Liputan6.com, Jakarta Bicara soal racun, biasanya ular, laba-laba, dan katak yang menjadi sumber racun paling menakutkan. Namun percayalah, racun mereka belum ada apa-apanya dibanding "Palm of Christ."
Baca Juga
Advertisement
Tanaman ini disebut tanaman paling beracun di dunia karena kemampuan mematikan racunnya yang mengerikan. Malahan, tanaman yang memiliki nama latin Ricinus communis ini masuk Guinness Book of World Records edisi 2007 sebagai "tanaman paling beracun di Bumi."
Memiliki rupa seperti rambutan, biji dari tanaman ini memiliki racun berbahaya. Biji ini memiliki protein yang disebut ricin, yang 6.000 kali lebih beracun daripada sianida dan 12.000 kali lebih beracun daripada racun ular berbisa. Menelan biji Ricinus dapat berakibat fatal.
Tak ada penawarnya
Menurut Gizmodo, menelan 4-8 biji cokelatnya yang berukuran kecil saja dapat menyebabkan sensasi terbakar di mulut dan tenggorokan serta sakit perut yang ekstrem. Dalam 36 jam, Anda akan diare berdarah dan jika tidak segera diobati, Anda bisa mati dalam waktu 3-5 hari.
Masalahnya adalah, tidak ada penawar untuk racun yang disebabkan Ricinus. Badan Kesehatan Amerika menyarankan untuk menghindari buah ini sebagai langkah paling ampuh untuk menghindari keracunan Ricinus.
"Karena tak ada obat penawar racun untuk ricin, faktor yang paling penting adalah menghindari paparan racunya."
Advertisement
Sering ditanam di rumah tanpa sengaja
Dosis bubuk ricin yang dimurnikan seukuran beberapa butir garam meja bisa membunuh orang dewasa. Sebagai buktinya, pada tahun 1979, terdapat kasus keracunan di London di mana seorang diplomat Bulgaria ditusuk oleh ujung payung yang berisi ricin dan meninggal.
Terlepas dari kekuatan membunuh yang mengerikan dari "Palm of Christ," tanaman ini sangat umum dimiliki oleh warga. Bentuknya yang cantik membuat banyak orang kerap menanamnya di rumah tanpa tahu bahaya dari tanaman ini.
Terlebih, tanaman ini ternyata juga memiliki manfaat. Para ilmuwan kini tengah mempelajari senyawa dalam bijinya untuk mengetahui apakah dapat bermanfaat dalam penelitian kanker dan AIDS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: