Siap-Siap, Asteroid Tengkorak Kembali Menghantui Bumi pada 2018

Asteroid 2015 TB145 yang mirip tengkorak pernah mendekati Bumi tiga tahun lalu, di tengah perayaan Halloween 2015.

oleh Afra Augesti diperbarui 03 Jan 2018, 08:15 WIB
Asteroid 2015 TB145 yang berbentuk tengkorak akan kembali terbang dekat Bumi pada November 2018 (Credit: J. A. Peñas/SINC)(

Liputan6.com, Houston - Dari penampakannya, asteroid ini sudah bikin orang ngeri. Batu angkasa itu hitam, gelap, mirip tengkorak raksasa dengan rongga mata dan hidung yang bolong.

Asteroid 2015 TB145, nama resminya, pernah mendekati Bumi tiga tahun lalu, di tengah perayaan Halloween 2015.

Batu angkasa selebar 640 meter tersebut berada pada titik terdekatnya dengan Bumi pada 1 Oktober 2015, dengan jarak 300 ribu mil atau 480 ribu kilometer dari planet manusia.

Itu masih lebih jauh dari jarak Bulan ke Bumi yang mencapai 239 ribu mil atau 384.600 kilometer.

Observasi yang dilakukan pada saat itu, dengan menggunakan berbagai instrumen menguak, bentuk 2015 TB145 mirip tengkorak raksasa -- setidaknya dari sejumlah sudut pandang.

Foto dok. Liputan6.com

Pengamatan para astronom juga menguak bahwa asteroid tersebut membutuhkan waktu 2,94 jam untuk menyelesaikan satu periode rotasinya. Dengan begitu, asteroid itu hanya merefleksikan cahaya matahari sekitar 5-6 persen saja.

"Itu berarti batu angkasa itu sangat gelap, hanya sedikit lebih reflektif daripada arang," kata Pablo Santos-Sanz, astrofisikawan di Institute of Astrophysics of Andalusia, Spanyol, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Selasa (2/1/2018).

Pablo Santos-Sanz adalah salah satu penulis studi tentang karakteristik 2015 TB145 yang dipublikasikan di jurnal Astronomy & Astrophysics pada Februari 2017.

Asteroid tersebut bisa jadi berasal dari komet yang sudah padam dan kehilangan air serta bahan-bahan mudah menguap lainnya, setelah menghabiskan banyak putaran di sekitar matahari.

Setiap putaran membutuhkan waktu 3,04 tahun (waktu Bumi). Itu berarti, Asteroid 2015 TB145 yang mirip tengkorak akan mendekat ke planet manusia sekitar pertengahan November 2018.

Namun, jangan buru-buru khawatir. Ilmuwan memprediksi, pendekatan batu angkasa tersebut pada 2018 tak akan sedramatis pada 2015.

Sebab, asteroid tersebut akan lewat pada jarak sekitar 105 kali jarak Bumi ke Bulan. Meskin demikian, Pablo Santos-Sanz dan para peneliti lain tetap menanti kemunculannya.

"Kami bisa mendapat data baru yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan kita tentang asteroid ini dan massa serupa lainnya yang mendekati Bumi," kata Santos-Sanz.


Ancaman Asteroid Pembunuh

Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas program luar angkasa. NASA sudah memikirkan rencana menghentikan asteroid yang jatuh ke bumi.

Hantaman asteroid adalah salah satu serangan dari luar Bumi yang menjadi tantangan manusia.

Sebuah batu angkasa raksasa diyakini menghantam Bumi, yang ikut andil memusnahkan dinosaurus.

Sementara itu, batu angkasa jatuh pada 30 Juni 1908 di Tunguska, Siberia. Itu adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi.

Untung, batu angkasa yang menabrak kawasan terpencil itu tak menimbulkan korban jiwa. Akan tetapi, bayangkan jika kejadiannya di tengah kota besar yang ramai.

Diperkirakan ada jutaan batu angkasa yang bisa membahayakan Bumi. Namun, baru 10 ribu atau hanya 1 persen yang diketahui keberadaannya.

Sebelumnya, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan badan manajemen darurat atau Federal Emergency Management Agency (FEMA), bersama sejumlah instansi lain melaksanakan pelatihan dan simulasi bencana -- apa yang akan dilakukan jika benar batu angkasa sepanjang 100 meter menuju ke Bumi.

Menurut manajer pusat studi objek-objek dekat Bumi atau Center for Near-Earth Object Studies NASA di Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California, Paul Chodas, peluang asteroid yang bisa menyebabkan kerusakan separah itu akan mengarah ke Bumi, relatif kecil. Setidaknya hingga seabad mendatang.

NASA mengandalkan sejumlah teleskop untuk melakukan pemantauan, seperti Catalina Sky Survey di University of Arizona -- untuk melacak asteroid dan komet yang berpotensi membahayakan.

Objek-objek tersebut -- yang sejatinya adalah sisa dari pembentukan planet -- bisa melintas dekat dengan Bumi.

Center for Near-Earth Object Studies NASA mendata 659 asteroid yang punya kemungkinan menabrak Bumi. "Namun tak ada yang menimbulkan ancaman signifikan setidaknya dalam kurun waktu seabad mendatang, karena peluangnya yang tidak terlalu besar atau ukuran batu angkasa itu yang terlalu kecil," kata Chodas.

"Meski demikian, kita harus terus mencari dan mengamati asteroid-asteroid, berjaga-jaga jika ada dari batu angkasa itu yang mengarah ke Bumi." (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya