Liputan6.com, Lumajang - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengeluarkan awan panas guguran. Gunung tertinggi di pulau Jawa itu mengeluarkan awan panas yang meluncur sejauh 1,5 kilometer dari puncak Mahameru.
"Status Gunung Semeru saat ini masih Level II Waspada," ucap Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Logistik BPBD Lumajang, Wawan Hadi S, Minggu, 7 Januari 2018.
Gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) itu telah mengeluarkan awan panas guguran sebanyak satu kali dengan amplitudo 20 milimeter dan durasi 819 detik.
"Posisi luncuran awan panas guguran ini berasal dari tumpukan material lava yang berada satu kilometer dari puncak Semeru," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Wawan menambahkan, jarak luncuran dari titik guguran sekitar 1,5 kilometer mengarah ke Besuk Bang dan Besuk Kembar.
Laporan dari pos pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur, saat ini Semeru mengeluarkan 71 kali letusan, guguran sebanyak 15 kali, embusan sembilan kali. Juga gempa vulkanik satu kali.
Para penambang pun diimbau berhati-hati saat hujan turun di puncak Gunung Semeru. "Bisa menyebabkan lahan hujan yang membawa material, sehingga membahayakan para penambang," ujar Wawan.
Waspadai Banjir Lahar Dingin Semeru
Bulan lalu, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Jawa Timur, rutin memantau sejumlah aliran lahar dingin Gunung Semeru. Hal ini dilakukan karena cuaca di Gunung Semeru masih tergolong ekstrem.
"Jadi untuk potensi lahar di aliran Gunung Semeru itu masih tinggi karena saat ini Gunung Semeru masih berstatus Waspada Level 2," tutur Kabid Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang, Wawan Hasi Siswoyo, Jumat, 8 Desember 2017.
BPBD Lumajang Jawa Timur dan Balai Besar Sungai Brantas Pengendali Lahar Semeru memantau tiga daerah aliran sungai yang menjadi titik aliran lahar dingin Gunung Semeru dan memberikan arahan pada penambang yang mencari pasir semeru.
Ketiga daerah aliran sungai itu adalah Sungai Rejali, Sungai Glidik, Sungai Mujur, dan di sepanjang tiga sungai inilah ribuan penambang pasir menambang pasir Gunung Semeru.
"Jadi tetap kita harus mengantisipasi karena dengan cuaca ekstrem dan dampak siklon Dahlia maka kami mendatangi aliran lahar Semeru dan mengimbau pada penambang dan masyarakat agar tetap berhati-hati," kata Wawan.
Advertisement
Penambangan Dekat Gunung Semeru
Sementara itu, petugas Balai Besar wilayah Sungai Brantas Bagian Pengendali Lahar Gunung Semeru, Arianto menambahkan, jika di gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu masih sering terjadi lahar dingin, yang diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi mengguyur bagian puncak gunung.
"Kalau banjirnya sewaktu-waktu, tinggal melihat intensitas hujannya yang ada di puncak Semeru. Jadi kalau hujan, banjirnya akan besar," kata Arianto, Jumat, 8 Desember 2017.
Banjir yang paling besar biasanya di Glidik. "Karena arahnya paling besar ada di Das Glidik," ujar Arianto.
Karena lahar dingin ini membawa material gunung, BPBD mengimbau agar warga dan penambang pasir tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama saat Gunung Semeru diguyur hujan.
Data terakhir hasil pengamatan Gunung Semeru oleh pos pantau Gunung Sawur pada 7 Desember lalu, tercatat terjadi delapan kali letusan, 19 kali guguran lava, 13 kali embusan, dua kali gempa vulkanik dalam, dan lima kali gempa tektonik jauh, dengan amplitudo rata-rata 15 sampai 18 milimeter.
Bahkan, pada saat malam hari di puncak gunung jelas teramati sinar api setinggi 10 meter dan guguran lava pijar dengan jarak luncur antara 100 sampai 500 meter dari ujung lidah lava. Meski begitu, kini status Gunung Semeru masih Waspada atau Level II.
Simak video pilihan berikut ini: