahan Myanmar. Meski tidak ditetapkan dalam kebijakan secara resmi, namun dalam prakteknya, eksistensi diskriminasi yang melembaga itu benar-benar ada dan terjadi," kata Marzuki.
Advertisement
Desember
Donald Trump Resmi Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu waktu Washington secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusannya tersebut "bertentangan" dengan kebijakan luar negeri AS yang telah berjalan selama tujuh dekade.
Pengumuman Trump sekaligus menandai langkah awal pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Hari ini, akhirnya kita mengakui hal yang jelas: bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Ini tidak lebih dari sekadar pengakuan akan realitas. Ini juga hal yang tepat untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan," ujar Trump saat berpidato di Diplomatic Reception Room, Gedung Putih, seperti dikutip dari nytimes.com, Kamis (7/12/2017).
Ambil Alih Wilayah, Irak Umumkan Perang Lawan ISIS Berakhir
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan berakhirnya perang melawan ISIS pada 9 Desember 2017. Pernyataan itu dikeluarkan setelah tentara Irak menguasai wilayah yang berbatasan dengan Suriah.
"Pasukan kita berhasil mangambil alih secara penuh perbatasan Irak-Suriah, dan oleh karena itu, saya mengumumkan berakhirnya perang melawan ISIS," kata Abadi dalam sebuah konferensi di Baghdad, seperti dilaporkan AFP, Sabtu (9/12/2017).
"Musuh ingin membunuh bangsa kita, tapi kita telah menang melalui persatuan dan tekad kuat. Kita menang dalam waktu singkat," imbuhnya.
ISIS Kalah, Sebagian Pasukan Rusia di Suriah Akan Dipulangkan
Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan penarikan sebagian pasukan Rusia dari Suriah. Hal ini diumumkannya dalam sebuah kunjungan mendadak ke Sanaa pada hari Senin waktu setempat.
Seperti dilansir BBC pada Senin (11/12/2017) yang mengutip kantor berita Interfax, Putin yang tiba di pangkalan udara Hmeimim, Provinsi Latakia, yang dioperasikan oleh Rusia disambut langsung oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sebelumnya, pada Maret 2016, Putin telah mengumumkan bahwa ia berencana untuk menarik pulang sebagian besar pasukan Rusia yang berada di Suriah.