Liputan6.com, Medan - Memasuki 2018, status Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih berstatus level IV atau awas. Sejak awal tahun hingga sekarang, kurang lebih delapan kali erupsi Gunung Sinabung terjadi.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, dari catatan pihaknya, pada 2018 kurang lebih ada tujuh kali terjadinya erupsi. Pada 1 Januari kemarin, abu vulkanik tertinggi karena erupsi terjadi sekitar 2,8 kilometer.
Sementara pada Selasa, 2 Januari 2018, tercatat tiga kali terjadi erupsi. Di antaranya pukul 06.27 WIB, terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu 2.000 meter dengan amp 110 mm dan lama gempa 261 detik. Angin mengarah ke Barat-Selatan.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian pukul 08.49 WIB, erupsi terjadi dengan tinggi kolom abu 1.500 meter dengan amp 40 mm dan lama gempa 143 detik. Angin lemah ke Barat-Selatan.
Pada pukul 14.34 WIB, erupsi kembali terjadi dengan tinggi kolom abu tidak teramati, dan disertai guguran lava sejauh 2.000 meter ke Selatan dengan amp 120 mm dan lama gempa 406 detik. Angin lemah ke Timur-Tenggara.
Terbaru pukul 17.51 WIB. Terjadi erupsi Gunung Sinabung dengan tinggi kolom abu 2.500 meter, amp 46 mm dan lama gempa 339 detik. Angin lemah ke Selatan.
"Catatan pos pemantau, erupsi tertinggi Gunung Sinabung terjadi pada 2013. Saat itu tinggi kolom abu mencapai 11 kilometer dan hingga saat ini juga gempa vulkanik masih tinggi dan sering terjadi," kata Armen.
Zona Merah Sinabung
Terkait dengan status dan tingginya aktivitas Gunung Sinabung saat ini, masyarakat dan pengunjung/wisatawan diimbau tidak beraktivitas di dalam radius 3 kilometer dari puncak.
Warga juga diimbau tidak beraktivitas dalam jarak 7 kilometer untuk sektor Selatan-Tenggara, di dalam jarak 6 kilometer untuk sektor Tenggara-Timur, serta di dalam jarak 4 kilometer untuk sektor utara-timur G. Sinabung.
"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar," imbaunya.
Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus, penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan.
Pasalnya, bendungan itu sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar atau banjir bandang ke hilir.
"Untuk potensi saat ini masih tinggi, karena aktivitas Sinabung juga tinggi. Masyarakat juga diimbau untuk menjauhi zona merah," kata Armen.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement