79 Masyarakat Puas dengan BPJS Kesehatan

Tahun 2017, tingkat kepuasan atas layanan mencapai 79 persen dan 75 persen untuk ketersediaan fasilitas kesehatan

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jan 2018, 09:13 WIB
Proses administrasi BPJS Kesehatan untuk kategori peserta mandiri membutuhkan banyak waktu karena banyak hal teknis yang harus dilengkapi

 

Liputan6.com, Jakarta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau (BPJS Kesehatan) bekerja sama dengan lembaga riset independen Frontier Consulting Group melakukan riset kepuasaan peserta program pada layanan mereka.

"Tahun 2017, tingkat kepuasan atas layanan mencapai 79 persen dan 75 persen untuk ketersediaan fasilitas kesehatan," kata Deputi Direksi Wilayah Kaltimtengselra BPJS Kesehatan Kalimantan Ni MAS Ratna Sudewi di Balikpapan, Rabu.

Sesuai namanya, BPJS Kesehatan Kaltimtengselra membawahi kantor-kantor BPJS yang ada di Kalimantan Timur, Tengah, Selatan, dan Utara.

"Tahun ini kami menargetkan 85 persen kepuasan layanan, dan 80 persen kepuasan atas fasiltas kesehatan," tambah Deputi Direksi Sudewi.

Ia melanjutkan perbaikan komunikasi menjadi fokus utama layanan selain sosialisasi dan edukasi.

Komunikasi yang dimaksud adalah mulai dari antarpenyedia layanan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, apotek, hingga dokter-pasien. Informasi kepada pasien akan penyakitnya dan tindakan yang diperlukan untuk penyembuhan dengan segala aspeknya menjadi satu yang terpenting.

"Termasuk informasi prosedur mendapatkan layanan, ketersediaan kamar, kehadiran dokter, paramedis," kata Ratna Sudewi.

 


Kesalahan informasi

Proses administrasi BPJS Kesehatan untuk kategori peserta mandiri membutuhkan banyak waktu karena banyak hal teknis yang harus dilengkapi

Dia menjelaskan pada 2018 ini fokus perbaikan dan peningkatan komunikasi juga ditujukan kepada rumah sakit. BPJS setiap bulannya menggelar forum koordinasi bersama rumah sakit dan dokter mengenai masukan perbaikan pelayanan di rumah sakit dari peserta atau pasien.

Dalam forum koordinasi itu dibahas sejumlah kasus yang muncul di rumah sakit baik karena laporan maupun karena adanya kesalahan informasi yang diterima peserta atau oleh rumah sakit.

"Seperti penanganan kasus kanker yang dihentikan karena tidak ada lagi tindakan atau treatment medis yang bisa atau memungkikan untuk menolong pasien. Nah itu harus dijelaskan kepada peserta dan keluarganya," kata Sudewi.

Pada saat yang sama, program sosialisasi digalang dengan tujuan kesadaran masyarakat untuk menjadi anggota BPJS Kesehatan, baik secara mandiri ataupun formal melalui pemberi kerja. Program edukasi juga digencarkan agar peningkatan kesadaran masyarakat peserta untuk menerapkan pola hidup sehat.

Di sisi lain, BPJS Watch menilai citra pelayanan BPJS Kesehatan masih belum menunjukkan perbaikan signifikan.

"Masih banyak pasien yang menanti lama untuk dioperasi di RS rujukan BPJS, sulit mencari ruang perawatan, pasien disuruh beli obat atau darah sendiri. Itu jadi kendala masyarakat menengah ke atas untuk jadi peserta BPJS Kesehatan,? kata Timboel Siregar dari BPJS Watch.(Novi Abdi/AntaraNews)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya