Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bervariasi pada perdagangan saham perdana di awal 2018. Namun, IHSG berbalik arah ke zona merah usai cetak level tertinggi 6.400 pada sesi pertama.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (2/1/2018), IHSG melemah 16,41 poin atau 0,26 persen ke posisi 6.339,23. Indeks saham LQ45 susut 0,29 persen ke posisi 1.076,22. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 177 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 191 saham tertekan. 91 saham lainnya diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.445,91 dan terendah 6.326,09. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 265.160 kali dengan volume perdagangan saham 8,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,5 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 401,99 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.505.
Baca Juga
Advertisement
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham industri dasar naik 1,72 persen, sektor saham tambang menguat 1,31 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 0,19 persen.
Sedangkan sektor saham perdagangan, aneka industri masing-masing turun 1,03 persen. Sementara itu, sektor saham infrastruktur melemah 0,67 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PSSI naik 34,55 persen ke posisi Rp 148, saham LEAD melonjak 13,92 persen ke posisi Rp 90, dan saham APLN mendaki 10,48 persen ke posisi Rp 232 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham JMAS melemah 12,80 persen ke posisi Rp 715, saham CAMP merosot 12,66 persen ke posisi Rp 1.035 per saham, dan saham IIKP tergelincir 7,27 persen ke posisi Rp 306 per saham.
Bursa saham Asia pun sebagian besar bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,99 persen, indeks saham Shanghai melonjak 1,24 persen, dan indeks saham Singapura menanjak 0,80 persen, dan indeks saham Taiwan menanjak 0,64 persen.
Sebelumnya, Analis PT OSO Securities Riska A menuturkan optimisme pelaku pasar terhadap pasar saham Indonesia mendorong penguatan IHSG. Selain itu data makro ekonomi juga turut mendukung dengan rilis data inflasi 2017 yang terkendali dan penerimaan bea cukai.
Akan tetapi, Riska menilai, IHSG rawan aksi ambil untung. Apalagi IHSG sudah menguat sejak akhir 2017. "Potensi aksi ambil untung pada pekan ini," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Sempat Sentuh Level 6.400
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meski sempat tergelincir akan tetapi berbalik arah ke zona hijau. Bahkan IHSG sentuh rekor tertinggi baru pada sesi pertama perdagangan saham 2018.
Pada penutupan sesi pertama, Selasa 2 Januari 2018, IHSG naik 62,85 poin atau 0,99 persen ke posisi 6.418,50. Indeks saham LQ45 mendaki 1,46 persen ke posisi 1.095,16. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.445,91 dan terendah 6.342,54. Ada sebanyak 191 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 141 saham melemah. 96 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham tercatat 139.050 kali dengan volume perdagangan 3,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,7 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 212,19 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.535.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian turun 0,62 persen, sektor saham perdagangan susut 0,27 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 0,06 persen.
Sektor saham barang konsumsi naik 2,76 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur mendaki 2,21 persen. Selain itu, sektor saham industri dasar mendaki 1,64 persen.
Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham PSSI naik 22,73 persen ke posisi Rp 135, saham APLN melonjak 9,52 persen ke posisi Rp 230, dan saham LEAD mendaki 7,59 persen ke posisi Rp 85.
Sedangkan saham-saham yang tergelincir saham JMAS melemah 12,80 persen ke posisi Rp 715, saham CAMP turun 11,39 persen ke posisi Rp 1.050 per saham, dan saham IIKP tergelincir 7,88 persen ke posisi Rp 304 per saham.
Sebagian besar bursa Asia menghijau. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,73 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,34 persen, indeks saham Shanghai menguat 1,03 persen, indeks saham Singapura naik 0,50 persen dan indeks saham Taiwan mengaut 0,46 persen.
Penguatan IHSG itu terjadi di tengah rilis data ekonomi inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Desember 2017 0,71 persen. Secara year on year (YoY), inflasi tercatat 3,61 persen sepanjang 2017.
"Respons inflasi. Inflasi masih cukup terkendali. Pada 2018, inflasi ditargetkan lebih rendah," ujar Analis PT OSO Securities Riska A. saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, realisasi bea cukai juga mencapai di atas 100 persen. Ini memberikan sentimen positif ke pasar saham. "Dari segi makro mendukung," kata Riska.
Ia menambahkan, sektor perbankan juga masih menjadi penggerak IHSG. Sektor keuangan sebelumnya tumbuh 40 persen pada 2017. Riska menuturkan, optimisme pasar masih berlanjut sehingga dukung penguatan IHSG. Akan tetapi, ia mengingatkan ada potensi IHSG rawan aksi ambil untung. "Tetap waspadai, potensi profit taking bisa terjadi pada pekan ini," ujar dia.
Advertisement