Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai, tahun 2018 bisa menguntungkan kondisi perdagangan Indonesia. Walaupun, sebagian orang justru was-was, mengingat masa itu disebut tahun politik karena pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak.
"Tahun politik justru lebih menguntungkan karena uang beredar banyak," ujar Enggartiasto di Yogyakarta, Sabtu (30/12/2017).
Advertisement
Ia optimistis, neraca perdagangan di tahun mendatang lebih baik. Terlebih pada tahun ini neraca perdagangan Indonesia berhasil memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai US$ 13 miliar.
"Ini terbaik selama 10 tahun terakhir, bahkan di antara pertumbuhan negara G20, Indonesia menempati urutan ketiga," kata Enggartiasto.
Tampik Ekonomi Lesu
Penjelasan Enggar ini sekaligus menampik anggapan perdagangan dalam negeri mengalami kelesuan. Sebab, jika dilihat dari buku perusahaan go public, revenue, dan laba tidak berkurang.
Menurut Enggar, apabila ada laba perusahaan yang turun, maka hal itu karena ekspansi.
"Jadi ekonomi bangsa ini meningkat, dan kita tidak usah ragu dengan melihat dari survei hasil lembaga internasional," tutur dia.
Advertisement
Kinerja Ekspor
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia per November 2017 mengalami penguatan 0,26 persen.
Nilai ekspor naik dari US$ 15,24 miliar menjadi US$ 15,28 miliar. Komoditas migas mengalami kenaikan sebesar 1,82 persen dari US$ 13,76 miliar ke US$ 14,01 miliar.
Total ekspor secara kumulatif Januari-November sebesar US$ 139,68 miliar atau lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun lalu yakni US$ 119,49 miliar. Saat ini tujuan ekspor Indonesia masih didominasi Tiongkok dengan nilai US$ 19,13 miliar, Amerika Serikat US$ 15,72 miliar dan Jepang US$ 9,47 miliar.