Liputan6.com, Jakarta - Pada Agustus 2017, PT Dirgantara Indonesia (Persero) menunjukkan kepada dunia kalau mampu bersaing di industri produsen pesawat terbang. Terbukti, pesawat N219 yang merupakan ciptaan anak bangsa berhasil terbang perdana dan mendarat dengan mulus.
Direktur Utama PT DI, Elfien Goentoro, mengatakan, pesawat N219 yang diberi nama Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini menjadi momen yang paling berkesan dalam kinerja PT DI selama 2017.
"Tahun 2017 telah kita lalui dengan penuh pengharapan dan ditandai dengan terbang perdana pesawat purwarupa N219," kata Elfien seperti ditulis, Sabtu (6/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Penerbangan perdana N219 ini dilakukan sekitar pukul 09.10 WIB pada Agustus 2017 dan memakan waktu sekitar 20 menit penerbangan di udara.
Uji coba penerbangan dilakukan setelah purwarupa ini mendapatkan Certificate of Airworthiness dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasional Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.
Purwarupa pesawat pertama N219 ini diterbangkan pilot Kapten Esther Gayatri Saleh dan ko-pilot Kapten Adi Budi Atmoko. Penerbangan perdana ini juga menyertakan Yustinus K yang bertindak sebagai Flight Test Engineer. Sekadar informasi, pilot Esther merupakan pilot perempuan yang memiliki spesialisasi sebagai penguji coba pesawat baru.
"Saatnya tahun 2018 ini kita terus berupaya untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu proses seritfikasi, produksi dan komersialisasi N219," tegas Elfien. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PT DI Incar Sejumlah Kawasan Buat Pasar N219 Nurtanio
Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengincar sejumlah kawasan di berbagai belahan dunia sebagai pasar bagi pesawat N219 Nurtanio. Pengembangan pesawat ini menjadi lompatan besar bagi kemajuan industri penerbangan Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro dalam acara Indonesianisme Summit 2017 yang digelar Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IAITB).
Elfien menjelaskan, N219 Nurtanio merupakan merek pesawat baru yang 100 persen dikembangkan PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejak 2014.
"Penguasaan teknologi, industri, dan manufaktur dalam industri kedirgantaraan Indonesia merupakan salah satu sektor penting yang telah lama diandalkan oleh bangsa Indonesia," ujar dia di Jakarta, Senin 11 Desember 2017.
Menurut dia, N219 didesain untuk kategori pesawat komuter CASR 23 berkapasitas 19 penumpang. Oleh sebab itu, N219 cocok dioperasikan di daerah terpencil untuk membuka aksesibilitas dan meningkatkan konektivitas antara kota menengah sampai kecil serta kota-kota kecil ke kota-kota kecil.
Setelah berhasil melakukan penerbangan pertama pada Agustus 2017, ujar Elfien, N219 direncanakan untuk mendapatkan Sertifikat Jenis dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada September 2018. "Dan akan mengirimkan pesawat pertama ke pelanggan peluncuran pada Juni 2019," kata dia.
Pada periode 2017-2027, PTDI memperkirakan potensi pasar di seluruh dunia untuk pesawat jenis ini mencapai 4.925 unit. Dari potensi tersebut, N219 diharapkan bisa berkontribusi sebanyak 488 unit, atau sekitar 10 persen dari potensi pasar yang ada.
Untuk pasar Indonesia, dari kebutuhan 110 unit pesawat sejenis N219, PTDI menargetkan bisa meraih pangsa pasar sebanyak 60 persen. Untuk kawasan Asia Tenggara dari kebutuhan sebanyak 109 unit, N219 ditargetkan bisa mengisi 40 persennya.
Untuk pasar Afrika, dari total kebutuhan pesawat 606 unit pada periode 2017-2027, N219 ditargetkan bisa meraup pangsa pasar 20 persen. Untuk kawasan Timur Tengah, N219 diharapkan bisa berkontribusi sebesar 10 persen dari 60 unit kebutuhan pesawat dan 10 persen untuk pasar Amerika Latin dengan kebutuhan 912 unit.
N219 merupakan pesawat dengan kapasitas 19 seat bermesin baling-baling (propeller) dengan jenis Hartzell 4-Blade Metal Propeller. Dengan jenis ini, pesawat mampu mendarat di landasan (runway) yang hanya memiliki panjang 600 meter.
Tak hanya itu, N219 ini juga didukung dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP.
Dengan bekal mesin tersebut, N219 mampu mengangkut beban hingga 7.030 kilogram (kg) saat take off dan 6.940 kg saat mendarat. Kecepatan pesawat N219 bisa mencapai 210 knot dengan kecepatan ekonomisnya 190 knot.
N219 diciptakan sebagai pengembangan pesawat NC 212 yang diproduksi PT DI dengan CASA. Pesawat sejenis yang menjadi pesaing N219 saat ini adalah Twin Otter DHC-6 yang berasal dari Kanada.
Hanya saja keunggulan N219 dibandingkan Twin Otter tersebut, karena memiliki model lebih modern dan harganya lebih murah. Efisiensi ini didapatkan karena sistem pesawat ini telah menggunakan sistem terbaru yang digunakan pesawat-pesawat saat ini, sehingga suku cadangnya juga mudah didapatkan.
Di kabin pilot, N219 sudah menerapkan Garmin G-1000 dengan Flight Management System yang ada di dalamnya terdapat Global Positioning System (GPS), sistem autopilot dan sistem peringatan bahaya penerbangan.
Kelebihan lain dari N219 ini juga mampu dimodifikasi menjadi pesawat angkut amfibi, di mana bisa mendarat di laut. Ini diklaim akan menopang wisata bahari di Indonesia.
Advertisement