Liputan6.com, Banyumas - Layanan cuci darah (hemodialisa) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas, Jawa Tengah berangsur pulih pasca-gempa 6,9 skala ritcher (SR) Tasikmalaya, 15 Desember 2017 lalu.
Ruang Layanan cuci darah ini adalah satu di antara tiga layanan penting RSUD Banyumas yang terpaksa dihentikan operasionalnya lantaran dampak gempa Jawa, Jumat malam, 15 Desember 2017 lalu.
Dua layanan lainnya adalah radiologi dan laboratorium, yang sama-sama bertempat di gedung tiga lantai Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Banyumas. Satu ruangan khusus lainnya yang terdampak adalah thalasemia.
Baca Juga
Advertisement
Gedung IGD RSUD Banyumas sebelumnya terdampak paling parah. Dinding ruang radiologi, hemodialisa dan talasemia retak-retak. Langit-langit di ruangan itu pun banyak yang ambrol akibat diguncang gempa.
Peralatan cuci darah dan peralatan medis lainnya pun banyak yang tak bisa digunakan lantaran tertimpa plafon. Akibatnya, ruangan tersebut berbahaya untuk dipakai seperti biasanya.
Wakil Direktur RSUD Banyumas, Bambang Widoyoko mengatakan layanan cuci darah telah normal. Namun, sementara ini, layanan yang biasa dimanfaatkan oleh pasien gagal ginjal ini belum bisa menempati ruangan aslinya.
Sebab, RSUD Banyumas harus menunggu kajian dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Banyumas. Lantaran gempa, Ruang Cuci Darah sementara ini dipindah dari IGD ke ruang Melati yang masih berada di lingkungan RSUD.
Rumah Sakit Favorit 5 Kabupaten Jateng Barat
Tak hanya ruang cuci darah, radiologi pun dipindah ke ruangan ini RSUD Banyumas. Dengan demikian, layanan mulai normal, meski belum seoptimal di ruangan aslinya.
“Sementara, pelayanan relatif sudah pulih ya. Kami masih menunggu hasil assesment Dinas Pekerjaan Umum (DPU), kira-kira apakah ruang tersebut masih dipakai atau tidak,” kata Bambang, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 27 Desember 2017.
Selama ini, RSUD Banyumas menjadi tempat layanan dan rujukan pasien gagal ginjal di lima kabupaten, yakni Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga dan Kebumen. Pasalnya, kapasitas layanannya cukup tinggi, mencapai 50 pasien lebih per hari.
Selain itu, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Banyumas juga terbilang lengkap, mulai dari dokter umum hingga berbagai dokter spesialis tersedia di sini. Pelayanan kepada pasien pun dikenal bagus, dengan bukti beberapa kali menjadi rumah sakit teladan nasional, di bidang pelayanan publik.
Hasil kajian sementara, struktur bangunan Gedung IGD tidak rusak, namun butuh rehabilitasi pada bagian dinding dan plafon retak dan ambrol akibat gempa. Butuh penanganan menyeluruh agar gedung ini bisa digunakan kembali.
Advertisement
Rehabilitasi Gedung IGD Gunakan DAK Kemenkes
Bambang menjelaskan, pada 2018, RSUD Banyumas memperoleh Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) untuk pengadaan alat kesehatan (alkes).
Namun, mempertimbangkan kebutuhan rehabilitasi gedung IGD dan tiga layanan penunjang lainnya, RSUD Banyumas bakal mengusulkan agar DAK Kemenkes tersebut dialihkan menjadi dana rehabilitasi gedung. Sebab, pada gempa dua pekan lalu, nyaris tak ada alkes RSUD yang rusak.
“Semuanya masih bisa dipakai. Tidak ada alat di laboratorium dan hemodialisa yang rusak,” dia menjelaskan.
Dia memperkirakan, pembangunan menggunakan DAK Kemenkes itu dimulai pada Maret atau April 2018. Namun, ia pun berharap, lantaran terjadi kasus khusus, DAK bisa dicairkan lebih awal.
“Kalau bisa awal 2018 sudah bisa dimulai rehabilitasinya,” dia menuturkan.
Saat terdampak gempa, RSUD Banyumas, saat itu langsung bekerjasama dengan sejumlah rumah sakit lain sekaligus. Terutama, untuk melayani cuci darah pasien. Sebab, RSUD ini menjadi pilihan banyak pasien gagal ginjal.
Lokasinya yang berada di tengah antara lima kabupaten wilayah Jawa Tengah barat bagian selatan menjadikan RSUD Banyumas salah satu rumah sakit paling diminati oleh masyarakat untuk merawat keluarganya.