Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Rusia sepakat melakukan imbal dagang 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 senilai US$ 1,14 miliar atau sekitar Rp 15,39 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS). Finalisasi pengadaan tersebut masih menunggu penandatanganan kontrak pembelian sukhoi oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dengan Rusia.
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan, perjanjian imbal dagang antara Kemendag dengan Rusia tidak akan berjalan tanpa kontrak pembelian pesawat tempur Sukhoi diteken antara Kemenhan dan Rusia.
"Sementara ini masih menunggu kontrak utama ditandatangan. Imbal dagang tidak jalan kalau kontrak pembelian sukhoinya tidak ditandatangan. Jadi bolanya ada di Kemenhan," ujar Oke dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (7/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Karena masih menunggu ditekennya kontrak pembelian Sukhoi SU-35 oleh Kemenhan, Oke tidak dapat memastikan kapan bisa terlaksananya perjanjian imbal dagang oleh Kemendag dan Rusia.
Mengingat skema yang digunakan imbal dagang, maka Indonesia mendapat potensi ekspor sebesar 50 persen atau senilai US$ 570 juta atau sekitar Rp 7,69 triliun.
Rusia akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor Indonesia dengan pilihan karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, serta produk lainnya.
"Imbal dagangnya 50 persen. Nanti komoditasnya dirundingkan lagi setelah kontrak (pembelian oleh Kemenhan) ditandatangan," Oke menuturkan.
Sebelumnya, kesepakatan pengadaan pesawat tempur Sukhoi SU-35 telah diteken antara kedua negara ini ditandatangani pada 10 Agustus 2017, saat pelaksanaan Misi Dagang ke Rusia. Pemerintah Rusia dan Indonesia sepakat menunjuk Rostec dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai pelaksana teknis imbal dagang tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemhan Akui Perundingan Pembelian Sukhoi dengan Rusia Alot
Sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Totok Sugiharto mengatakan, pengadaan 11 pesawat Sukhoi Su-35 masih menunggu kesepakatan imbal dagang dengan pihak produsen.
"Ada dinamikanya, tinggal kita nanti progresnya dengan Rusia, tinggal tanda tangan kontrak saja," kata Totok di Resto Seribu Rasa, Jakarta Pusat, Jumat 29 Desember 2017.
Dia menjelaskan, situasi saat ini belum memungkinkan terjadinya kesepakatan soal Sukhoi. Karena itu dia meminta setiap pihak untuk bersabar.
"Ya ini kan situasinya, di sana belum, jadi kita tunggu pada saatnya pelaksanaan tanda tangan di Kemenhan. Jadi sabarlah," terang Totok.
Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Ekonomi Bondan Tiara Sofyan menambahkan, alotnya proses pengadaan Sukhoi untuk menggantikan F-5, dikarenakan Kemhan dan Kementerian Perdagangan tengah membahas komoditas yang akan dibarter dengan Rusia.
"Imbal dagang (barter) ini ada di Kemendag. Dalil sudah jelas, tinggal komoditasnya apa?" ujar dia dalam kesempatan yang sama.
Sebagai informasi, komoditas yang diinginkan Rusia untuk dibarter dengan pesawat tersebut adalah karet. Namun, Indonesia ingin barter karet tersebut dalam bentuk barang jadi, seperti ban.
"Jadi, kalau Rusia beli karet 100 dolar, value sama tapi edit value beda. Makanya kami memaksa untuk mereka beli produksi yang sudah jadi, bukan mentah, karena itu untuk membangun industri," jelas Tiara.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, TNI akan membeli 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 untuk memperkuat pertahanan udara nasional. Gatot menyatakan, TNI telah mengirimkan surat kepada Kementerian Pertahanan dengan tembusan Presiden Joko Widodo.
"Dalam rapat terbatas, Presiden RI sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah Pesawat Sukhoi SU-35 yang siap tempur," kata Gatot Nurmantyo di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa 31 Oktober 2017.
Advertisement