2 Cerita Nahas Warga Terseret Arus Deras Tak Terduga

Ada siswi penghafal Alquran yang terseret arus saat arung jeram, ada pula guru yang tak selamat saat seberangi sungai.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Jan 2018, 09:30 WIB
Ada siswi penghafal Alquran yang terseret arus saat arung jeram, ada pula guru yang tak selamat saat seberangi sungai. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jember - Seorang siswi madrasah tsanawiyah ditemukan tewas mengambang di Sungai Sampean Baru, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, sekitar pukul 11.00 WIB, Minggu, 7 Januari 2018. Siswi penghafal Alquran yang nahas itu adalah Nandita Adilia Putri (13), yang hilang terbawa arus saat berarung jeram, dua hari sebelumnya.

Muhamad Sulaiman, seorang warga setempat menjelaskan siswi MTs Ataqwa Bondowoso itu berarung jeram pada Jumat, 5 Januari 2017. Ia berangkat ke wisata air Arung Jeram Tobeng Topas di Sungai Desa Tlogosari RT 10/RW 03, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso bersama 27 teman-temannya.

Rombongan tersebut didampingi guru mereka, Safrina (27). Mereka tiba di lokasi wisata arung jeram sekitar pukul 13.00 WIB. Sebagian siswa langsung menuju sungai tempat lokasi arung jeram, dan setengah rombongan lainnya menunggu di rumah pemandu bernama Indra (25).

Ke-14 siswi yang tiba di sungai tersebut didampingi sembilan pemandu. Saat pemandu melepas kelompok yang beranggotakan delapan siswi tiba-tiba arus sungai membesar. Pemandu segera mengamankan lima siswi, sedangkan tiga lainnya terbawa arus yang terus mengganas.

Para pemandu kemudian mengejar ketiga siswi itu dan berhasil menangkap dua siswi lainnya. Hanya Nandita yang tak terkejar hingga ia tertelan derasnya arus banjir bandang.

Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres dan BPBD Bondosowo yang ditindaklanjuti dengan pengerahan tim gabungan untuk mencari siswi nahas itu. Bahkan, lokasi wisata bendungan di Tlogosari dikosongkan airnya untuk mencari korban di dasar bendungan.

Baru pada Minggu, sekitar jam 11.00 WIB, santri penghafal Alquran itu ditemukan mengambang di Sungai Sampean Baru, Kecamatan Tapen, Bondowoso.  

Selanjutnya, tim SAR mengevakuasi jasad dari sungai tersebut, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Koesnadi Bondowoso untuk divisum dan diautopsi.

 

 


Arus Deras Seret Guru

Ada siswi penghafal Alquran yang terseret arus saat arung jeram, ada pula guru yang tak selamat saat seberangi sungai. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sedangkan banjir yang terjadi di Sungai Mayang yang melintasi kawasan Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur, mengakibatkan seorang guru olahraga, hilang terseret arus sejak Kamis, 4 Januari 2018.

"Korban bernama Indra Juniawan (31) merumput di Hutan Kidul Kali Mayang Desa Andongsari Kecamatan Ambulu, hingga saat ini masih Belum ditemukan," kata Kapolsek Ambulu Polres Jember, AKP Sugeng Piyanto, Minggu sore, 7 Januari 2018.   

Ia menjelaskan korban bersama dua rekannya Ardi (21) dan Ikhsan (30), merumput di ladang yang digarap Ikhsan. Ketiganya warga Dusun Watukebo. Sekitar pukul 17.00 WIB, ketiganya hendak pulang dengan menyeberangi sungai Mayang.

Kedua rekannya, Ardi dan Ikhsan menyeberang terlebih dahulu, kemudian diikuti, korban yang juga mantan Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jember ini.

Saat Ardi dan Ikhsan berhasil menyeberangi  sungai, Indra Juniawan masih berada di tengah sungai. Secara tiba-tiba, debit air membesar menghantam Indra, sehingga terseret arus sungai yang dikenal dengan julukan aliran "Sungai Gila".  

Menurut Anggota Banser Tanggap Bencana (Bagana) PAC GP Ansor Ambulu, Ahmad Chotibin, Tim SAR gabungan relawan sudah tiga hari mencari dengan menyusuri aliran Sungai Mayang hingga pantai laut selatan, Pancer Payangan, dan Gladak Gantung Puger Jember, tapi belum membuahkan hasil.

"Pencarian dihentikan, karena cuaca hujan," kata anggota Banser yang terlibat pencarian ini.


Kebun Stroberi Rusak

Ada siswi penghafal Alquran yang terseret arus saat arung jeram, ada pula guru yang tak selamat saat seberangi sungai. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Banjir juga merusak tempat wisata dan rumah warga di Bondowoso. Areal kebun stroberi yang berada di kawasan wisata Agropolitan, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, diterjang banjir lumpur akibat tingginya intensitas hujan yang terjadi sejak Minggu pagi, 7 Januari 2018.

Salah seorang warga yang tinggal disekitar lokasi wisata, Niken menuturkan, terjangan banjir disertai tanah longsor tersebut berawal dari hujan deras yang terjadi sejak pukul 10.00 WIB.

"Iya airnya dari atas bukit bercampur tanah, tadi sempat ada warga yang terendam lumpur tapi sudah bisa diselamatkan. Ini air juga meluap dan menimpa rumah warga dan merusak kamar mandi umum dan pemukiman tempat pekerja," katanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Bencana (BPBD) Bondowoso, Winarto membenarkan adanya banjir di areal wisata kebun stroberi milik PTPN IX Kalisat Jampit.

BPBD telah menerjunkan tim reaksi cepat untuk membersihkan sejumlah ruas jalan yang tertutup kayu dan lumpur serta memantau di sejumlah wilayah yang juga dilaporkan terdampak banjir, seperti Desa Blawan dan Plalangan.


Akses Jalan Lumpuh

Ada siswi penghafal Alquran yang terseret arus saat arung jeram, ada pula guru yang tak selamat saat seberangi sungai. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Tak kuat menahan debit air, Sungai Bondoyudo di Lumajang, Jawa Timur, meluap ke permukiman dan jalan. Akibatnya, banyak kendaraan warga yang mati karena nekat melintas diarus derasnya banjir, Senin (8/1/2018) dini hari.

Banjir luapan Sungai Bondoyudo ini kembali merendam area Perumahan Biting Indah di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang. Air bercampur lumpur ini meluap setelah Sungai Bondoyudo yang berada di sekitar lokasi tak kuat menampung debit air hujan.

Ketinggian air yang mencapai satu meter di jalan ini pun melumpuhkan akses jalan penghubung antar desa, Desa Kutorenon dengan Desa Wonorejo. Bahkan, tak sedikit kendaraan dan mobil warga yang mogok setelah nekat melintas di tengah aliran banjir.

Sebagian lagi memilih untuk kembali, dengan melintasi jalur alternatif meski jaraknya cukup jauh. "Nggak berani melintas karena banjirnya sedengkul. Mendiang saya balik saja," ujar salah satu warga, Suparman.

Banjir kali ini merupakan banjir kedua yang terjadi di daerah sini. Diduga, banjir ini disebabkan karena terjadinya pendangkalan di sungai, sehingga ketika terjadi hujan lebat, daerah ini selalu menjadi langganan banjir.

Selain jalan, puluhan rumah warga disekitar lokasi juga terendam, dengan ketinggian air bervariasi, dari 10 hingga 50 sentimeter.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya