Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antarkomisi dan Instansi KPK Dedie A Rachim menjadi pasangan duet Bima Arya di Pilkada Wali Kota Bogor 2018. Di KPK, Dedie telah berkarier selama 12 tahun.
Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Pedidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK. Lantas, apa yang membuat Dedie akhirnya memutuskan untuk terjun langsung ke dunia birokrasi?
Advertisement
Dedie A Rachim mengatakan ingin melihat permasalahan di pemerintah secara nyata, khususnya di Kota Bogo, Jawa Barat. Untuk itu, dia berminat menerima pinangan Bima Arya untuk bertarung di Pilkada Kota Bogor 2018.
"Siapa tahu dengan kita terjun langsung di dunia pemerintahan nyata, siapa tahu kita bisa kontribusi yang real. Jadi bukan kita cuma minta pemerintah hemat anggaran, atau minta pemerintah mementingkan kepentingan masyarakat. Siapa tahu kalau saya ada di situ, saya akan bantu pemecahan penyelesaian masalahnya," ujar Dedie saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/12/2017).
Tak hanya itu, Dedie yang merupakan alumni dari Institusi Teknologi Bandung (ITB) menuturkan ingin mencegah terjadinya korupsi di Kota Bogor. Pasalnya, kasus korupsi dan suap merupakan penyakit para kepala daerah baik gubernur maupun wali kota.
"(Berantas dan Mencegah Korupsi) itu sudah pasti tapi saya enggak bisa bilang hanya itu yang jadi concern saya ketika saya sudah masuk menjadi pejabat publik. Kan ada masalah sosial dan macam-macam," ucap Dedie A Rachim.
Harapan KPK
Menurut dia, pimpinan KPK berharap dengan majunya Dedie sebagai Calon Wali Kota Bogor dapat membawa nilai-nilai pemberantasan korupsi di daerah. Sehingga, tidak adal lagi kasus korupsi yang menjerat para kepala daerah.
"Kalau dari pimpinan tentunya mengharapkan kita membawa nilai-nilai KPK di bidang yang baru ini. Semua pimpinan sama, merestui dan minta sedapat mungkin menerapkan apa yang ada di KPK dan mendorong pemda lain diterapkan secara real oleh orangnya langsung," jelas Dedie.
Sebelumnya, Ketua KPK Agus Rahardjo merestui pejabatnya menjadi calon Wali Kota Bogor. Dia berharap dengan majunya Dedie mendampingi Bima Arya dapat mewujudkan pemerintahan yang efektif dan bersih dari tindak pidana korupsi.
"Pimpinan KPK setuju, merestui dan mendukung, agar bisa membantu mewujudkan pemerintahan yang efektif, dan bersih, serta bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di Kota Bogor," kata Ketua KPK Agus Rahardjo saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (29/12/2017).
Advertisement
Mengundurkan Diri
Sebagai bentuk konsekuensi maju dalam Pilkada, Dedie pun telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pegawai lembaga antirasuah. Surat pengunduran diri itu diberikan Dedi kepada Pimpinan KPK pada Kamis, 27 Desember 2017.
Pengunduran diri Dedie itu, kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah untuk menghindari adanya konflik kepentingan.
"Meskipun menurutnya ketentuan di UU mengatur pemberhentian dilakukan sejak pasangan calon ditetapkan KPU per Februari 2018. Namun karena di KPK harus memberikan contoh baik dan meminimalisir konflik kepentingan sejak dini sampai penetapan tersebut, maka yang bersangkutan memutuskan menyampaikan pengunduran diri," ujar Febri.
Saksikan video pilihan di bawah ini: