Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah laporan terbaru mengenai kekuatan rudal nuklir Korea Utara yang mampu memicu Perang Dunia III terkuak.
Dalam laporan itu dikatakan, beberapa teknologi nuklir terbaru yang dimiliki Korea Utara ternyata dibantu oleh Rusia. Demikian isi dokumen yang didapat Washington Post dari salah satu produsen rudal era Soviet.
Advertisement
Dikutip dari Newsweek pada Minggu (31/12/2017), pada awal 1990-an, setelah jatuhnya Uni Soviet, investor Amerika Serikat dilaporkan berusaha menggaet ilmuwan Rusia -- yang sebagian besar menganggur dan sangat membutuhkan uang -- untuk mendapatkan teknologi militer Soviet yang canggih.
Namun, para investor menghadapi sejumlah rintangan hukum. Dengan kondisi itu, kabarnya memberi kesempatan bagi Korea Utara untuk masuk.
Pyongyang rupanya bersedia membayar para ilmuwan tersebut -- yang sebelumnya bekerja untuk Makeyev Rocket Design Bureau -- 200 kali lebih besar dari apa yang pernah mereka dapatkan untuk memberikan Korea Utara desain rudal Soviet.
Dalam beberapa kasus, beberapa ilmuwan Rusia itu berhasil dicegah pergi ke Korea Utara untuk memberikan Pyongyang teknologi militer Soviet.
Namun, perwira intelijen AS dan Korea Selatan telah memastikan bahwa sejumlah ilmuwan Makeyev pada akhirnya benar-benar memperoleh pekerjaan sebagai konsultan di Korea Utara, Washington Post melaporkan.
Bukti terbesar dari kolaborasi Rusia-Korea Utara ini adalah kemiripan antara fitur rudal yang baru-baru ini diuji coba oleh Pyongyang dan disain era Soviet.
Pada bulan Juni 2016, misalnya, Korea Utara menguji Hwasong-10, atau Musudan, rudal balistik jarak menengah, yang tampaknya memiliki kemiripan dengan R-27 Zyb, atau Ripple, yang diproduksi oleh Biro Desain Roket Makeyev - termasuk menggunakan mesin yang sama. Kabarnya mampu memicu Perang Dunia III.
Selanjutnya, pada bulan Agustus 2016, Korea Utara menguji rudal yang diluncurkan di kapal selam yang juga memiliki ciri serupa pada Ripple - Pukguksong-1.
Joshua Pollack, seorang analis di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin, mengatakan kepada The Washington Post bahwa kedua rudal Korea Utara ini "secara umum dianggap berasal dari rancangan R-27 Makeyev Bureau."
Lompatan Teknologi Rudal Korea Utara
Pada tahun 2017, Korea Utara telah membuat lompatan besar dalam teknologi rudalnya.
Negara tersebut menguji rudal balistik antarbenua yang paling kuat namun pada akhir November, yang mencapai ketinggian 2.800 mil (lebih dari 10 kali lebih tinggi daripada International Space Station) dan menempuh perjalanan selama 50 menit sebelum jatuh di Laut Jepang.
Teknologi rudal Pyongyang yang lebih maju yang dipamerkan sepanjang tahun ini bisa menjadi tanda bahwa Korea Utara memiliki lebih banyak akses ke desain dan cetak biru era Soviet daripada yang diperkirakan sebelumnya, menurut laporan The Washington Post.
Uji coba rudal Korea Utara dan impian Pyongyang membuat senjata nuklir yang mampu mencapai Amerika Serikat telah menyebabkan ketegangan besar di seluruh dunia sepanjang tahun ini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berusaha untuk menekan Korea Utara untuk menyerah pada ambisi nuklirnya melalui sanksi ekonomi yang keras.
Tak kalah, Presiden Donald Trump telah mengeluarkan ancaman terhadap rezim Kim Jong-un sehingga menyebabkan beberapa orang takut Perang Dunia III berada di cakrawala.
Senator Republik Lindsey Graham, yang duduk di Komite Bersenjata Senat dan sering bermain golf dengan presiden, baru-baru ini mengatakan ada kemungkinan 30 persen Trump mengambil tindakan militer melawan Korea Utara.
Korut diyakini memiliki 60 senjata nuklir. Jika perang pecah, kemungkinan mereka bisa menyerang sekutu AS Korea Selatan atau Jepang dan jutaan lainnya bisa mati.
Sebuah laporan pada November dari Congressional Research Service menyimpulkan bahwa konflik antara AS dan Korea Utara akan menyebabkan sekitar 300.000 kematian dalam beberapa hari pertama saja, bahkan tanpa menggunakan senjata nuklir.
Bisa dibayangkan jika sampai memicu Perang Dunia III, jumlah korban mencapai seratus kali lipatnya.
Advertisement
Ramalan 2018: Perang Dunia III Pecah 9 Bulan Mendatang
Seorang penulis Amerika Serikat, Gordon Chang, baru-baru ini meramalkan bahwa Perang Dunia III mungkin akan pecah. Tak tanggung-tanggung, pertempuran skala global itu diprediksi akan meletus dalam 9 bulan mendatang.
Ramalan Perang Dunia III itu berdasarkan bahwa fakta Korea Utara tak mungkin sukarela mengakhiri program nuklirnya. Dengan begitu, Donald Trump punya alasan untuk nekat menggunakan militernya untuk menyerang Korea Utara.
"Semua itu bisa terjadi dalam 9 bulan mendatang," kata Chong seperti dikutip dari Express.co.uk pada Jumat 28 Desember 2017.
"Ada ketakutan di Washington bahwa AS terlalu lamban untuk mempreteli kekuatan Korea Utara, itulah mengapa kita kerap mendengar isu perang," lanjut penulis buku 'Nuclear Showdown: North Korea Takes On The World', tentang ramalannya tentang Perang Dunia III.
"Perlu saya tekankan, perbincangan soal isu perang bukan datang dari para analis, melainkan datang dari para pejabat senior di Gedung Putih," ucapnya lagi.
Chang juga menambahkan, "Untungnya, saat ini, Amerika Serikat tidak sedang bersiap menggunakan kekuatannya." Tapi pada titik tertentu, hal tersebut sangat mungkin terjadi.
"Presiden Trump mengatakan berkali-kali bahwa dia tidak akan membiarkan Korea Utara memiliki kemampuan untuk membunuh jutaan orang Amerika," ucap Chang.
"Nah, jika dia sebaik kata-katanya, Trump akan menggunakan kekuatan dalam sembilan bulan -- atau setahun dari sekarang jika dia tidak bisa melucuti senjata Korea Utara sebelum itu," ujar Chang tentang prediksi Perang Dunia III -nya.