Liputan6.com, Jakarta Difteri masih menjadi penyakit yang perlu diwaspadai saat ini. Ini karena difteri bisa menimbulkan komplikasi penyakit, seperti gagal jantung dan ginjal pada tubuh.
Sasaran dari penyakit ini adalah anak-anak, meski orang dewasa juga bisa terkena difteri. Kontak penularan melalui percikan air ludah sehingga seseorang rentan berisiko terhadap anak.
Advertisement
"Anak rentan berisiko kena difteri itu terjadi kalau si anak kontak dekat dengan penderita yang difteri dengan jarak 1,5 meter. Kontak paling riskan itu lewat batuk dan bersin," kata dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Nina Dwi Putri dalam acara Seminar Awam "Mengenal Lebih Dekat Penyakit Difteri."
Ditemui di Gedung IMERI-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (29/12/2017), Nina mengatakan, memerhatikan jarak aman dengan penderita difteri atau orang yang diduga menderita difteri perlu dilakukan.
Untuk menghindari penularan difteri, pastikan jarak aman dengan tidak terlalu dekat dengan penderita atau orang yang diduga menderita difteri (lebih dari 1,5 meter). Agar lebih aman lagi, gunakan masker.
Simak video berikut ini:
Berikan vaksin DPT
Cara yang lebih akurat agar tak terkena difteri, perhatikan imunisasi difteri pada anak. Anak-anak dapat diberi vaksin Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT).
"Vaksin DPT sudah mulai bisa diberikan pada anak usia 2-4-6-18 bulan sampai 4-6 tahun. Atau bisa juga anak usia 2-3-4-18 bulan sampai anak duduk di kelas 1 SD," jelas Nina.
Minimal anak harus mendapatkan vaksin DPT sebanyak 5 kali. Jika sudah dilakukan, maka berarti imunisasi difterinya sudah lengkap.
Seringkali orangtua pasien, lanjut Nina, mengakui, imunisasi difteri pada anaknya sudah lengkap. Tapi setelah diselidiki, imunisasi difterinya justru belum lengkap.
Ada yang belum diimunisasi sampai 5 kali atau imunisasi difterinya tidak dilanjutkan pada usia, yang sudah tercatat di atas.
Advertisement