Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai sasaran inflasi dapat terpenuhi dalam tiga tahun berturut-turut. Hal itu melihat perkembangan inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Desember 2017 tercatat 0,71 persen (mtm). Secara tahunan mencapai 3,61 persen.
BI menyatakan, perkembangan inflasi itu sesuai dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan empat plus minus satu persen.
Terkendalinya inflasi 2017 didorong oleh rendahnya inflasi inti yang tercatat 2,95 persen (yoy), sejalan dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi.
Selain itu, rendahnya inflasi volatile food yang tercatat 0,71 persen (yoy), terendah dalam 14 tahun terakhir, seiring terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan; serta terkendalinya dampak kenaikan berbagai tarif dalam inflasi administered prices yang tercatat 8,70 persen (yoy).
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, inflasi 2017 juga didukung oleh faktor positif permintaan dan penawaran, rendahnya tekanan dari eksternal, serta koordinasi kebijakan yang kuat antara BI dan Pemerintah di Pusat maupun Daerah.
Inflasi IHK pada Desember 2017 meningkat dibandingkan bulan lalu (0,20 persen, mtm) sesuai dengan pola musimannya. Inflasi Desember 2017 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi Desember tiga tahun terakhir sebesar 1,28 persen (mtm).
Berdasarkan komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices di tengah rendahnya inflasi inti.
Inflasi inti tercatat sebesar 0,13 persen (mtm), sama dengan bulan lalu. Perkembangan tersebut sejalan dengan terjangkarnya ekspektasi inflasi, masih rendahnya permintaan domestik, nilai tukar yang stabil dan rendahnya harga global.
Kelompok volatile food tercatat inflasi sebesar 2,46 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 0,38 persen (mtm). Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, ikan segar, telur dan daging ayam ras, cabai merah, tomat dan cabai rawit.
Kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,91 persen (mtm) meningkat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,21 persen (mtm). Perkembangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif kereta api, dan angkutan antar kota sejalan dengan musim liburan dan penyesuaian bensin non subsidi. Selain itu, tekanan inflasi administered prices juga didorong oleh kenaikan tarif aneka rokok.
Ke depan, inflasi diperkirakan kembali berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5 plus minus atu persen. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat dalam pengendalian inflasi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BPS: Inflasi Sepanjang 2017 Tercatat 3,61 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Desember 2017 sebesar 0,71 persen. Adapun untuk inflasi tahun kalender atau dari Januari hingga Desember sebesar 3,61 persen.
"Angka inflasi ini bagus karena berada jauh dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 4,3 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Selasa 2 Januari 2018.
Suhariyanto melanjutkan, pada Desember ini, dari 82 kota yang masuk dalam perhitungan, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi dialami oleh Jayapura dengan angka 2,28 persen. Sedangkan untuk angka terendah adalah Sorong dengan inflasi di 0,18 persen.
Inflasi di Jayapura cukup tinggi karena adanya kenaikan tarif angkutan udara. "Secara umum memang di 2017 memang menunjukkan adanya kenaikan," ucap Suhariyanto.
Inflasi tahunan pada 2017 ini di atas 2016 yang tercatat 3,02 persen dan 2015 yang ada di angka 3,35 persen. Namun berada di bawah 2014 yang tercatat 8,36 persen dan 2013 yang ada di angka 8,38 persen.
Komoditas yang mendorong kenaikan angka inflasi di 2017 adalah tarif listrik yang memiliki andil 0,81 persen dan disusul biaya perpanjangan STNK yang mencapai 0,24 persen. Selain itu, ikan segar juga mendorong kenaikan inflasi dengan andil 0,20 persen.
Advertisement