Protes Tunjangan Listrik Dicabut, 11 Pangeran Saudi Ditahan

Para pangeran Saudi itu tak setuju dengan pencabutan tunjangaan kesejahteraan yang mencakup air dan listrik.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 07 Jan 2018, 15:00 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Ia melakukan tindakan keras terhadap pengusaha dan anggota keluarga kerajaan yang dituduh melakukan korupsi. (AFP PHOTO/FayezNureldine)

Liputan6.com, Riyadh - Otoritas Arab Saudi menahan 11 pangeran usai mereka berkumpul di sebuah istana kerajaan di Riyadh. Para pengeran itu protes dengan pemerintah karena tunjangan listrik dan air mereka tak lagi dibayarkan.

Negara eksportir minyak utama dunia itu telah memperkenalkan reformasi yang mencakup pengurangan subsidi energi, memperkenalkan pajak pertambahan nilai dan memotong beberapa keuntungan bagi anggota keluarga kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mencoba mengatasi penurunan harga minyak mentah yang menyebabkan defisit anggaran yang mencapai US$ 52 pada 2018.

Para pangeran itu berkumpul pada hari Kamis di istana Qasr al-Hokm, menuntut pembatalan keputusan baru-baru ini yang menghentikan pembayaran negara atas tagihan air dan listrik untuk anggota keluarga kerajaan Arab Saudi

Selain itu, para pangeran Saudi itu meminta kompensasi untuk hukuman mati yang dilaksanakan pada tahun 2016 melawan salah satu sepupu mereka, Pangeran Turki bin Saud al-Kabir.

"Meskipun diberi tahu bahwa tuntutan mereka tidak sesuai hukum, 11 pangeran tersebut menolak untuk meninggalkan daerah tersebut, mengganggu ketertiban dan keamanan publik. Anggota dinas keamanan dikerahkan memulihkan ketertiban dan para pangeran ditangkap," kata pernyataan jaksa penuntut umum, tanpa mengidentifikasikan siapa 11 pangeran itu seperti dikutip dari The Guardian pada Minggu (7/1/2018).

"Setelah penangkapan, mereka dikenai sejumlah tuduhan terkait dengan pelanggaran itu. Mereka ditahan di penjara Al-Hayer di selatan ibu kota sambil menunggu persidangan mereka," lanjut pernyataan terkait penangkapan terbaru pangeran Saudi. 

Situs berita Sabq sebelumnya mengidentifikasi pemimpin kelompok pangeran itu dengan inisial SAS. Ia berasal dari keluarga Saud al-Kabir dari keturunan Saud, sepupu almarhum Raja Abdulaziz, yang mendirikan kerajaan Arab Saudi modern.

Demi memulihkan keuangan negara dan mengklaim menyejahterakan rakyat, Raja Salman mengeluarkan dekrit yang membatasi keuntungan bagi keluarga kerajaan. Alih-alih, sang raja mengalokasikan tunjangan bangsawan bagi rakyat Arab Saudi. 

Dalam dekrtinya, Raja Salman berjanji memberi tunjangan rumah bagi anggota militer, pegawai negeri dan mahasiswa. Pegawai pemerintah juga akan diberi tunjangan bulanan rumah sebesar 1.000 riyal atau US$ 266 untuk satu tahun. 

Personel militer yang bertugas bersama koalisi  Arab Saudi di Yaman akan menerima bayaran sebesar 5000 riyal atau sekitar US$ 1.333. Raja Salman juga akan menaikkan uang pensiun bagi rakyatnya. 

 

 


Penangkapan Keluarga Kerajaan Terbaru

Beredar foto dan video yang menunjukkan kondisi 11 pangeran Arab yang ditahan (Twitter/@MBNSaudi)

Ini adalah penangkapan terbaru atas keluarga kerajaan usai penahanan puluhan pangeran, pejabat tinggi dan pebisnis senior pada November 2017. Termasuk, salah satu pengusaha terkaya di dunia, Pangeran Waleed Al-Ibrahim.

Mereka telah ditahan di hotel Ritz-Carlton bintang lima di Riyadh sementara pejabat pemerintah meminta mereka untuk menyerahkan aset dan uang tunai sebagai imbalan atas kebebasan mereka.

Inisiator penangkapan itu tak lain tak bukan adalah Mohammed bin Salman, putra mahkota dan kesayangan raja.

Semenjak pangeran berusia 32 tahun jadi putra mahkota, kebijakannya ambisius, kadang-kadang agresif, telah menyebabkan ketegangan yang jarang terjadi dalam keluarga kerajaan, yang selama berpuluh-puluh tahun membuat peraturan berdasarkan konsensus.

Penahanan pada November 2017 lalu, terjadi usai kudeta istana yang direncanakan dengan cermat pada bulan Juni di mana Pangeran Mohammed menyingkirkan sepupunya yang tua, Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai pewaris takhta.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya