Liputan6.com, Jakarta - Kecenderungan orang-orang untuk terus-menerus memegang ponsel berdampak pada ketakutan akan kehabisan daya di baterai. Fenomena ini disebut-sebut semakin parah. Menurut sebuah penelitian terbaru, seperempat orang hidup dalam ketakutan berkelanjutan terhadap ponsel mereka yang kehabisan baterai.
Baca Juga
Advertisement
Dengan kata lain, 1 dari 4 orang di dunia dilanda fenomena kecemasan baterai ponsel habis. Lebih parah lagi, hampir setengah dari mereka yang disurvei mengaku ketakutan tersebut semakin memburuk selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan studi yang dilakukan O2, sebanyak 40 persen orang membawa satu atau lebih pengisi daya portabel karena ketakutan baterai ponsel yang habis. Ketakutan akan kehabisan daya di ponsel berbanding lurus dengan kecemasan dipisahkan dengan ponsel yang dikenal sebagai nomofobia.
Gejalanya
Gejala nomofobia termasuk tak dapat mematikan ponsel, obsesif memeriksa ponsel, terus-menerus menaikkan daya baterai, dan membawa ponsel ke kamar mandi. Ilmuwan dari Universitas Sungkyunkwan dan Universitas City Hong Kong menemukan orang-orang dengan nomofobiia lebih cenderung menderita nyeri di pergelangan tangan dan leher.
Para ahli mengklaim ketakutan akan kehabisan daya baterai kelak menjadi masa lalu. Teknologi yang semakin disempurnakan membuat kita nantinya hanya perlu mengisi ulang ponsel seminggu sekali.
"Jelas ada kecemasan akan daya baterai yang habis, tapi masa depan akan menghalau kecemasan itu untuk selamanya. Nanti kita tak perlu lagi memeriksa baterai atau mencari pengisi daya portabel karena baterai yang makin canggih," ucap ahli futurologi Dr Ian Pearson panjang lebar.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement