Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya maupun calon yang akan diusung tak pernah mengintervensi calon lain dalam pilkada. Khususnya di Kalimantan Timur.
Dia justru mencontohkan bagaimana PDIP di masa sebelum reformasi terus diintervensi, tapi hanya diam. Bahkan dirinya juga mencontohkan kejadian di Pilkada Bali lima tahun lalu.
Advertisement
"Lihat PDIP pernah punya pengalaman bagaimana kami diintervensi, bagaimana kantor partai kami diserang, bagaimana kami tidak bisa ikut pemilu, itu kami tetap diam. Ketika Pilkada Bali 5 tahun lalu, kami merasa ada upaya sistematis, kami pun membuat puisi melodramatik," ucap Hasto di kantor DPP PDIP Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Dia menegaskan, PDIP dalam kondisi seperti itu memilih bersikap menyatu dengan rakyat. Tak meminta belas kasihan.
"Kami tidak menampilkan wajah seolah kami menjadi korban. Jadi ketika kami diintervensi, kantor kami diserang, kami tetap teguh, kemudian menyatu dengan rakyat. Daripada kami membuat sebuah drama yang tidak perlu," tegas Hasto.
Dia juga menepis partainya tengah berupaya menjodohkan Syaharie Jaang, yang merupakan kader Demokrat dengan Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin, untuk dimajukan di Pilkada Kaltim 2018.
Cagub Kaltim
Bahkan Hasto menyebut, saat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PDIP Kaltim Djarot Saiful Hidayat bertemu Syaharie, tak ada hal luar biasa.
"Tidak ada, bahkan Pak Djarot sebagai Plt Ketua DPD yang saat itu bertemu dengan Jaang. PDIP tak suka memaksa. Semuanya harus dengan proses yang baik. Enggak ada cinta paksaan di PDIP. Yang ada semuanya penuh dengan romantika, meski ada dinamika," tegas Hasto.
Dia juga menyebut, sampai saat ini partainya belum memutuskan siapa yang akan maju di Kaltim. Sehingga apa yang disebut itu tak benar adanya.
"Kami belum mengambil keputusan. Jadi kalau ada upaya terjadi beberapa hal pemaksaan, kami tidak pernah memaksa," pungkas Hasto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement