Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyambut baik langkah Korea Utara yang kembali membuka saluran komunikasi hotline ke Korea Selatan pada Rabu, 3 Januari 2018.
Kembali terbukanya saluran komunikasi itu menjadi angin segar di tengah konflik seputar Semenanjung Korea yang terus memanas selama beberapa waktu terakhir.
Apalagi ditambah fakta bahwa sejak dua tahun lalu, saluran komunikasi hotline itu sempat nonaktif atas kehendak Kim Jong-un.
Merespons kabar angin segar tersebut, Kementerian Luar Negeri RI mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh pemerintahan Kim Jong-un.
Baca Juga
Advertisement
"Terbukanya kembali saluran komunikasi (hotline Korsel-Korut) adalah sebuah langkah yang kita (Indonesia) sangat sambut baik. Adanya potensi komunikasi adalah suatu hal yang kita tanggap positif," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Arrmanatha menegaskan, komunikasi itu merupakan gerbang menuju dialog yang -- harapannya -- mampu berujung pada perdamaian kedua negara.
"Dalam berbagai permasalahan dunia yang melibatkan antarnegara berkonflik, komunikasi semacam itu merupakan hal penting," tambah sang jubir.
Melanjutkan komentarnya, Arrmanatha mengatakan, "Kita harapkan, dengan kembali terbukanya komunikasi itu akan terjadi dialog perdamaian antara kedua negara."
Kendati demikian, ketika dimintai keterangan mengenai potensi keterlibatan Indonesia dalam memediasi perdamaian Korea Utara dan Korea Selatan, pihak Kemlu RI mengaku belum dapat memberikan pernyataan pasti.
"Sampai saat ini kita belum tahu apa yang akan dibahas dan arahnya akan ke mana," kata Arrmanatha menyimpulkan perkembangan terkini tentang hotline Korea Utara dan Korea Selatan.
Kim Jong-un Kembali Membuka Hotline
Dikutip dari BBC, Kamis, 4 Januari 2018, Korea Selatan mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima telepon dari Korea Utara pada pukul 15.30 waktu setempat pada Rabu, 3 Januari 2018.
Hal tersebut diumumkan oleh pejabat lembaga pemerintah Korea Selatan, Ri Song-gwon, yang menjabat sebagai Ketua Komite Reunifikasi Damai Korea Utara. Ri Song-gwon menambahkan, kabar tersebut diumumkan oleh Korsel atas seizin Kim Jong-un.
Korea Utara mengatakan, tujuan kembali dibukanya hotline itu adalah agar memudahkan kedua negara untuk membahas teknis seputar pengiriman delegasi Korut ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Dalam pidato tahun baru, Kim Jong-un sebelumnya mengatakan bahwa ia terbuka untuk berdialog dengan Seoul dan akan mengirim tim ke Olimpiade Musim Dingin yang diadakan pada Februari 2018.
Kedua negara belum mengadakan pembicaraan tingkat tinggi sejak Desember 2015.
Menurut pejabat Korsel, tak lama setelah melakukan pembicaraan itu, pada 2016 Korea Utara memotong saluran komunikasi hotline dan menolak menjawab panggilan.
Advertisement
Respons Korea Selatan
Sekretaris pers untuk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa dibukanya kembali saluran komunikasi itu merupakan hal yang sangat signifikan.
"Itu menciptakan lingkungan di mana komunikasi akan dimungkinkan setiap saat," ujar dia.
Akan tetapi, sejumlah media Korea Selatan merespons hal tersebut dengan nada skeptis. Salah satunya disampaikan oleh Joong Ang Ilbo.
"Pidato Tahun Baru Kim adalah langkah yang sangat diperhitungkan untuk memicu perpecahan internal di Korea Selatan. Pyongyang mungkin telah memutuskan untuk melakukan serangan damai untuk 'membeli' waktu sampai mereka menyelesaikan program senjata nuklirnya," demikian tulis surat kabar tersebut.
Surat kabar lain, Hankyoreh, juga menyuarakan peringatan serupa.
"Kim belum pindah sedikit pun dari sikapnya yang ceroboh dan keras terhadap perkembangan senjata nuklir dan rudal. Tapi pidato tahun baru mengejutkan bisa membuka pintu perdamaian," tulis Hankyoreh.