Kaleidoskop 2017: 10 Pernikahan yang Menghebohkan Tanah Bugis

Ada sejumlah berita pernikahan pada 2017 yang bikin heboh datang dari tanah Bugis atau Sulawesi Selatan. Berikut rangkumannya.

oleh Fauzan diperbarui 02 Jan 2018, 03:00 WIB
Ilustrasi pernikahan (Foto: rd.com)

Liputan6.com, Makassar - Sepanjang tahun 2017, terjadi sejumlah pernikahan di Tanah Bugis, Sulawesi Selatan yang membuat heboh warga setempat maupun warganet.

Mulai dari pernikahan beda generasi yang terpaut usia cukup jauh antara kedua mempelai, hingga pernikahan antara Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjadi di sejumlah daerah.

Ada pula pernikahan yang terbilang tak masuk akal seperti pernikahan antara pemuda asal Nias yang nekat menikahi jenazah gadis pujaan hatinya yang terjadi di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan dan pernikahan sesama perempuan yang terjadi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan catatan Liputan6.com ada sepuluh pernikahan di Provinsi Sulawesi Selatan yang membuat heboh warga sepanjang 2017. Berikut ulasannya:


Pemuda Asal Nias Nikahi Jasad Kekasihnya

Sang pemuda asal Nias itu sebenarnya telah merancang pernikahan pada Oktober tahun ini. (Liputan6.com/Fauzan)

Demi membuktikan cinta sejatinya, Ahmad Khadir, pemuda asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara nekat menikahi jenazah kekasihnya, Erni, sesaat sebelum gadis asal Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan itu dimakamkan pada Kamis, 2 Februari 2017, lalu.

Nyawa Erni tak bisa diselamatkan setelah ia menenggak racun rumput di kamarnya pada Selasa, 31 Januari 2017. Sesaat setelah meminum racun rumput itu Erni kemudian menelepon kekasihnya, Edi, sapaan akrab Ahmad Khaidir yang saat itu bekerja di sebuah koperasi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Edi lalu bergegas menuju kediaman Erni yang berjarak 175 kilometer dari tempat tinggalnya menggunakan kendaraan roda dua, tanpa ragu Edi memacu motornya di tengah hujan badai kala itu.

Erni sempat berusaha diselamatkan oleh kedua orangtuanya dengan cara melarikan Erni ke Puskesmas terdekat, tetapi karena peralatan puskesmas yang terbatas Erni kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Andi Makkasar, Parepare.

Namun nahas nyawa Erni tak bisa diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia pada Kamis, 2 Februari 2017 sekitar pukul 01.00 Wita dini hari.

Selama menjalani perawatan Edi lah yang setia menemani Erni di rumah sakit. Bahkan, selama keduanya pacaran Edi sangat baik kepada Erni dan keluarganya. Kelakuan baik Edi itulah yang meluluhkan hati orangtua Erni hingga akhirnya mengizinkan jenazah anaknya itu dinikahi oleh Edi.

"Sebenarnya Edi sudah datang melamar dan akan menikah bulan Oktober (2017). Selama menjalani perawatan intensif (di RS Andi Makkasau) Edi lah yang setia menemani anak saya. Keinginannya itu diutarakan saat anak saya dikafani, kita tidak bisa menolak apalagi selama ini Edi sangat baik kepada kami," kata Wati, Ibunda Erni, Minggu 5 Februari 2017.

Setelah Edi mendapat restu dari orangtua Erni, keduanya pun dinikahkan oleh Imam Masjid Lampoko di rumah duka. Setelah ijab kabul mereka usai, jenazah Erni pun segera dikafani lalu dimakamkan.


Duda 62 Tahun Nikahi Gadis 18 Tahun di Gowa

Gadis yang menjadi istri sang kakek menyatakan pernikahannya tidak dijodohkan dan tidak ada unsur paksaan. (Liputan6.com/Fauzan)

Sulaeman Daeng Ngampa, duda berusia 62 tahun itu berhasil mempersunting gadis berusia 18 tahun bernama Diana Daeng Ngani. Pernikahan keduanya berlangsung di Dusun Moncongloe, Desa Paccalekang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada Minggu, 16 Juli 2017.

"Iya betul, kemarin acaranya, saya dapat undangan tapi tidak sempat ke sana," kata Irnawati, salah seorang staf di kantor Desa Paccalekang, Senin, 17 Juli 2017.

Irawati mengungkapkan bahwa beberapa hari sebelumnya, ia sempat bertemu langsung dengan Diana. Ia pun sempat menanyakan mengapa mau menikah dengan lelaki yang terpaut usia lebih jauh dari dirinya.

"Diana sempat ke sini waktu hari Selasa (11/7/2017), mau urus berkas pernikahannya. Saya sempat tanya kenapa mau sama calonnya itu, Diana cuma menjawab kalau ceritanya panjang, tanpa menjelaskan secara detail," tutur Irnawati.

Irnawati membantah jika pernikahan Diana dan Sulaeman ada unsur paksaan. "Tidak dijodohkan juga," katanya.


Heboh Pernikahan Sesama Perempuan di Bulukumba

Sebuah foto resepsi pernikahan sesama jenis menjadi perbincangan warganet setelah diunggah oleh akun Facebook Ashock'photography pada Rabu, 27 September 2017. (Liputan6.com/Fauzan Sulaiman)

Seorang perempuan bernama Rahmayani berhasil menikahi gadis pujaan hatinya, Syarifah Nurul Husna. Saat itu, Rahmayani memalsukan data dirinya menjadi seorang laki-laki dengan mengganti nama menjadi Rahmat Yani.

Meski sempat mengalami kendala saat mengurus surat-surat di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, resepsi pernikahan keduanya pun tetap berlangsung di Kampung Baru, Kelurahan Ekatiro, Kecamatan Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Minggu, 17 September 2017.

Identitas asli Rahmat Yani alias Rahmayani kemudian terungkap setelah fotografer pernikahan keduanya mengunggah foto pernikahan mereka di akun Facebook miliknya.

"Heboo terjadi pernikahan perempuan vs perempuan hila-hila kec.bontotiro kab.bulukumba," tulis akun Ashock'photography dan mengunggah foto pernikahan Rahmat Yani dan Syarifah Nurul Husna pada Rabu, 27 September 2017.

Unggahan tersebut kemudian viral, dari informasi itulah kemudian pihak Polres Bulukumba memanggil Rahmat Yani alias Rahmayani untuk diperiksa. "Saat digelandang ke Polsek Bonto Bahari itulah dia (Rahmat Yani alias Rahmayani) mengakui bahwa dirinya adalah perempuan," kata Kapolres Bulukumba, AKBP Anggi Naulifar Siregar, Rabu 27 September 2017.

Namun, penanganan kasus tersebut tidak dapat dilanjutkan penyelidikannya karena pihak keluarga dari mempelai perempuan tidak keberatan atas pemalsuan data diri Rahmat Yani alias Rahmayani.

"Keluarga mempelai perempuan tidak melaporkan itu, mereka tidak keberatan dengan alasan Rahmat Yani banyak jasa kepada keluarga mereka," kata Kasat Reskrim Polres Bulukumba, Iptu Deki Merizaldi, Kamis, 28 September 2017.


Heboh Persembahan Pernikahan 115 Cincin Emas di Bone

Persembahan 115 Cincin Emas Mempelai Pria Kepada Mempelai Wanita di Bone. (Liputan6.com/Fauzan)

Pernikahan antara Jumaing dan Erna yang berlangsung di Desa Cumpiga, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada Senin, 20 November 2017, sempat menjadi buah bibir. Bagaimana tidak, dalam proses adat Mammatua, mempelai wanita mendapatkan hadiah 115 buah cincin emas dari keluarga mempelai pria.

"Totalnya 115 cincin. Erna mendapatkannya saat prosesi Mammatua ke keluarga mempelai pria," kata Andi Eka, salah seorang anggota keluarga Erna, Selasa, 21 November 2017.

Andi Eka menjelaskan, Mammatua adalah salah satu prosesi adat dalam suku bugis khususnya yang ada di Kabupaten Bone. Dalam prosesi ini mempelai wanita meminta restu kepada orangtua mempelai pria dan seluruh anggota keluarganya.

"Jadi mempelai wanita datang ke mertuanya dan semua anggota keluarganya untuk sungkeman dan meminta restu. Nah pada saat itulah anggota keluarga mempelai pria memberikan cincin-cincin itu hingga totalnya mencapai 115 buah," jelasnya.

Andi Eka juga menyebutkan bahwa prosesi Mammatua bukanlah hal baru dalam suku Bugis, terkhusus yang ada di Kabupaten Bone. Hanya saja, terangnya, jumlahnya kali ini memang lebih banyak dari biasanya.

"Biasanya hanya puluhan, kali ini memang lebih banyak," dia menerangkan.


Pria Kanada Nikahi Gadis Bone

Seorang pria asal Kanada, mempersunting gadis Bugis asal Dusun Pape, Desa Bune, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Fauzan)

Muhammad Ali, pria asal Kanada berhasil menikahi gadis cantik asal Kabupaten Bone Sulawesi Selatan bernama Siti Hajriani Hasanah pada Sabtu malam, 16 September 2017. Tak main-main, Muhammad Ali bahkan harus merogoh kocek hingga Rp 500 juta demi mempersunting gadis Bugis pujaan hatinya itu.

"Iya benar dia warga kami, dipersunting bule asal Kanada bernama Muhammad Ali. Saya dengar dari cerita keluarganya kalau uang panainya Rp 500 juta," kata Herawati, Kepala Desa Bune, Minggu, 17 September 2017.

Resepsi pernikahan keduanya berlangsung meriah di Dusun Pape, Desa Bune, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Awal mula kisah cinta keduanya bermula lantaran sering ketemu karena urusan pekerjaan.

Muhammad Ali bekerja di salah satu perusahaan informasi dan teknologi (IT). Sementara, Siti Hajriani Hasanah bekerja di perusahaan swasta di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Awal mula keduanya bertemu karena urusan pekerjaan dan berakhir di pelaminan. Sebenarnya ijab kabul mereka sudah berlangsung di Balikpapan tanggal 7 September 2017, di sini itu hanya resepsinya," ujar Herawati.


Heboh Pernikahan Kakek 70 Tahun dengan Gadis 25 Tahun di Bone

Foto kakek yang diduga berusia 70 tahun menikahi gadis 18 tahun di Bone, Sulsel, menimbulkan beragam komentar dari netizen. (Foto: Istimewa/Media Sosial)

Pada Sabtu 22 April 2017, Tajuddin Kammisi (70) berhasil membuat heboh karena menikahi gadis berusia 25 tahun bernama Andi Fitriyana. Pernikahan keduanya berlangsung di Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

"Alhamdulillah sudah menikah secara sah, setelah (salat) Zuhur hari Sabtu, kemarin," kata Ayu, keponakan Tajuddin Kammisi saat dikonfirmasi via telepon, Minggu, 23 April 2017 malam.

Selain karena terpaut usia yang cukup jauh, hal lain yang membuat pernikahan beda generasi ini heboh adalah karena mahar mantan Wakil Walikota selaligus mantan Sekretaris Daerah Parepare mencapai angka Rp 1,4 miliar demi bisa meminang gadis pujaan hatinya yang saat itu masih berstatus mahasiswi.

"Tidak segitu, harusnya konfirmasi ke kami, jangan asal memberitakan, karena yang ada itu uang panai Rp 150 juta, dan itu diserahkan saat ijab kabul," kata Andi Aso kakak kandung Andi Fitriyana, Minggu, 23 April 2017.

Namun, selain mahar senilai Rp 150 juta itu, Tajuddin Kammisi tercatat memberikan sejumlah hadiah kepada Andi Fitriyana. Diantaranya, 200 gram perhiasan emas, rumah tipe 45 seharga Rp 700 juta, dan sebuah mobil mewah seharga Rp 491 juta.

"Yang itu bukan mahar, tapi hadiah. Ada emas, ada rumah di Makassar, dan mobil Honda Civic Turbo," sebut Andi Aso.


Pemuda Soppeng Nikahi Nenek Renta

Ardi dan Nuria, pasangan beda usia terpaut 40 tahun. Foto: (Fauzan/Liputan6.com)

Meski terpaut usia yang cukup jauh yakni 40 tahun, Ardi (24) tak mengurungkan niatnya untuk menikahi Nuria (64). Pernikahan keduanya berlangsung di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan pada Kamis, 24 Agustus 2017.

"Iya, beda usia jauh karena yang laki-laki masih 24 tahun sementara yang perempuan sudah 64 tahun," kata Andi Amir, salah seorang warga yang menyaksikan pernikahan keduanya, kepada Liputan6.com, Kamis, 24 Agustus 2017.

Saat ditanya soal alasannya, pemuda asal Desa Goarie itu mengaku menikahi nenek Nuria karena cinta. Bahkan, Kepala Desa Goarie, Andi Sillang mengatakan bahwa Ardi butuh waktu dua tahun lamanya untuk mendapatkan restu agar bisa menikahi nenek Nuria.

"Ardi itu pendatang, dia baru dua tahun berada di sini. Dia mengaku sangat suka sama istrinya itu. Saya sempat tanya waktu ke sini (Kantor Desa Goarie) untuk mengurus surat pengantar dan berkas-berkas pernikahannya," kata Andi Sillang, Jumat, 25 Agustus 2017.


Pria Korea Selatan Persunting Gadis Bugis

Pria Korea Selatan persunting gadis Bugis (Liputan6.com / Fauzan)

Yoon Ha-Kim pria tampan asal Seoul, Korea Selatan, memboyong seluruh keluarganya datang ke Indonesia untuk mempersunting gadis pujaan hatinya, Andi Ulil Ilmi, gadis Bugis asal Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

Dengan mahar kalung emas seberat 5 gram, Yoon Ha-Kim melangsungkan ijab kabul dan resepsi pernikahannya di Dusun Ajakkang, Desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan pada Minggu, 30 April 2017.

Rahman, penghulu kedua mempelai ini mengatakan bahwa pesta pernikahan Yoon Ha-Kim dan Andi Ulil Ilmi berlangsung meriah. Selain itu, pestanya melalui proses adat Bugis dan sesuai syariat Islam.

"Dia muallaf, seminggu sebelum menikah mempelai pria masuk Islam. Pestanya berlangsung lancar," kata Rahman, Senin, 1 Mei 2017.

Uniknya, berdasarkan penelusuran Liputan6.com, keduanya berkenalan melalui situs jejaring sosial Facebook sejak beberapa tahun lalu. Selanjutnya, mereka menjalin hubungan cinta jarak jauh (long distance relationship/LDR).

Setelah hubungan keduanya berjalan beberapa tahun, Yoon Ha-Kim akhirnya mantap untuk mempersunting Andi Ulil Ilmi, karyawati salah satu bank swasta di Makassar. Yoon Ha-Kim pun mendatangi Andi Ulil Ilmi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Yoon-Ha kemudian menemui orangtua kekasihnya itu dan mengutarakan niatnya. Setelah pernikahan keduanya menjadi viral, halaman Facebook milik Andi Ulil Ilmi saat ini dibanjiri ucapan selamat dan doa. Selamat berbahagia.


Mantan Musisi Jalanan Makassar Nikahi Jurnalis Asal Prancis

Undangan yang disebar mantan pengamen Makassar dan jurnalis dari Prancis mencapai 1.000 buah, tetapi yang datang lebih dari itu. (Liputan6.com/Fauzan)

Risal Hamid (36), pemuda asal Kelurahan Biring Romang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, jadi buah bibir di media sosial setelah mantan pengamen itu menikahi jurnalis cantik berkewarganegaraan Perancis, Julie Martha (36), pada Sabtu, 5 Agustus 2017.

"Iya kemarin waktu hari Sabtu kita resepsi di Makassar," kata pemuda yang akrab disapa Ijal itu kepada Liputan6.com saat dikonfirmasi, Selasa, 8 Agustus 2017.

Dua pasangan ini bertemu pertama kali di Kota Padang, Sumatera Barat pada tahun 2015 pada sebuah resepsi pernikahan kedua kerabat mereka. Benih cinta yang tumbuh di antara keduanya pun berakhir bahagia hingga menikah di Paris, Perancis pada Mei lalu.

Selama pacaran, keduanya bahkan kesulitan untuk berkomunikasi. Ijal mengaku sempat mengandalkan Google Translate untuk saling berkomunikasi selama masa pacaran.

"Tapi sekarang sudah tidak susah karena kita berdua sudah kursus. Saya kursus bahasa Perancis, doi kursus bahasa Indonesia," sambung Ijal.

Meski tidak ada uang panai sesuai adat istiadat suku Bugis, kedua pasangan beda kewarganegaraan ini tetap harus merogoh kocek kurang lebih Rp 1 miliar untuk biaya pernikahan mereka. Uang itu dihabiskan dalam dua resepsi pernikahan mereka yang berlangsung di kawasan Balai Kota Paris, Perancis dan di Kota Makassar.

"Resepsi di Makassar saya habis banyak karena keluarga doi datang semua dari Paris. Sekitar 60 orang," ungkapnya.

Ijal mengungkapkan bahwa dirinya akan memperkenalkan agama Islam kepada istrinya itu. "Pelan-pelan akan saya perkenalkan, biar dia memeluk Islam juga," ungkapnya.


Pria Mesir Pinang Putri Sulung Bupati Maros

Pesta pernikahan anak Bupati Maros direncanakan akan menjadi ajang untuk memperkenalkan makanan tradisional khas Bugis, termasuk coto. (dok. istimewa)

Prosesi lamaran Mahmoud Gamal Ahmed Bekhit, pria asal Mesir yang meminang putri sulung Bupati Maros, yang bernama Nur Indah Lestari berlangsung unik. Pasalnya, acara sakral tersebut dipandu dalam tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.

"Cukup seru karena sang calon mempelai pria dari Mesir sehingga tampak pemandu acara di bantu dengan seorang pemandu bahasa Arab di sampingnya," kata Chaidir Syam, Ketua DPRD Maros sekaligus perwakilan keluarga, Senin, 21 Agustus 2017.

Mulanya kedua pasangan beda negara itu dipertemukan saat mereka menempuh pendidikan di Australia. Darma, Kabag Humas Pemkab Maros, mengatakan bahwa saat itu Nur Indah mengambil kuliah S2, sementara calon pasangan hidupnya yang merupakan warga asli Mesir itu sedang mengejar gelar S3.

"Kabarnya demikian. Mereka ketemu di sana dan saling cocok, akhirnya mereka berikrar untuk menjalin hubungan rumah tangga," kata Darma kepada Liputan6.com via telepon, Senin (21/8/2017).

Prosesi ijab kabul Mahmoud dan Nur Indah berlangsung meriah di kediaman Bupati Maros, Hatta Rahman pada 25 November 2017, sementara resepsinya dilangsungkan di salah satu hotel di Kota Makassar.

Dalam resepsi pernikahan kedua mempelai itu, pakaian yang digunakan oleh kedua mempelai adalah pakaian khas suku Bugis. Tak hanya itu, hidangannya juga dipenuhi makanan khas Bugis seperti Coto Makassar, barongko, puding, doko unti, bolu peca, dan masih banyak lainnya.

"Selain enak, keluarga juga ingin memperkenalkan lebih jauh kepada keluarga calon mempelai pria akan nikmatnya cita rasa budaya Bugis. Yah Insya Allah pasti mereka senang dan mau mencoba," Kata ketua DPRD Maros, Chaidir Syam.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya