Liputan6.com, Moskow - Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengumumkan bahwa negaranya baru saja melakukan kesalahan terburuk dan memalukan. Negara Beruang Merah itu mengaku kehilangan satelit seharga US$ 45 juta atau sekitar Rp 600 miliar gara-gara kesalahan program.
Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan, bulan lalu, pihaknya kehilangan kontak dengan satelit cuaca yang baru diluncurkan--Meteor M--dari kosmodrom Rusia yang baru, Vostochny, di timur jauh.
Advertisement
Dikutip dari The Guardian, pada Kamis (28/12/2017), Rogozin mengatakan bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Roket yang membawa satelit tersebut telah diprogram dengan koordinat yang salah.
Ia mengatakan bahwa koordinat roket yang membawa satelit itu seakan diluncurkan dari kosmodrom yang berbeda yakni dari Baikonur, Rusia, tempat peluncuran yang disewa Moskow dari Kazakhstan.
"Roket itu benar-benar diprogram seolah-olah lepas landas dari Baikonur padahal seharusnya dari Vostochny," kata Rogozin. "Mereka tidak memberikan koordinat yang tepat."
Roket Rusia tersebut membawa 18 satelit yang lebih kecil milik perusahaan riset, ilmiah dan komersial dari Rusia, Norwegia, Swedia, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Jerman.
Situs Peluncuruan Roket Sipil
Vostochny spaceport terletak di hutan Taiga yang tebal di wilayah Amur, adalah situs peluncuran roket sipil pertama di Rusia.
Pada bulan April tahun lalu, setelah penundaan dan biaya operasional besar-besaran, Rusia meluncurkan roket pertamanya dari Vostochny, sehari setelah sebuah kesalahan teknis memaksa penundaan yang memalukan di hadapan presiden, Vladimir Putin.
Advertisement
Bukan Kali Pertama
Kesalahan peluncuran satelit akibat roket bukan kali pertama dilakukan oleh Rusia.
Pada tahun 2013, sekitar 40 detik, roket Rusia yang membawa satelit komunikasi buatan Amerika Serikat, jatuh di Samudera Pasifik.
Misi gagal menempatkan satelit ke orbit yang ditargetkan -- di atas Samudera Atlantik, untuk menyediakan layanan komunikasi bagi seantero Benua Amerika dan Eropa.
Seperti dimuat BBC, Jumat 1 Februari 2017, roket Zenit-3SL yang mengangkasa dari situs peluncuran terapung Odyssey di Samudera Pasifik, sebelah selatan Hawaii, diluncurkan pada 06.59 GMT atau 13.59 WIB. Situs tersebut dibangun di bekas rig minyak.
Staf perusahaan Sea Launch, yang berbasis di Swiss, mengoperasikan peluncuran dari sebuah kapal yang ditempatkan dalam jarak aman, 6,5 kilometer dari lokasi roket diluncurkan. Perusahaan itu mengaku, akan terus menyelidiki apa penyebab sebenarnya kegagalan misi itu.
Laporan sementara menyebut, mesin roket secara otomatis mati akibat lintasan yang salah. Saat ini tim sedang mencari roket yang tercebur itu.
Dua tahun lalu sebuah satelit komunikasi jatuh ke tanah segera setelah diluncurkan.
Satelit Meridian, yang digunakan untuk kepentingan militer dan sipil, tidak mencapai orbit dan terhempas ke tanah di dekat kota Tobolsk di Siberia, sekitar 1.400 mil dari Moskow.
Sementara, seperti dimuat Voice of Russia, situs Odissey tetap dioperasikan setelah kegagalan tersebut. Demikian disampaikan kepala Energia, Vitaly Lopota.
"Platform itu tidak mengalami kerusakan. Peralatan tetap bisa dioperasikan," kata Lopota