Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengajak Menko Polhukam Wiranto dan Kepala Bareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto untuk menguji keaslian narkoba sebelum memusnahkannya. Ini untuk memastikan BNN tidak mengada-ada dalam pemberantasan peredaran narkoba.
"Kita lakukan pengujian karena banyak yang sangsi kalau narkoba yang kita musnahkan itu ditukar atau bukan asli narkoba. Jadi, kita ajak untuk memastikan langsung kalau itu asli narkoba," ucap Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, di Gedung 745 Teknik Sanitasi Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (28/12/2017).
Advertisement
Selain itu, pengetesan langsung dilakukan guna menunjukkan kepada masyarakat tidak sekecil pun narkoba yang telah disita BNN itu berkurang jumlahnya, kecuali untuk kepentingan uji laboratorium.
"Sebelum kita musnahkan, kita uji kembali dengan laboratorium. Sedapat mungkin kita betul-betul memberikan hal yang sesungguhnya kepada masyarakat bahwa tidak ada barang ini sekecil apa pun kurang atau hilang, kecuali untuk pengetesan laboratorium, " ujar Buwas.
Diapun mempersilakan Menko Polhukam Wiranto memilih jenis narkoba yang akan diuji. Wiranto pun mengambil pil ekstasi untuk menjadi sampel pengujian laboratorium.
"Saya akan pilih yang paling mahal narkobanya, " ujar Wiranto.
"Baik, Pak Menko ambil ekstasi yang warna orange," kata Buwas.
Setelah mempersilakan Wiranto, Buwas juga menyilakan Ari Dono untuk memilih narkoba yang akan diuji. Ari pun memilih sabu-sabu untuk diuji laboratorium.
"Pak Kabareskrim pilih sabu karena suka makan shabu-shabu (makanan jepang). Tapi enggak pernah ajak saya nih. Padahal saya mantan Kabareskrim," seloroh Buwas sambil bercanda dan para hadirin di lokasi pun tertawa.
" Tapi tidak ada dusta di antara kita," sambung Buwas.
Lebih Mahal dari Emas
Dari sabu-sabu yang dipilih Ari Dono, Buwas pun menjelaskan kalau narkoba jenis itu termasuk yang mahal harganya dan banyak peminatnya di Indonesia.
"Shabu ini termasuk mahal. Lebih mahal daripada emas. 1 gram ini harganya 1,5 juta Pak. Asalnya di China hanya 20.000 sampai 50.000. Tapi begitu sampai di Indonesia jadi 1,5 juta. Laris manis Pak karena permintaan banyak dan pesanannya cukup banyak," Buwas menjelaskan.
Setelah uji laboratorium dilakukan, Buwas pun menjelaskan kalau hasil pengujian menunjukkan kalau narkoba yang akan dimusnahkan itu hasilnya positif narkoba bukan imitasi atau palsu. Bahkan pil ekstasi yang dipilih Wiranto pun dikatakan Buwas merupakan kualitas yang terbaik.
"Kualitasnya bagus, Pak. Langsung hitam ini (hasil pengujiannya). Artinya kualitas number one. Jadi, benar semua positif narkotika asli bukan imitasi atau palsu," ucap Buwas.
Advertisement
Hukuman Tegas
Buwas juga menegaskan, sangat mungkin para pelaku narkoba, khususnya para bandar, ditembak langsung atau eksekusi mati. Hanya saja, hal tersebut dirasa sulit karena mereka tidak melawan dan jaringan mereka kuat dalam membantunya.
"Di tahun 2017 ini kan 79 orang yang ditembak mati. Sebenarnya amunisi kita cukup untuk (nembak) 58 ribu orang, tapi mereka tidak melawan. Kami berharap mereka ngelawan, tapi kan tidak. Kalau untuk eksekusi mati itu sulit. Karena jaringan mereka kuat dalam membantu mereka," ucap Budi.
Menjelang pergantian tahun, BNN sendiri sudah berkoordinasi dengan semua aparat untuk menghalau terjadinya hal yang tidak diinginkan. Karena demand narkoba dirasa cukup tinggi pada malam-malam pergantian tahun.
Saksikan video pilihan di bawah ini: