Liputan6.com, Riyadh - Sebuah turnamen catur internasional telah dimulai di Arab Saudi. Hal tersebut dilakukan di tengah kontroversi setelah visa pemain Israel ditolak.
Seorang pejabat Saudi mengatakan, visa mereka tidak dapat diberikan karena pihaknya tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Menanggapi hal tersebut, Federasi Catur Israel mengatakan pihaknya akan mencari kompensasi finansial.
Sementara tujuh pemain Israel tak mendapatkan visa dan tak berpartisipasi dalam turnamen itu, pemain dari Qatar dan Iran mendapatkan visa di detik-detik terakhir, kendati terdapat ketegangan hubungan Saudi dengan keduanya.
Masalah lain juga terjadi dalam turnamen. Seorang juara dunia catur asal Ukraina, Anna Muzychuk, mengatakan akan memboikot turnamen tersebut. Pasalnya, para pemain wanita diharuskan mengenakan abaya, jubah perempuan longgar.
Baca Juga
Advertisement
"Meski mendapat hadiah uang dari hasil bertanding, saya tak akan bermain di Riyadh, bahkan jika itu berarti kehilangan dua gelar juara dunia," ujar perempuan berusia 27 tahun itu, seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/12/2017).
Sebelumnya, Federasi Catur Dunia mengumumkan pada November 2017 bahwa penyelenggara turnamen telah menyepakati pemain wanita tak perlu mengenakan hijab atau abaya selama pertandingan.
Meski larangan mengemudi bagi perempuan akan diangkat mulai pertengahan 2018, para aktivis mengatakan, Saudi masih harus menempuh jalan panjang untuk memperbaiki kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Federasi Catur Dunia menyebut bahwa pertandingan catur itu merupakan perlombaan olahraga yang digelar pertama kali di Arab Saudi.
Arab Saudi Akan Izinkan Perempuan Tonton Pertandingan di Stadion
Arab Saudi akan mengizinkan perempuan untuk menghadiri pertandingan olahraga di stadion untuk pertama kalinya mulai tahun depan. Menurut sejumlah pejabat, keluarga akan diperbolehkan untuk memasuki stadion di tiga kota besar, yakni Riyadh, Jeddah, dan Dammam.
Itu merupakan langkah lain untuk memberi lebih banyak kebebasan perempuan Arab Saudi. Selama ini, wanita di sana harus menghadapi peraturan segregasi gender yang ketat, termasuk larangan mengemudi yang akhirnya dicabut pada bulan lalu.
Otoritas bidang olahraga Arab Saudi mengatakan, persiapan akan dimulai pada tiga stadion, agar fasilitas tersebut siap mengakomodasi keluarga mulai awal 2018.
Restoran, kafe, dan layar monitor yang akan dibangun di dalam stadion merupakan tantangan dalam mempersiapkan hal tersebut. Pasalnya, hingga saat ini stadion hanya menyediakan area khusus laki-laki.
Dikutip dari BBC, reformasi itu sejalan dengan rencana luas yang diumumkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud. Ia ingin membawa perubahan sosial dan ekonomi ke negara yang bergantung pada minyak itu, dengan program yang dikenal sebagai Vision 2030.
Arab Saudi rencananya juga akan kembali memperbolehkan digelarnya konser dan pembukaan kembali bioskop.
Pada 25 Oktober 2017, Mohammed mengatakan bahwa mengembalikan kembali Islam moderat merupakan caranya untuk memodernisasi Arab Saudi.
Advertisement