Kaleidoskop 2017: Petaka Perburuan Wangsit Harta Karun Bung Karno

Gua yang mengubur empat pemburu wangsit harta karun Bung Karno itu terletak di atas Bukit Mandigu di Petak 42 Mumbulsari, Jember, Jatim.

Oleh JawaPos.com diperbarui 31 Des 2017, 19:00 WIB
Tiga penggali lubang diduga menyimpan harta karun Bung Karno meninggal. Yang menyuruh mereka sehat wal afiat. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Jember - Sejumlah kejadian berujung petaka, mulai dari bencana alam hingga perburuan harta karun bernuansa mistis di beberapa daerah pada 2017 menyita perhatian publik. Satu di antaranya petaka perburuan wangsit harta karun Bung Karno dan Raja Majapahit di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Niat hati mendapatkan harta karun Bung Karno, apa daya nyawa malah melayang. Tiga warga Kecamatan Pakusari meninggal dunia, sedangkan seorang selamat meski sempat kritis di perut bumi berkedalaman 10 meter.

Lokasi diduga terdapat harta karun Bung Karno itu berada di kawasan Hutan RPH Mumbulsari. Tepatnya di Petak 42, Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Jember.

Ketiga orang pengejar harta karun yang tewas bernama Taufiq (40) dan Bari (18), warga Dusun Sanggar, Desa Subo, Kecamatan Pakusari, dan Mbah Wardi (57), warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari. Sedangkan korban yang sempat kritis bernama Fredi (27), warga Desa Subo, Pakusari.

Berikut kronologi kasus perburuan wangsit harta karun Bung Karno dan Raja Majapahit yang berujung petaka:

1. Empat Pemburu Harta Karun Terkubur

Ternyata, ada delapan orang yang nekat menggali lubang karena tergiur harta karun diduga peninggalan Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Kanor dan peninggalan raja Majapahit.

Informasi adanya harta karun tersebut berdasarkan wangsit yang diterima Tomo alias Pak Ririn, warga Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, dan Iwan alias Aji Bagus, warga Desa Weringin Rejo, Kecamatan Muncar Banyuwangi.

"Bahwa di bawah batu besar itu tersimpan harta karun tak ternilai harganya," ucap Kapolsek Mumbulsari AKP Heri Supatmo, Senin, 11 Desember 2017.

Atas informasi itu, Tomo segera merekrut delapan penggali yang berasal dari Kecamatan Pakusari. Mereka mulai bekerja sejak Minggu, 3 Desember 2017. Setelah beberapa hari penggalian, masalah mulai muncul karena ada mata air di lubang galian itu yang terus mengalir.

Selanjutnya, mereka menghidupkan mesin pompa air sehingga menimbulkan kepulan asap dalam lubang diduga tempat harta karun Bung Karno. Mereka tidak memperhitungkan ventilasi udara di tempat tersebut yang sangat minim karena hanya terdapat satu lubang kecil di bawah batu.

Akibatnya, tiga orang meninggal dunia, satu orang kritis karena kekurangan oksigen. "Keempat orang tersebut terlalu banyak menghirup gas CO2 atau karbon dioksida yang keluar dari mesin tersebut," ujarnya.


Evakuasi dan Fakta Mengejutkan

Tiga penggali lubang diduga menyimpan harta karun Bung Karno meninggal. Yang menyuruh mereka sehat wal afiat. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

2. Evakuasi Menegangkan di Gua Sempit

Tim SAR gabungan bergerak cepat mengevakuasi empat korban pemburu wangsit harta karun Bung Karno yang terjebak di dalam lubang gua. Nyawa tiga orang tak terselamatkan, sedangkan seorang korban lainnya masih hidup meskipun kondisi terakhir kritis.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Widi Prasetya, tim SAR gabungan bersama personel TNI dan Polri, baru bergerak mulai kemarin sore sekitar pukul 15.00 WIB, untuk upaya penyelamatan terhadap keempat pemburu harta karun tersebut.

"Mereka harus berhati-hati, karena dikhawatirkan gas beracun masih bahaya di dalam lubang gua," ucap Widi, kepada JawaPos.com, Selasa, 12 Desember 2017.

Alhasil, tim SAR gabungan baru berani turun mengevakuasi setelah peralatan keamanan tiba di lokasi gua. "Baru mereka turun mengevakuasi dengan cepat," Widi menambahkan.

Lokasi di dalam gua cukup menyulitkan tim evakuasi. Selain sempit, di dalam gua licin dan berair. "Sebab, ada beberapa titik lorong hanya bisa dimasuki seukuran tubuh orang dewasa. Sedangkan ke dalamnya, mencapai sekitar 18 meter," ujar Rudiyanto.

3. Fakta Mengejutkan

Kepolisian Resor Jember, Jawa Timur, kemudian menetapkan satu tersangka terkait tewasnya penggali harta karun Bung Karno dan Raja Majapahit di kawasan Hutan RPH Mumbulsari. Lokasi penggalian tepatnya berada di Petak 42, Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Jember.

"Setelah dilakukan gelar perkara, kami akhirnya menetapkan seorang tersangka berinisial A-B (Aji Bagus), warga asal Desa Weringin Rejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, karena diduga sebagai otak penipuan," tutur Wakapolres Jember, Komisaris Edo Satya Kentriko, Selasa, 12 Desember 2017.

Ia menyebut cerita wangsit peninggalan harta karun Bung Karno dan Raja Majapahit hanya modus penipuan terhadap delapan penggali. Sebelum penggalian, mereka diminta menggelar ritual di sekitar batu besar yang terdapat di lokasi kejadian.

"Semuanya itu, hanya bagian modus penipuan untuk meyakinkan korban, sehingga mereka menyerahkan sejumlah uang," katanya.

Menurut Edo, tersangka A-B selanjutnya mengarahkan korban wangsit harta karun Bung Karno dan mengajak urunan, sehingga terkumpul uang Rp 25 juta. Uang tersebut selanjutnya dipegang AB dengan alasan untuk biaya operasional selama penggalian lubang.

"Setelah dilakukan gelar perkara dan sudah didukung minimal dua alat bukti yang cukup, kami meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan dengan menetapkan AB sebagai tersangka," ucapnya.


Aura Mistis

Batu di atas lubang penggalian harta karun Bung Karno yang menelan tiga korban jiwa. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

4. Aura Mistis

Lokasi terkuburnya empat pemburu wangsit harta karun Bung Karno terkesan angker. Pantauan JawaPos.com, Rabu, 13 Desember 2017, gua di Bukit Mandigu di Petak 42 Mumbulsari, itu memang cukup mistis. Pintu masuk gua, ada semacam tulisan kuno berpadu bahasa Arab.

Meski saat mencoba membaca tulisan Arab, tidak begitu jelas maksudnya. Ditambah lagi ada gambar bintang, seperti bendera Israel berwarna kuning.

Sisi kanan pintu masuk gua, ada batu besar tertulis lirik lagu "Indonesia Raya". Tulisan lirik lagu itu juga dicat sama, warna kuning. Bahkan di bawah tulisannya, ada tanda tangannya. Mungkin yang dimaksud, tanda tangan itu milik pencipta lagu nasional, Wage Rudolf Supratman.

Semakin merinding, di beberapa sudut pintu gua, ada dupa hio yang biasa digunakan untuk ritual. Dupa masih menyala. Bahkan aroma khasnya, begitu menyengat.

Bertambah kental suasana mistis, karena di sana juga ada sesajen. Memang sesajen di sana tidak begitu lengkap. Hanya ada bunga yang mengering. Disandingkan satu kelapa kering. Namun di antara sesajen tersebut, ada dua bendera Merah Putih, bersanding gambar sang proklamator Ir. Sukarno atau Bung Karno.

Dalam beberapa hari pada pertengahan Desember lalu, gua itu ramai menjadi perbincangan. Penyebabnya, ada empat pemburu wangsit harta karun Bung Karno di dalam gua yang tak bisa keluar. Mereka lemas. Tiga meninggal dunia dan seorang di antara mereka, selamat meski masih kritis.

5. Bunga 7 Rupa

Keanehan lainnya, setiap kali hendak berangkat kerja, Munawar--salah satu pemburu harta karun yang tewas, meminta istrinya (Sulastri) mencarikan bunga tujuh rupa, sekaligus janur kepala. Bunga itu pula yang ditemukan sudah mengering di pintu gua.

Sebelumnya, kata Sulastri, suaminya pekerja serabutan. Kadang di sawah. Semisal ada tetangga yang membutuhkan tenaganya, dia pun bekerja di sana. Pindah haluan dan mulai meninggalkan pekerjaan awalnya, setelah Munawar diajak kerja "misterius" oleh adiknya, Munasik.

Pun demikian dengan Munasik. Bapak tiga orang anak itu, ternyata pekerjaannya lebih jelas ketimbang kakaknya. Karena dia, masih tercatat sebagai anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Subo, Kecamatan Pakusari. Bahkan, beberapa proyek pembangunan fisik di desanya, dia memiliki peran penting.

Namun, sejak beberapa bulan belakangan ini, dia meninggalkan perannya di LPM Desa Subo. Bahkan, beberapa proyek seperti pavingisasi dan pembangunan irigasi desa, ditinggal mangkrak dan memilih tak aktif lagi.

Beberapa saudara dan tetangga menyayangkan sikapnya yang demikian. Bahkan Munasik pernah diingatkan. Tetapi, dia tetap memilih pekerjaan yang dinilai misterius oleh para tetangganya. "Semenjak itu, Pak Fredy (Munasik--red.) orangnya malah jadi tertutup," kata Wiwik Iriani, salah satu keluarga korban, kepada JawaPos.com, yang dilansir, Rabu, 13 Desember 2017.

Tetangganya tidak ada yang tahu pekerjaan Munasik bersama kedua anaknya Fredy dan Firman. Sama, tetangga yang tinggal di Dusun Sanggar, Desa Subo, Kecamatan Pakusari, juga tahunya mereka berangkat kerja sore dan pagi baru datang.

"Setelah datang kerja, sampai siang mereka tidak keluar rumah. Kata istrinya tidur. Sore, berangkat lagi," bebernya.

Meski demikian, mereka juga beberapa kali menemukan tamu tak dikenal di rumah Munasik. Kabarnya, mereka menggelar semacam selamatan, tapi tidak ramai. Hanya orang tertentu. "Selebihnya kami tidak tahu apa-apa," katanya polos.


Pengakuan Pemburu Harta Karun dan Patung Keramat

6. Pengakuan Pemburu Harta Karun

Akhirnya terungkap alasan para warga di Dusun Sanggar, Desa Subo, Kecamatan Pakusari, nekat berburu harta karun Bung Karno di Bukit Mandigu. Padahal, aksi ritual di dalam gua itu telah menewaskan tiga warga.

Keterangan dari berbagai sumber menyebut sebelum petaka itu terjadi, Munasik alias Pak Fredy, korban selamat dari gua maut yang disebut, terdapat harta karun Bung Karno, bingung cari pinjaman ke tetangga sebesar Rp 10 juta. Namun, upaya itu gagal karena dicegah kadesnya, Yani Romyatun.

Sebagaimana diketahui, Munasik adalah anggota LPM di Desa Subo, sehingga Kades Yani dikenal dekat dengan korban ini.

Rupanya, Kades menghalangi upaya Munasik cari pinjaman ke warga lain karena khawatir warganya ini terjebak semacam investasi bodong. "Kades enggak ngira ternyata uang untuk sangu cari harta karun," jelas salah seorang sumber kepada JawaPos.com.

Bahkan, Munasik sebenarnya butuh sedikitnya Rp 20 juta untuk berburu harta karun Bung Karno. Dia yakin uang Rp 20 juta akan berlipat jadi Rp 200 juta, setelah menjalani ritual di Bukit Mandigu tersebut.

"Munasik selalu janji akan mengembalikan uang, karena dia percaya uangnya yang Rp 20 juta akan menjadi Rp 200 juta," kata sumber tadi.

7. Patung Keramat

Cerita tentang perburuan wangsit harta karun Bung Karno (Presiden pertama RI Sukarno) dan Raja Majapahit di Petak 42 RPH Mumbulsari, Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, yang terletak di Kecamatan Mumbulsari, Jember, Jawa Timur, masih menyisakan pekerjaan rumah bagi Kepolisian Resor Jember.

Di Bukit Mandigu, yang tidak begitu jauh dari tempat tewasnya tiga pemburu harta karun Bung Karno asal Desa Subo dan Jatian, Kecamatan Pakusari, ada benda mistis yang kerap kali dijadikan sesembahan bagi warga pendatang.

Benda mistis itu berupa patung yang dikultuskan warga sebagai peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Patung ini diyakini pula bisa mendatangkan kekayaan bagi pemujanya.

"Patung itu dinilai mempunyai kekuatan mistis, sehingga digunakan tempat ritual untuk mencari pesugihan," ucap Kanit Pidum Reskrim Polres Jember, Iptu Ainur Rofiq, Senin, 18 Desember 2017.

Adapun sesuai akidah Islam, meminta tolong kepada selain Allah SWT adalah perbuatan syirik dan termasuk dosa paling besar serta tidak diampuni.

Polisi bakal mendatangi Bukit Mandigu untuk memastikan patung itu masih ada atau tidak. Jika masih ada, patung itu akan dibersihkan supaya warga pendatang ke tempat tersebut bebas dari kesyirikan.

"Polisi yang diberi tugas dan amanah amar makruf nahi mungkar, maka jangan sampai menyia-nyiakan tugas tersebut," kata penyidik yang masih keturunan kiai di Jombang, Jawa Timur.

Menurut penyidik yang biasa dipanggil Pak Rofiq, ada sejumlah informasi yang santer di tengah masyarakat sekitar tempat kejadian perkara atau TKP. Siapa yang berani menyingkirkan benda itu, bakal mendapat bala atau celaka.

"Maka jika tidak ada yang berani, maka kami (polisi) akan datang untuk membersihkan patung tersebut," ujar Kanit Pidum Reskrim Polres Jember, Iptu Ainur Rofiq.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya