Liputan6.com, Teheran - Beberapa minggu terakhir, Iran "diserbu" ribuan demonstran. Mereka menentang pemerintah yang korup, memprotes PHK, dan memperkarakan lemahnya ekonomi negara.
Di tengah aksi demo besar-besaran itu, di media sosial beredar foto dari sesosok wanita yang mendadak ramai diperbincangkan. Wanita itu terlihat melepaskan penutup kepalanya (hijab) yang berwarna putih.
Advertisement
Rambut hitam panjangnya pun tergerai. Hijabnya itu lalu diikat dan dilambaikan pada sebuah tongkat yang digenggamnya. Apa yang dilakukannya itu jelas bertentangan dengan aturan yang diterapkan di Iran.
Itu memang foto asli, tapi kenyataannya gambar tersebut tidak diambil saat kerusuhan terjadi minggu ini.
Foto itu pertama kali diunggah di media sosial oleh Masih Alinejad, seorang jurnalis Iran yang berbasis di Amerika Serikat, satu hari sebelum demonstrasi dimulai.
Alinejad juga merupakan aktivis pembela hak-hak perempuan dan pendiri dua kampanye media sosial, My Stealthy Freedom and White Wednesdays. Dia mengunggah gambar wanita tersebut di halaman Instagramnya, didedikasikan untuk kampanye White Wednesday.
My Stealthy Freedom mendorong wanita-wanita Iran untuk mengunggah foto dan video diri mereka tanpa jilbab di muka umum.
Sementara White Wednesdays, yang dimulai pada 2017, menyarankan agar para wanita memakai pakaian serba putih setiap hari Rabu sebagai bentuk protes larangan mengenakan pakaian ketat di Iran.
Pada hari yang sama, wanita tersebut kembali tertangkap kamera Alinejad. Dia diketahui berada di Jalan Enghelab, sebuah jalan tersibuk di Teheran.
Pihak berwenang ibu kota telah menyatakan bahwa kini wanita yang kepergok tak mengenakan hijab di publik, tidak akan ditangkap lagi. Namun, sebagai gantinya, mereka harus mengikuti kelas pendidikan Islam.
Oleh karena itulah, para pemrotes antipemerintah semakin kecewa dengan aturan para ulama yang berkuasa. Seiring dengan demonstrasi besar-besaran di Iran, gambar dan video "wanita tak beridentitas" itu menjadi viral.
Meskipun identitas wanita muda itu tidak diketahui, dia dianggap menjadi simbol kebebasan dan harapan bagi banyak pendukung dalam demonstrasi antipemerintah. Wanita tak bernama itu kemudian dijuluki "Iran's Rosa Parks".
Ratusan pengguna media sosial juga telah mengubah avatar dan gambar profil mereka menggunakan gambar wanita berjilbab warna-warni.
Meski pihak berwenang membatasi penggunaan media sosial di Iran, beberapa video dan gambar toh akhirnya tetap tersebar juga, termasuk pemrotes yang merusak gedung pemerintahan.
Otoritas setempat memblokir akses Instagram dan Telegram sebagai upaya untuk menghentikan seruan pemrotes, karena kedua platform tersebut menjadi "jembatan" ampuh untuk melayangkan protes kepada pemerintah dan menyebarkan "virus" provokasi.
Massa Pro Pemerintah Gelar Demo Tandingan
Massa pro pemerintah Iran dilaporkan menggelar demonstrasi tandingan di berbagai penjuru negara itu. Demikian menurut laporan berbagai televisi yang dikelola pemerintah Iran pada Rabu, 3 Januari 2018 waktu setempat.
Demo tandingan itu digelar beberapa hari menyusul aksi protes yang dilakukan oleh kelompok antipemerintah yang telah terjadi sejak Kamis, 28 Desember 2017.
Dalam berbagai tayangan TV pro pemerintah, sejumlah kelompok massa melambai-lambaikan bendera Iran dan menyerukan teriakan-teriakan yang mendukung Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Demikian seperti dikutip VOA Indonesia, Kamis (4/1/2018).
Ali Khamenei sendiri menyalahkan sejumlah pemerintah negara lain atas munculnya sejumlah protes antipemerintah itu, yang dimulai pekan lalu dan sejauh ini telah mengakibatkan 21 orang tewas.
Dalam sebuah pernyataannya yang ditayangkan televisi, Khamenei mengatakan, "Beberapa hari belakangan ini, musuh-musuh Iran menggunakan uang, senjata, politik, dan perangkat intelijen untuk menciptakan berbagai masalah di Iran."
Khamenei melanjutkan, dirinya akan berpidato guna merespons protes-protes tersebut pada saat yang tepat.
Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menuduh AS, Inggris, dan Arab Saudi mendalangi aksi-aksi protes tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan beberapa kicauan di Twitter yang mendukung mereka yang memprotes pemerintah Iran. "Rakyat Iran akhirnya bertindak menentang rezim Iran yang korup dan brutal," kata sebuah kicauannya, Selasa, 2 Januari 2018.
Advertisement