Liputan6.com, Pangkalpinang - Pada masa liburan akhir tahun, pedagang musiman durian di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, bak kejatuhan durian runtuh. Mereka bisa menjual ribuan Si Raja Buah dalam sehari karena banyak diminati oleh masyarakat.
"Semua kalangan masyarakat menyukai buah durian terlebih harganya sudah murah dan stoknya sangat banyak. Setiap musim durian, saya selalu berjualan durian karena untungnya cukup lumayan besar," ujar Musni, salah seorang pedagang durian di Pangkalpinang, Rabu, 27 Desember 2017, dilansir Antara.
Ia menyebutkan, harga durian bervariasi mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 75.000 per buah tergantung ukuran dan jenis buah. Dalam sehari, Musni mengaku bisa menjual sekitar 1.250 buah durian.
"Omzet yang saya dapatkan sekitar Rp 10 juta hingga Rp 20 juta per hari, tapi sayangnya kesempatan ini hanya berlangsung sementara karena durian merupakan buah musiman," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Begitu juga dengan pedagang lainnya, Imron yang juga ketiban rezeki selama berjualan buah durian. Menurut dia, musim liburan yang bertepatan dengan musim durian menjadi salah satu faktor semakin larisnya buah berbau khas itu.
"Karena banyak pelancong yang datang berlibur, ikut menikmati nikmatnya durian asal Bangka Belitung," katanya.
Sudah lima tahun berturut-turut, Imron berjualan saat musim durian karena dengan mayoritas masyarakat pecinta durian menjadikan pedagang untung besar. Dalam sehari, ia bisa menjual sekitar 1.200 durian dan keuntungan bersih yang didapatkan sekitar Rp 5 juta per hari.
"Modal untuk berjualan durian cukup besar yakni sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta karena harga durian di Babel cukup tinggi dengan peminat yang cukup banyak pula," katanya.
Jenis durian yang ia jual di antaranya lucah, jantung, tembaga dan banyak lagi jenis lainnya. "Semoga saja panen durian ini berlangsung lama sehingga keuntungan yang didapatkan dari buah musiman lebih banyak," katanya.
Adu Jurus Pembeli dan Penjual Durian di Martapura
Kala musimnya tiba, petani dan pedagang durian Desa Bi'ih, Martapura, Kalimantan Selatan, bakal kedatangan banyak pembeli. Para pembeli yang berusaha mendapatkan harga murah berupaya melakukan berbagai siasat, salah satunya mengaku saudara.
Jurus 'mengaku saudara' tersebut kadang jitu. Petani yang hatinya lugu mudah tersentuh. Namun jangan senang dulu. Para petani sadar, semangat ungkapan saudara itu bagus, tapi ada maunya.
Mereka pun melancarkan jurus tangkisan. Strateginya, mereka pun menyapa 'Bos' kepada warga perkotaan yang berniat menikmati buah.Panggilan bos juga bertujuan, apalagi kalau bukan pujian. Anggap mereka orang sukses dan berdompet tebal, ujungnya lembaran rupiah yang diterima lebih banyak.
"Setiap bertemu orang, saya selalu dipanggil dangsanak. Oi dangsanak ada haja kan durian pian? Kami sudah biasa mendengar sebutan dangsanak," kata Hakim, warga Bi'ih, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, di Agro Wisata Durian, Sabtu pagi, 23 Desember 2017, dilansir Jawapos.com.
Giliran belum masuk musim buah, jangankan dipanggil dangsanak atau saudara, menelepon saja jarang, apalagi berkunjung ke Bi'ih. Fenomena tersebut, ujar dia, sering jadi kelakuan pembeli atau kawan yang tinggal jauh dari Bi'ih.
"Ternyata saya punya banyak dangsanak bila musim buah," tutur Halim, lantas terkekeh menertawakan kelakuan kawan lama yang saban tahun mengeluarkan ungkapan itu.
Dia yakin bila tidak ada durian enak di Desa Bi'ih mana mungkin kawan-kawannya menyapa dangsanak. Ungkapan tersebut tidak mengganggunya, malah membuat pasar durian cukup menguntungkan. Minimal petani buah dapat laba dan pembeli yang mengaku dangsanak diberi harga yang wajar.
Ingat Bi'ih pasti identik dengan durian. Durian Bi'ih bukan durian kaitan (hasil dari memetik), tapi buah yang jatuh sendiri dari pohon bila masak. Rasanya dijamin enak, manis, dan bijinya kecil namun padat dengan daging yang menyelimuti biji durian.
"Kami meluncurkan program belah duren dan dinikmati langsung di kebun," terangnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement