Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Abdullah Mahmud Hendropriyono meramalkan sosok Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 2019. Dia memprediksi keduanya nasionalis, agamamis, dan paham ekonomi serta bisnis.
Pengamat Politik Ujang Komarudin menilai analisis Hendro tidak perlu diragukan. Terlebih, jika menilik latar belakang Hendro sebagai seorang mantan Kepala BIN.
Advertisement
"Analisis itu sudah terbukti jitu, karena isu agama menguat karena akhir-akhir ini Alumni 212 ada di seluruh daerah," kata Ujang saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat 29 Desember 2017.
Menurut dia, penguatan isu keagamaan ini terlihat dari aksi salat berjamaah yang terkumpul di satu titik. Juga acara keagamaan lain seperti tabligh akbar.
"Makanya wajar, Hendropriyono mengatakan muncul katakanlah pemimpin dengan latar belakang (agama) yang kuat," jelas Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia ini.
Senada, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan ramalan politik Hendropriyono adalah sebuah kombinasi ideal dari sosok Presiden dan Wapres RI.
"Itu kombinasi ideal karena kriteria itu banyak. Itu pola berhasil dan praktik yang sudah jadi," kata dosen ilmu politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Hendropriyono diketahui acap meramalkan posisi strategis di kepala daerah. Mulai dari Gubernur DKI zaman Joko Widodo, hingga terpilihnya sang mantan Wali Kota Solo tersebut menjadi Presiden Indonesia.
Ramalan
Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Abdullah Mahmud Hendropriyono memprediksi Indonesia akan punya presiden dan wakil presiden yang memahami masalah ekonomi dan bisnis. Selain itu, keduanya juga berjiwa nasionalis dan mempunyai keimanan yang kuat.
Hal tersebut diungkapkan dalam paparannya di Gedung Wijayakusuma, Cipayung, Jakarta Timur.
"Kita akan punya sepasang presiden dan wapres yang beraliran Nasaeb, nasionalis, agama, ekonomi dan bisnis," ujar AM Hendropriyono, Jumat (29/12/2017).
Advertisement
Namun...
Namun, ucap dia, prediksi itu akan mentah jika dalam pelaksanaan Pilpres 2019 terjadi hal-hal yang di luar dugaan. Misalnya, terjadi kekerasan di masyarakat yang membuat pelaksanaan Pilpres 2019 jadi tak kondusif.
"Jika terjadi demokrasi jalanan atau kudeta militer, maka perkiraan tadi gugur atau batal dengan sendirinya," ucap mantan Kepala Badan Intelijen Negara itu.
Saksikan video pilihan di bawah ini: