Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat menjanjikan dukungan penuh bagi demonstran di Iran. Mereka juga mengecam para pejabat Iran karena tindakan keras yang menewaskan 21 orang dan menahan lebih dari 1.000 orang.
Dilansir VOA, Kamis (4/1/2018), seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa AS akan mencari tahu terkait kasus tersebut. Ke depannya, AS ingin kasus itu ditindaklanjuti.
Advertisement
Mereka juga memberlakukan sanksi baru terhadap pihak yang harus bertanggung jawab untuk meredam aksi protes Iran.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan tidak akan tinggal diam. Dalam sebuah pernyataan, Deplu menyebut bahwa AS memiliki banyak cara untuk menuntut pertanggungjawaban terhadap mereka yang melakukan kekerasan kepada demonstran.
"Bagi para korban rezim, kami katakan, kalian tidak akan dilupakan," sebut pernyataan itu.
Meskipun tidak berhubungan langsung dengan aksi protes Iran, Amerika Serikat menetapkan sanksi terhadap lima perusahaan Negeri Para Mullah yang terkait dengan program rudal balistik Teheran.
Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengemukakan, sanksi-sanksi tersebut menargetkan entitas-entitas penting yang terlibat dalam program rudal balistik Iran, program yang lebih diprioritaskan Iran ketimbang kesejahteraan ekonomi rakyatnya.
"Sementara rakyat menderita, pemerintah Iran dan Garda Revolusi Iran justru mendanai militan asing, kelompok teroris dan melanggar hak asasi," ucap Mnuchin.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley telah meminta pertemuan darurat PBB hari Jumat untuk membahas situasi itu.
Akan tetapi, Rusia dan para anggota Dewan Keamanan PBB lainnya mengkritik permintaannya dengan mengatakan demonstrasi itu adalah masalah dalam negeri. Jadi, ini tidak mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Iran Balas Tuding AS
Nikki Haley, Duta Besar Amerika untuk PBB, mengatakan pemerintah Iran sedang "diuji warganya sendiri". Pernyataan yang dilontarkan pada Minggu, 31 Desember 2017 itu merepons unjuk rasa tiga hari di Negeri Para Mullah menetang rezim di sana.
Komentar Haley senada dengan Presiden Amerika Donald Trump yang sebelumnya pada hari yang sama mengatakan bahwa Amerika Serikat mencermati pelanggaran HAM di Iran. Demikian seperti dikutip dari VOAIndonesia, Selasa.
Perwakilan Tetap Iran di PBB, Gholamali Khoshroo, segera merespons. "Iran mengutuk keras pernyataan Nikki Haley dan para pejabat AS lainnya dalam menanggapi demonstrasi di Iran," kata dia.
Sementara itu, pada 2 Januari 2017, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding para "musuh" Iran telah memicu agitasi dan instabilitas serta dengan sengaja terlibat dalam "perang proxy" di negaranya.
Ayatollah Ali Khamenei menyalahkan pemerintah asing karena membakar kerusuhan tersebut dengan menggunakan uang dan dinas intelijen mereka.
Belakangan muncul dugaan, Donald Trump sengaja memanfaatkan momentum demonstrasi berdarah di Iran sebagai "kartu as" untuk menghentikan penilaian sertifikasi kepatuhan Teheran terhadap 'Kesepakatan Nuklir Iran' (JCPOA).
Advertisement