Liburan Ditemani Nyanyian Kodok, Kurang Damai Apa Coba?

Di tengah nyanyian kodok, Anda bisa menemukan kedamaian sambil mencari inspirasi baru saat liburan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Des 2017, 05:02 WIB
Menghalau galau dengan menginap di Frog Stay Bantul. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Alternatif liburan untuk menghilangkan kegalauan yang satu ini bisa dicoba. Sebuah homestay bernama Frog Stay bisa menjadi rujukan wisatawan yang ingin menyepi dari hiruk-pikuk dan kebisingan.

Berlokasi di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Frog Stay menawarkan sensasi liburan yang tidak biasa. Disebut tidak biasa karena bangunan yang berbentuk rumah panggung dan didominasi material bambu ini memang lain dari yang lain.

Pertama, lokasinya terpencil dengan pemandangan arus kali Bedog yang mengalir tepat di belakang homestay. Kedua, suasananya sangat tenang, jauh dari kebisingan dan gemerlap lampu kota. Ketiga, kemungkinan bertemu dan berbagi cerita dengan orang baru sangat besar, mengingat homestay ini dikelola oleh sebuah komunitas.

Kamar yang disediakan terbatas. Hanya ada empat kamar berukuran 3x3 meter persegi dengan spesifikasi yang berbeda.

Dua kamar diberi nama Nawang Nawang dengan biaya inap per malam Rp 150.000. Tipe kamar ini tidak ada kamar mandi dalam alias wisatawan yang sedang liburan harus menggunakan kamar mandi bersama yang terletak di sebelah kamar.

Satu kamar tipe Tarub yang memiliki kamar mandi dalam dibanderol harga Rp 175.000 per malam dan tipe kamar Wulan seharga Rp 200.000 per malam.

Foto dok. Liputan6.com
Tarif menginap sudah termasuk sarapan berupa teh dan jajan pasar. Sebuah areal untuk yoga juga disediakan di penginapan seluas 500 meter persegi ini.

Ada pula dapur yang menyerupai bar dan kursi serta meja kayu sebagai ruang tamu. Tempat ini bisa dimanfaatkan wisatawan yang sedang liburan dan bosan di dalam kamar.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 


Berawal dari Frog House

Menghalau galau dengan menginap di Frog Stay Bantul. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Frog Stay berdiri sejak 2014. Bentuknya relatif baru dengan tujuan yang tidak sederhana. Pendapatan dari homestay ini untuk membiayai operasional komunitas Frog House.

Nama Frog House muncul dari kondisi menjelang petang di tempat itu. Nyanyian kodok bersahutan memecah keheningan.

Komunitas ini didirikan oleh Bagus "Gonk" Prabowo pada 2012. Frog House berawal dari gagasan tentang ruang kemungkinan.

Foto dok. Liputan6.com
"Segala hal mungkin dilakukan dan terjadi di sini, dan untuk mewujudkan itu perlu membangun rasa percaya diri dan mengembangkan potensi diri," ujar Bagus Gonk beberapa waktu lalu.

Kemungkinan itu muncul ketika berinteraksi dengan banyak orang, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan-kegiatan yang digelar pun beragam dan biasanya dadakan. Sebab, tamu yang berkunjung ke Frog House menawarkan potensi yang dimilikinya untuk dibuat lokakarya atau workshop.

"Pernah ada workshop puisi dari Estonia, workshop soal makna pelukan, dan sebagainya," ucapnya.

 

 


Promosi dari Mulut ke Mulut

Menghalau galau dengan menginap di Frog Stay Bantul. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Keberadaan Frog House menyebar ke seluruh dunia secara gethok tular atau dari mulut ke mulut. Bagus tidak pernah mempromosikan tempat dan komunitasnya secara masif. Pertimbangannya, Frog House bukan tempat wisata.

Foto dok. Liputan6.com
Pembiayaan komunitas tidak hanya lewat Frog Stay, melainkan juga studio batik dan studio dokdok yang memproduksi kacamata bambu. Orang yang terlibat dalam kegiatan Frog House disebut sebagai pasukan kodok.

"Pasukan kodok terlibat dalam beberapa festival juga, seperti Ngayogjazz, Jagongan Media Rakyat, dan lain-lain," kata Bagus Gonk.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya