Liputan6.com, California - Sebuah buku karya jurnalis Bloomberg TV, Emily Chang, mengungkap bagaimana para miliarder teknologi di Lembah Silikon (Silicon Valley), Amerika Serikat (AS), ketagihan pesta seks dan konsumsi obat-obatan terlarang.
Emily menyebut hal tersebut sebagai rahasia umum, yang menjadi sisi gelap nama-nama besar di industri teknologi informasi, namun hampir tidak pernah sedikit pun disinggung oleh publik.
Buku yang berjudul Brotopia: Breaking Up the Boys’ Club of Silicon Valley itu menyebut pesta seks terkait selalu dihadiri oleh rasio tamu wanita dan pria sebesar 2 banding 1.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka memulainya dengan makan malam mewah seraya ditemani oleh beragam minuman alkohol yang disajikan seakan tanpa henti oleh para pelayan," jelas Emily.
Pesta seks ini bukanlah pesta liar seperti di klub-klub erotis, melainkan berbentuk seremoni elegan yang mewajibkan setiap tamunya berdandan rapi.
Bukan Pesta Liar
Setelah selesai santap malam dan bersosialisasi, menurut Emily, pata tetamu dengan sendirinya menemukan pasangan yang akan diajak berhubungan intim.
Pasangan tersebut bisa seorang atau berkelompok, yang dibekali oleh sebuah tas berjuluk 'Pleasure Bag' yang berisi alat-alat bantu seks.
"Terkadang ada beberapa orang yang meminta layanan khuus untuk berhubungan intim, seperti BDSM, atau fantasi seks lainnya," ujar Emily yang menyebut informasi mengenai pesta seks tersebut biasa dikirimkan melalui pesan di Facebook, Snapchat, atau pesan langsung di Twitter.
Undangan pesta seks tersebut, lanjut Emily, bukan hanya ditujukan untuk tamu-tamu pria, melainkan juga para tamu wanita. Biasanya tamu wanita berasal dari para petinggi perusahaan teknologi yang masih lajang. Namun, ada juga beberapa tamu wanita yang merupakan pasanagn dari para pria kaya di Silicon Valley.
"Biasanya pasangan wanita telah sepakat melakukan swing sex yang kian lazim dilakukan oleh masyarakat Amerika," tukas Emily.
Advertisement
Miliarder Teknologi Lebih Berkharisma
Belakangan, masih menurut Emily, pesta seks tersebut mulai disusupi oleh praktik penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa oknum dengan sengaja membawa kokain dan beberapa zat aditif lainnya. Mereka menyebut obat-obatan terlarang tersebut sebagai stimulan untuk memeriahkan aktivitas berhubungan intim yang mereka lakukan.
Selain ditambah dengan penggunaan obat-obatan terlarang, pesta seks ini terus dilakukan karena meningkatnya jumlah tamu wanita yang datang. Salah seorang penggagas pesta tersebut berujar pada Emily bahwa tamu-tamu wanita datang karena tergiur oleh profil berkelas dari para pria kaya yang diundang,
"Mereka (tamu wanita) menganggap level prestise para milyuner teknologi tersebut lebih tinggi dibandingkan sederet profil pria kelas A lainnya, seperti selebritas dan pengusaha konvensional," papar Emily.
"Kebanyakan miliarder teknologi tidak suka berbasa-basi dengan banyak wanita. Jika sudah menemukan yang dirasa cocok, biasanya mereka akan melakukan hubungan intim beberapa kali di setiap pesta seks tersebut diselenggarakan," lanjut Emily menjelaskan.