Jelang Tutup Tahun, Rupiah Mampu Menguat Tipis

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.544 hingga 13.555 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Des 2017, 12:50 WIB
Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Sepanjang tahun ini, dolar AS mengalami tekanan terhadap beberapa mata uang utama lain.

Mengutip Bloomberg, Jumat (29/12/2017), rupiah dibuka di angka 13.553, menguat tipis jika dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.557 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.544 hingga 13.555 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,56 per dolar AS.

Adapun, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.548 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan seharu sebelumnya yang ada di angka 13.560 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan terhadap sekeranjang mata yang utama dunia lainnya pada perdagangan Jumat ini. Analis senior Barclays di Tokyo, Shin Kadota menjelaskan, pelaku pasar memang melepas dolar AS yang mereka miliki jelang akhir tahun ini.

"Tren musiman di pasar uang memang dolar AS cenderung melemah setelah Natal dan nanti beberapa hari setelah tahun baru," jelas dia seperti dikutip dari Reuters. Namun menurutnya, dolar AS akan kembali melompat setidaknya di pekan kedua tahun depan.

Banyak investor institusional harus tutup buku, membayar pajak dan lainnya dan yang membuat tekanan jual pada dolar AS.

Sepanjang tahun ini, dolar AS memang merosot terhadap beberapa mata uang dunia meskipun Bank Sentral AS melakukan pengetatan kebijakan moneter.

Ada beberapa hal yag membuat dolar AS tertekan, salah satunya adanya ketegangan di Semenanjung Korea dan juga adanya dugaan keterlibatan Rusia dalam kampanye presiden Donald Trump.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Volatilitas Terjaga

Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan sepanjang 2017 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap terjaga. Bahkan tingkat volatilitasnya lebih baik dibandingkan dengan 2016.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menjelaskan stabilnya nilai tukar tersebut tidak terlepas dari komitmen Bank Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017.

"Tahun lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS nomor dua di kawasan, yaitu menguat 2,25 persen, kalah dari Jepang yang saat itu 2,85 persen. Kalau 2017, sampai 21 Desember rupiah terdepresiasi 0,78 persen," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Kamis (28/12/2017).

Meski rupiah masih terdepresiasi 0,78 persen, menurt Agus, volatilitasnya hanya ada di kisaran 3 persen. Lebih baik jika dibandingkan volatilitas tahun lalu yang mencapai 8 persen.

Dengan terjaganya nilai tukar ini mampu mendukung ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor impor yang dilakukan para pengusaha.

Memang, diakui Agus, ada sedikit tekanan pada awal kuartal IV 2017. Saat itu ada sentimen dari luar negeri, tepatnya kebijakan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dibawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Sentimen pertama, mengenai reformasi perpajakan yang dilakukan Donald Trump dan sentimen kedua adalah spekulasi pasar mengenai pemilihan pimpinan Then Fed mengingat Janet Yellen telah habis masa jabatannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya